Keluarga di Tapanuli Tengah Disambar Petir, Satu Meninggal
Merdeka.com - Satu keluarga petani di Desa Aek Dakka, Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut), disambar petir, Senin (18/11) petang. Seorang meninggal dunia dan tiga lainnya terluka dalam peristiwa itu.
"Kejadiannya sekira pukul 18.00 WIB," kata Paur Humas Polres Tapteng Iptu Rensa Sipahutar, Selasa (19/11).
Korban sambaran petir ini yakni Perlianto Nadeak (33) istrinya Nurlela Marbun (30), serta dua anak mereka Luki Nadeak (7) dan Butet Nadeak (3). Nurlela meninggal dunia, sedangkan suami dan anaknya dapat diselamatkan.
-
Siapa saja korban sambaran petir? Ketiga korban yakni dua orang ibu, FT (35) dan WR (30), dan seorang remaja laki-laki AR (18).
-
Mengapa warga Puncak meninggal? Kematian karena diare dan dehidrasi,“ Abdul menyebutkan berdasarkan laporan tersebut, kekeringan ini telah berdampak pada kurang lebih 7.500 jiwa.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Apa yang terjadi pada tubuh orang yang tersambar petir? Petir menghantarkan tegangan listrik yang sangat besar. Sambaran petir itu bisa menyebabkan ritme jantung yang berubah, gendang telinga pecah, pernapasan tak stabil, dan luka bakar sebelum akhirnya tewas.
-
Mengapa banyak orang tersambar petir di Danau Cilala? Menurut warga sekitar, peristiwa tersebut tidak sekali dua kali terjadi namun selalu memakan korban. Biasanya, peristiwa terjadi ketika hujan lebat dan terdapat pengguna roda dua yang melintas lalu berteduh di pinggir danau.
Berdasarkan informasi dihimpun, sambaran petir saat hujan turun. Ketika itu, Perlianto dan keluarganya berteduh di dalam pondok dekat sawah mereka di Desa Dakka.
Setelah sambaran petir, warga menemukan Perlianto dan kedua anaknya terpental ke sawah. Namun mereka masih bernyawa.
Sementara Nurlela didapati sudah meninggal dunia di bawah pondok. "Perlianto Nadeak dan dua anaknya selamat karena warga sempat membenamkan tubuh mereka ke dalam sawah," ungkapnya.
Para korban sempat dilarikan ke Puskesmas setempat. "Keempatnya sudah dibawa ke rumah duka," tutup Rensa.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketiga korban tersambar petir saat menggarap sawah.
Baca SelengkapnyaTiga petani di Desa Tanjung Alam, Lintang Kanan, Empat Lawang, Sumatera Selatan, disambar petir saat berteduh di pondok ketika hujan deras melanda kawasan itu.
Baca SelengkapnyaApi muncul dari atap rumah lalu cepat membesar karena seluruh rumah terbuat dari kayu yang sudah lapuk.
Baca SelengkapnyaSaat hujan, keempat santri tengah bermain handphone di dalam pondok pesantren.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat kawasan sekitar dilanda hujan besar diikuti longsor.
Baca SelengkapnyaPara pengunjung Mattabulu berteduh karena saat itu hujan deras. Di saat bersamaan, pohon besar di dekat pondok tumbang akibat angin kencang.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu rumah tangga bernama Dewi (37) dan dua anaknya meninggal dunia saat rumah yang mereka tempati di Gampong Sungai Kuruk III, Seruway, Aceh Tamiang.
Baca SelengkapnyaAnas menjelaskan bahwa saat itu korban diketahui melakukan pendakian bersama beberapa orang rekannya
Baca SelengkapnyaKronologinya berawal ketika para korban menggali batu di pertengahan tebing milik Jero Mangku Budi, sekitar pukul 09:00 WITA.
Baca Selengkapnya5 orang petani dikabarkan meninggal dunia akibat tersambar petir saat sedang berteduh di sebuah pondok.
Baca SelengkapnyaSaat memindahkan tenda tersebut bagian ujungnya tersentuh kabel listrik tegangan tinggi milik PLN.
Baca SelengkapnyaDinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) sedang melakukan asesmen rumah terdampak bencana untuk pemberian bantuan.
Baca Selengkapnya