Keluarga di Karanganyar ini tinggal di rumah pohon hutan jati
Merdeka.com - Miris, nasib yang dialami Tri Budiyanto (35), warga Dukuh Wirun, Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ini. Bersama Marmi (32) istrinya dan dua anaknya, Risma Ayu Soraya (9) dan Redi Gebi Hidayat (8) terpaksa tinggal di rumah pohon yang ada di tengah hutan jati desa setempat.
Alasan keluarga dan ekonomi, membuat Budiyanto memutuskan tinggal di rumah panggung berukuran tinggi 4 meter, panjang 3 meter dan lebar 2,5 meter. Di tengah hutan tersebut, Budi membuat rumah mungil tak layak huni. Memanfaatkan pohon untuk tiang utama, kemudian bambu dan bekas spanduk untuk lantai dan tembok, serta jerami untuk atap.
Sejak setahun lalu, Budiyanto bersama kedua anaknya tinggal di rumah tersebut. Sang istri yang tinggal bersama saudaranya di Wirun, Plesungan, baru setengah tahun kemudian menyusul. Baik Budiyanto maupun istrinya bekerja sebagai pemulung. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan, membuat kedua anaknya tak bisa merasakan pendidikan sekolah seperti anak lain seusia.
-
Kenapa rumah terpencil itu dibangun di puncak gunung? Mereka tergabung dalam keluarga Bapak Wiyono. Setelah mampir di rumah terpencil, YouTuber Jejak Richard langsung melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Blengker.
-
Kenapa pria itu tinggal di kolong rumah? 'Ini adalah situasi yang aneh, tetapi mungkin bukan hal yang tidak biasa. Saat ini, orang-orang memang mencari tempat berlindung.'
-
Kenapa Orang Sunda membangun rumah panggung? Dari sana, lahirlah rumah panggung sebagai salah satu solusi mitigasi ala masyarakat Sunda kuna, termasuk untuk mengantisipasi banjir dan hewan buas masuk ke dalam rumah.
-
Kenapa Pak Suji memilih tinggal di gubuknya? 'Rame sih rame, tapi memang dari dulu sudah tinggal di sini, jadi sudah betah di sini,' kata Pak Suji dengan menggunakan Bahasa Jawa logat ngapaknya.
-
Kenapa Pak Kasimin tinggal di hutan? Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Kenapa Haryono memilih tinggal di gua? 'Menenangkan diri di sini, karena jauh dari orang-orang,' ungkapnya.
Ditemui wartawan, Jumat (15/12), Marmi menceritakan, suaminya memutuskan untuk pergi dari rumahnya di Wirun Plesungan untuk menetap di tengah hutan. Budi, kata Marmi, merasa malu kepada saudara dan lingkungan sekitarnya karena tak bisa menyekolahkan kedua anaknya.
"Dulu adiknya juga pernah menyindir. Kalau tidak bisa menyekolahkan anak-anakmu pergi saja ke hutan," ujar Marmi, menirukan adik Budiyanto.
Budiyanto pun merasa tersinggung dengan pernyataan adiknya. Marmi menjelaskan, dirinya memang tidak sejak awal mengikuti keputusan suaminya. Pasalnya ia tak sependapat jika harus tinggal di hutan. Karena alasan rindu dan anak-anaknya sakit-sakutan, Marmi pun memutuskan untuk tinggal menyusul ke hutan.
"Saya baru tinggal di sini 6 bulan lalu, tapi suami dan anak-anak sudah setahun," katanya.
Marmi menambahkan, suaminya mengalami perubahan perilaku sepulang bekerja di luar Jawa bersama rekannya. Selain tertutup, Budiyanto juga banyak mengurangi sosialisasi ke masyarakat sekitar.
"Dulu pernah kerja di industri mebel, kemudian juga pernah diajak kerja di luar Jawa tahun 2008 hingga 2009. Setelah pulang jadi aneh, berbeda pokoknya," jelasnya.
"Saya dan istri ini hanya pemulung, tidak bisa menyekolahkan anak-anak saya," katanya.
Sekretaris Desa Plesungan, Yulianto, mengemukakan, pihaknya telah melakukan pendekatan kepada keluarga Budiyanto agar mau kembali ke rumahnya semula di Wirun. Namun usaha tersebut sia-sia, karena Budiyanto susah diajak komunikasi.
"Sebenarnya pendekatan terus kita lakukan agar mau pulang atau tidak tinggal di hutan lagi. Tapi nihil, orangnya sulit diajak bicara," jelas Yulianto.
Kabar adanya warga tak mampu yang tinggal di hutan sampai juga ke sejumlah stakeholder di Karanganyar. Sejumlah pejabat daerah, di antaranya Kapolres ikut berjanji untuk memberikan bantuan tempat tinggal yang layak serta sekolah kepada kedua anaknya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaBangunan semi permanen ini berukuran sedang, terkesan seperti minimalis.
Baca SelengkapnyaPotret rumah sederhana milik seorang pria di pinggiran hutan.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaSetiap hari, sang istri mengasuh anaknya sambil bersabar menunggu suami pulang berburu ke hutan untuk makan sore ini.
Baca SelengkapnyaWalaupun sempat direnovasi pada tahun 2007, namun bentuk bangunannya tetap asli seperti awal dibangun.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda bernama Jatnika memiliki tempat tinggal yang unik yaitu di gua yang ada di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaTak ada pilihan lain bagi Pak Kasimin selain tinggal di tengah hutan. Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya.
Baca SelengkapnyaBasrizal Koto dikenal sebagai sosok pengusaha besar di Sumatera.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara bagi seseorang untuk hidup tenang dan bahagia. Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh pasangan lansia di Kampung Curug.
Baca Selengkapnya