Kelakuan para remaja, bikin foto dan video vulgar di medsos
Merdeka.com - Era digital tak cuma membuat informasi didapatkan dengan mudah, tapi membuat banyak orang bisa berkomunikasi sekaligus berbagi foto pribadi kepada banyak orang. Sayangnya, tidak sedikit remaja yang menyebarkan foto pribadinya tanpa mengindahkan norma-norma maupun budaya setempat.
Hal itulah yang dilakukan dua selebritis media sosial, Awkarin alias Karin Novilda dan Anya Geraldine alias Nur Amalia Hayati. Keduanya berbagi video maupun foto, namun lupa ada budaya dan norma yang membatasinya.
Alhasil, keduanya dipanggil oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Setelah memberikan keterangan, mereka memilih meminta maaf dan menyesali perbuatannya.
-
Kenapa media sosial bisa mengganggu kesehatan mental remaja? 'Media sosial dapat mengubah cara remaja berteman dan menjalin hubungan, serta memengaruhi kesehatan mental mereka,' ungkap sebuah penelitian.
-
Kenapa anak mudah kecanduan media sosial? Anak-anak cenderung lebih mudah terjebak dalam kecanduan media sosial karena otak mereka sangat responsif terhadap kenyamanan yang ditimbulkan oleh dopamin.
-
Apa dampak buruk terlalu banyak bermain media sosial terhadap kehidupan seksual? Ya, itu memang menjadi akar dari berbagai masalah. Terutama karena melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan terkurasi bisa membuat kita merasa tidak cukup, kurang menarik, dan cenderung mengalami stres. Semua perasaan ini dapat mengurangi keinginan kita untuk berhubungan intim.
-
Kenapa remaja suka mengumbar kesedihan di media sosial? Mereka terlibat sadfishing karena cenderung merasa memiliki harga diri yang rendah dan kesepian. Bahkan ada juga yang mengarah ke narsisme.
-
Kenapa media sosial bisa bikin remaja depresi? Dalam konteks media sosial, remaja sering kali terpapar pada citra ideal dan kehidupan glamor orang lain, yang tidak mencerminkan realitas dan dapat membuat mereka merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Remaja yang terpapar pada foto-foto dan status yang memperlihatkan kebahagiaan serta kesuksesan orang lain dapat menciptakan perasaan tidak percaya diri, yang dapat memicu atau memperburuk gejala depresi.
-
Apa yang membuat remaja ini viral? Dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @reyvasky_, potret remaja yang disebut mirip dengan Arhan menjadi viral dengan cepat.
"Kami mendapat laporan, ada keresahan di tengah masyarakat dengan video yang dibuat Karin dan Anya Geraldine. Kemarin, Karin pun sudah paham kenapa dia dipanggil," ujar Komisioner KPAI Bidang Pornografi dan Cybercrime, Maria Advianti, saat dihubungi merdeka, Senin (3/10).
Maria menyebut, pihak KPAI meminta Karin Novilda dan Anya Geraldine untuk memahami dampak dari konten-konten yang mereka unggah. Apalagi, mengingat pengguna media sosial sebagian besar merupakan anak-anak usia remaja awal.
"Yang terpenting, dia memahami posisi dia sebagai selebgram. Dia tahu apa saja efeknya, dampaknya yang diberikan untuk anak-anak," tandasnya.
Saat ini, Karin dan Anya memiliki jutaan pengikut di akun sosial media mereka. Dia mengatakan, Karin dan Anya seharusnya bisa mengedukasi para pengikut mereka di media sosial dengan konten-konten yang lebih edukatif.
"Sebenarnya ini kan fenomena. Mereka bukan satu-satunya. Tapi kami lihat, ini momennya mereka selebgram. Kami berharap para selebgram ini memanfaatkan ketenaran mereka untuk memberikan konten-konten yang lebih positif, edukatif, buat audiens mereka," ujarnya.
Kenapa mereka bisa terkenal? (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaSejumlah anak usia belasan tahun itu bahkan tak segan memamerkan anak.
Baca SelengkapnyaPerilaku yang beradab, tidak hanya wajib dilakukan di dunia nyata, tapi diperlukan untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital.
Baca SelengkapnyaWHO memperingatkan adanya efek buruk dari penggunaan media sosial.
Baca SelengkapnyaMiris, seorang bocah SD di Situbondo mengaku ikut-ikutan tren viral media sosial dengan menyakiti diri sendiri.
Baca SelengkapnyaBikin kaget dan miris, pernyataan remaja putri usia 13 dan 15 tahun yang ngaku biasa check in di hotel bareng pacar.
Baca SelengkapnyaKondisi tersebut memunculkan ancaman baru di dunia digital berupa kekerasan digital berbasis gender.
Baca SelengkapnyaABG ini mengaku pernah check in bareng pacar padahal masih berusia 13 tahun. Begini informasinya.
Baca SelengkapnyaPenangkapan para remaja tersebut dilakukan setelah polisi melakukan patroli siber.
Baca SelengkapnyaSejumlah masalah kesehatan rentan dialami oleh remaja karena perubahan yang dilaluionya.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, pekerjaan rumah besar pemerintah saat ini salah satunya membatasi akses internet atau situs porno di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTerlebih bukan lagi cuma bully secara verbal, namun sudah mengarah ke tindakan kriminal.
Baca Selengkapnya