Kemarau panjang, kekeringan di Banyumas makin parah
Merdeka.com - Kekeringan yang terjadi di Banyumas Jawa Tengah hingga saat ini semakin meluas. Bahkan, beberapa daerah kondisinya cukup parah, lantaran warga desa hanya menggantungkan kebutuhan air dari pasokan yang berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas.
Kepala BPBD Banyumas, Prasetyo Budi mengemukakan jumlah desa yang mengalami kekeringan sudah mencapai 48 desa. Jumlah tersebut, jelasnya, lebih banyak dibanding kekeringan yang terjadi pada tahun sebelumnya.
"Kalau dari data yang ada selama ini biasanya hanya 14 desa, tetapi sekarang jumlahnya sudah 48 desa dan tersebar di 17 kecamatan," katanya saat dihubungi, Selasa (20/10).
-
Di mana saja wilayah yang terdampak kekeringan? Wilayah yang terkena dampak paling parah mencakup hampir seluruh Eropa, Amerika Serikat bagian barat, Brasil, Asia Timur, dan Afrika Tengah.
-
Dimana kekeringan di Banten terjadi? Kecamatan Kasemen, Serang menjadi daerah yang cukup terdampak dari fenomena El Nino dan kekeringan. Lalu kesulitan air juga dialami warga yang tinggal di wilayah Lebak bagian selatan.
-
Di mana kekeringan terjadi di Jawa Tengah? Memasuki akhir bulan September, sejumlah daerah di Jateng mulai diguyur hujan. Walau begitu curahnya masih kecil dan belum bisa untuk mencukupi kebutuhan air warga yang daerahnya telah dilanda kekeringan sejak lama.
-
Dimana saja kekeringan terjadi di Jateng? Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, mengatakan bahwa saat ini ada 30 kabupaten atau kota di Jateng yang telah menetapkan status siaga bencana. Pernyataan Suharyanto itu ia sampaikan pada Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Kekeringan Jawa Tengah yang digelar di Gedung Gradika Bhakti Praja Semarang.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
Dia melanjutkan kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan armada yang dimiliki pihaknya saat ini yang hanya berjumlah dua mobil tangki.
"Karena itu, kami berusaha mengajak dunia usaha di Banyumas untuk ikut serta dalam membantu proses penyaluran air bersih. Walau sebenarnya masih minim," jelasnya.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan logistik BPBD Banyumas, Suyanto mengemukakan kekeringan yang terjadi pada saat ini hampir merata.
"Tetapi ada beberapa daerah yang menjadi perhatian khusus dari kami untuk beberapa wilayah, karena medan yang cukup sulit," jelasnya.
Dia merinci daerah tersebut meliputi Dusun Wanarata Desa Kalitapen, Desa Karangtalun yang berada di Kecamatan Purwojati. Kemudian, Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang, Desa Kedungurang Kecamatan Gumelar, Desa Panusupan Kecamatan Patikraja, Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok, Desa Nusadadi Sumpiuh dan Desa Plangkapan Kecamatan Tambak.
"Selain daerah yang sulit dijangkau, beberapa desa tersebut, warganya sudah sangat bergantung dari penyaluran air bersih. Karena di daerah mereka sudah tidak ada lagi sumber air yang bisa mencukupi kebutuhan untuk sehari-hari," jelasnya.
Pihak BPBD Banyumas tidak hanya melakukan distribusi air bersih pada siang hari, tetapi juga malam hari. "Kalau siang hari kami menyalurkan air bersih hingga delapan kali, sedangkan pada malam hari sampai lima kali," jelasnya.
Pemkab Banyumas pada tahun ini menganggarkan dana dari APBD sebesar Rp 250 juta untuk persoalan ini. Menurut Suyanto, jumlah ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 200 juta.
"Tetapi, jumlahnya ternyata semakin meluas daerah yang alami kekeringan. Kemungkinan hingga Oktober ini, masih cukup untuk kebutuhan distribusi air bersih," jelasnya.
Namun, diakuinya, jika masih kurang pihaknya akan mengajukan bantuan ke pihak BPBD Provinsi Jawa Tengah, BNPB dan dunia usaha. Dari catatannya, hingga saat ini sudah 725 tangki air bersih yang disalurkan kepada warga di 48 desa tersebut.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Jateng) dilanda kekeringan. Kondisi terparah terjadi di Kabupaten Grobogan dengan 99 desa yang kini kekurangan air.
Baca SelengkapnyaSejumlah daerah di Banyumas langganan alami kekeringan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data yang dihimpun BPBD, dari 14 kapanewon terdapat 55 kelurahan yang berpotensi terdampak.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaFenomena El Nino mulai membawa kekeringan di Kabupaten Bekasi. Sebanyak 3.618,5 hektare tanaman padi di wilayah itu terancam gagal tanam.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang menyebabkan warga puluhan desa di Trenggalek krisis air bersih. Tidak hanya itu, dalam hitungan bulan sudah terjadi 32 kebakaran hutan.
Baca SelengkapnyaSalah satu wilayah yang berpotensi terjadi kekeringan meteorologis adalah Kabupaten Cilacap.
Baca SelengkapnyaBPBD Jateng bersama BPBD kabupaten kota setempat telah mendistribusikan sebanyak 6.346.000 liter air bersih untuk 33.871 keluarga.
Baca SelengkapnyaPetani di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi terpaksa harus mengambil air dari kubangan sumur sedalam dua meter yang ia gali sendiri.
Baca SelengkapnyaRibuan hektare sawah di 10 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Jateng) rusak akibat kekeringan. Seluas 254,1 hektare di antaranya puso atau tidak menghasilkan padi.
Baca SelengkapnyaBanjir kali ini lebih besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa pada awal Februari lalu.
Baca Selengkapnya