Kekeringan, harga air bersih di lereng Merapi capai Rp 300 ribu per tangki
Merdeka.com - Kekeringan yang melanda sejumlah wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah membuat warga mulai mengeluh. Tak hanya kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, warga juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air bersih.
Harga air bersih yang biasanya berkisar Rp 100 ribu-Rp 150 ribu kini naik menjadi Rp 300 ribu per tangki berisi 5 ribu liter. Harga air bersih yang mahal itu dirasakan oleh ribuan warga lereng Gunung Merapi, Kecamatan Kemalang. Yakni desa Tegalmulyo, Panggang, Talun, Kendalsari, Tlogowatu, dan Sidorejo.
Jauhnya lokasi serta beratnya medan yang harus ditempuh mengakibatkan harga air bersih melambung.
-
Kenapa warga Klaten kekurangan air bersih? Sarmini, salah seorang warga menjelaskan bahwa dampak kekeringan sudah terjadi dua bulan lamanya. Demi memperoleh air bersih, warga harus antre dengan warga lain. Mereka juga harus rela menempuh jarak 1,5 km dari rumah. Air bersih digunakan untuk kebutuhan memasak, mandi, dan mencuci. Setiap harinya ia membutuhkan sekitar 4-6 jeriken air. “Dari air hujan. Pakai tandon. Kalau saat ini kering tandon saya. Untuk air saya ambil di sini. Antre paling kadang setengah sampai satu jam,“ kata Sarmini dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (7/8).
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Bagaimana warga Klaten mendapatkan air bersih? Warga kemudian harus antre untuk memperoleh air dari sumur bor. “Kita kan masing-masing kepala keluarga, sebagian besar 80 persen itu punya bak penampungan air sendiri-sendiri. Itu digunakan untuk menampung air hujan dan digunakan saat musim kemarau. Tapi kan sekarang rata-rata baknya kecil-kecil“
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
-
Dimana warga Klaten mengantri air bersih? Antrean warga terlihat di Kantor Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Dengan membawa sejumlah jeriken, warga mendatangi sumur bor sedalam 240 meter milik pemerintah desa setempat.
Kondisi tersebut selalu dirasakan warga setiap musim kemarau tiba. Dimana persediaan air di bak penampungan air hujan sudah habis, sementara pengiriman (dropping) bantuan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten tidak pernah mencukupi kebutuhan.
Sukiman, tokoh masyarakat Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang menuturkan, kebutuhan air bersih tak hanya digunakan untuk manusia, namun juga untuk hewan ternak. Pasalnya sebagian besar warga merupakan peternak sapi. Saat kemarau seperti ini warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
"Kami sudah beberapa kali membeli air dari mobil tangki swasta. Dulu waktu belum kemarau harganya cuma Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu, bulan lalu harganya masih Rp 230 ribu per tangki isi 5 ribu liter. Sekarang naik menjadi Rp 300 ribu, kami keberatan," ujar pria yang juga Koordinator Radio Lintas Merapi, Senin (4/9).
Sukiman menerangkan, satu tangki air bersih yang dibelnya, biasanya akan habis dalam dua pekan. Untuk memenuhi kebutuhan air warga desa yang hanya berjarak 4,5 km dari puncak Merapi itu menghabiskan Rp 600 ribu-Rp 1 juta per bulan.
Sementara itu, Plt Camat Kemalang, Hajoko, mengemukakan dari 13 desa di wilayahnya hanya 1 desa yang tak mengalami krisis air bersih. Karena sejak bukan Juli lalu, sebagian warga di desa-desa rawan air bersih membeli air dari tangki swasta untuk mengisi bak penampungan.
"Sebelum Merapi mengalami erupsi 2010 ada suplai air dari mata air Bebeng di Sleman, tapi setelah erupsi debit mata air berkurang akibat tertimbun material Merapi sehingga tidak ada suplai lagi," katanya.
Hajoko menjelaskan, hingga awal bulan ini, belum ada pengajuan bantuan air bersih dari desa ke kecamatan atau ke Pemkab Klaten. Warga masih bisa memenuhi air meski harus membeli air dari tangki swasta.
Sejumlah warga mengaku enggan untuk menminta bantuan air bersih ke pemerintah. Selain karena jumlah bantuan tidak pernah mencukupi, datangnya bantuan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Yakni sekitar satu minggu setelah pengajuan.
"Datangnya lama, sampai seminggu mas, cuma satu tangki dan harus dibagi untuk seluruh desa," keluh Hartono, warga Desa Tolowatu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Bambang Giyanto, menjelaskan, selama bulan Agustus lalu pihaknya sudah mengirimkan 5 tangki air bersih ke sejumlah lokasi. Pemkab Klaten, kata dia, tahun ini hanya menganggarkan Rp 100 juta untuk dropping air bersih.
"Tahun lalu kita anggarkan Rp 200 juta, sekarang hanya Rp 100 juta. Tapi kami yakin itu akan mencukupi, apalagi kita masih punya dana siap pakai (DSP) di Pemkab sebesar Rp 500 juta," pungkasnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaPendistribusian air bersih ini, lanjut Twedi, dilakukan atas laporan warga Cibarusah yang kesulitan mendapatkan air bersih di saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau berkepanjangan membuat penjual air bersih keliling meraup keuntungan lebih.
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Jakarta Utara bukan hanya menjadi langganan banjir rob sebagai dampak krisis iklim, tetapi juga menghadapi krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaWarga rela antre untuk mendapatkan air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka
Baca SelengkapnyaWarga terpaksa mengais kubangan air di sungai demi mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaSumber air di tengah hutan itu kondisinya keruh, namun warga tak punya pilihan lain.
Baca SelengkapnyaMasyarakat lebak harus ke dalam hutam demi mendapatkan air bersih.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaSetiap harinya puluhan ibu-ibu di Kecamatan Cikulur, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan sumber air.
Baca SelengkapnyaAir Kali Cihoe kerap dijadikan sumber mata air andalan bagi Warga Cibarusah saat musim kemarau.
Baca Selengkapnya