Keluhkan Kabut Asap, Puluhan Mahasiswa Asal Malaysia Tinggalkan Riau
Merdeka.com - Sebanyak 46 mahasiswa asal Malaysia yang kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pulang ke kampung halamannya. Mereka meninggalkan Riau karena mengeluhkan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan.
Alya Najeeba (20), salah seorang mahasiswa asal Malaysia mengeluhkan sejumlah penyakit dialaminya selama kabut asap di Pekanbaru. Dia memilih balik kampung selama seminggu, bertepatan dengan liburnya kampus UIN.
"Saya sakit di dada, batuk, dan sesak napas," kata Alya saat ditanya dampak kabut asap terhadap kesehatannya di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Rabu (25/9).
-
Mengapa mahasiswa KKN sedih berpisah? Kita disambut oleh warga dengan sangat hangat dan dilepas dengan kesedihan yang sampai sekarang masih terasa. Begitu tulusnya warga dan juga mama papa piara ikut mengantar kami sampai ke dermaga dan pelabuhan.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Kenapa penduduk kampung mati petir meninggalkan kampung tersebut? Saat itu habis maghrib anak saya mainan marmut tiba-tiba didatangi sosok orang memakai blangkon. Orang itu kakinya tidak menapak di tanah. Orang itu mengajak anak saya keliling-keliling. Tiba-tiba saja dia terbang dan berubah wujud menjadi Mak Lampir,' kata Pak Priyono.
-
Dimana peristiwa kebakaran terjadi? Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
-
Kenapa warga meninggalkan Kampung Mati? Para warga meninggalkan kampung itu sejak terjadi peristiwa longsor. Ditakutkan peristiwa serupa akan terjadi kembali.
Pantauan merdeka.com di Bandara seorang wanita dan pria tampak memberikan pengarahan kepada mereka. Keduanya merupakan konsulat Malaysia di Pekanbaru. Namun mereka enggan memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan.
"Hasil daripada pantauan saja ya," kata wanita tersebut saat dikonfirmasi merdeka.com.
Pemerintah Malaysia melakukan proses evakuasi terhadap mahasiswa mereka dari Riau dan daerah lainnya yang terdampak kabut asap. Mahasiswa di Jambi juga dibawa pulang oleh mereka.
Pemerintah RI dan Pemprov Riau sebelumnya menyatakan Darurat Pencemaran Udara oleh Pemerintah Republik Indonesia mulai 23 hingga 30 September 2019.
Kondisi udara di Riau terkotori kabut asap hingga level berbahaya. Namun dua hari belakangan, hujan turun dengan intensitas sedang hingga lebat. Sebelum hujan, Indeks Pencemaran Udara (IPU) di Pekanbaru dari 550 sampai 700 dalam kategori level berbahaya.
Malaysia melakukan proses evakuasi secara bersama oleh Kementerian Luar Negeri dan Badan Pengurusan Bencana Negara (NADMA) serta badan lain yang berkaitan termasuk Majelis Keselamatan Negara (MKN) dan Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).
Dari data yang mereka sodorkan, jumlah mahasiswa asal Malaysia di Riau dan Jambi sebanyak terdapat sekitar 300 orang. Namun sebagian kecil mahasiswa mereka tidak ikut pulang dan lebih memilih tetap di Pekanbaru.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebakaran di sekitar pesantren diperkirakan 20 hektare bahkan hampir menjalar ke gedung untuk bisa dipadamkan.
Baca SelengkapnyaProses belajar mengajar di sekolah kembali dilaksanakan secara tatap muka setelah kondisi udara membaik.
Baca SelengkapnyaViral momen perpisahan mahasiswa KKN dengan warga setempat, penuh air mata.
Baca SelengkapnyaSiswa dipulangkan pukul 10.00 yang seharusnya pukul 12.00
Baca SelengkapnyaMahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaPara nelayan khawatir terjadi tabrakan dan tersesat karena kabut asap membuat jarak pandang sangat pendek.
Baca SelengkapnyaDua mahasiswa asal Aceh yang sedang kuliah di Lebanon tiba di kampung halamannya setelah dievakuasi pemerintah Indonesia.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaAda 400 rumah terdampak kebakaran dan 1.109 warga terpaksa mengungsi di tenda pengungsian.
Baca SelengkapnyaBuyamin Yapid, orang tua wali salah satu mahasiswa mengecam keputusan deportasi terhadap anaknya dan dua mahasiswa.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaMahasiswi KKN dikabarkan diusir warga dari lokasi KKN, lantaran menyebut gadis desa tak ada yang cantik di akun Instagram pribadi.
Baca Selengkapnya