Kematian bayi bongkar ironi penghuni panti yang disuruh makan kecoak
Merdeka.com - Kehidupan penghuni Panti Asuhan Tunas Bangsa Pekanbaru sungguh sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, berbagai perbuatan keji harus diterima mulai dari disuruh mengemis agar dapat makan, menyantap makanan sisa tikus, dan yang lebih parah para penghuni terpaksa makan kecoak untuk mengganjal perut mereka yang terasa sangat lapar.
Sikap jauh dari kata manusiawi yang diterima penghuni panti terbongkar usai kematian Zikli, seorang bayi 18 bulan.
Paman Zikli, Dwiyatmoko merasa adanya keganjilan dari kematian Zikli, 15 Januari 2017 silam. Pasalnya, sekujur tubuh Zikli penuh luka. Bahkan, kemaluan Zikli pun tak luput dari luka.
-
Kenapa orang tua sering memaksa anak makan? Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi adalah memaksa anak untuk makan saat mereka belum merasa lapar.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Apa yang terjadi pada bayi tersebut? 'Tapi bayi itu selamat. Dia sehat,' ungkap Nana Mirdad seraya membagikan cuplikan-cuplikan video penanganan sang bayi oleh tenaga medis di UGD.
Saat itu, pihak panti asuhan langsung memakamkan Zikli dan mengatakan penyebab kematian Zikli karena demam tinggi. Dwiyatmoko yang tak lantas percaya langsung melaporkan hal itu ke pihak berwajib pada 25 Januari 2017.
Benar saja, hasil autopsi polisi membuktikan adanya tindak kekerasan yang diterima Zikli sebelum tewas.
"Luka lecet ditemukan dokter pada bagian pelipis, perut, pipi dan punggung serta tangan sebelah kiri. Luka dan memar pada tubuh korban itu diduga akibat kekerasan benda tumpul," ujar Kasubbid Dokkes Polda Riau, Kompol Supriyanto.
Perlahan, 'borok' panti yang juga menerima orang tua lanjut usia itu pun terbongkar.
Kepala Dinas Sosial, Syarifuddin mengungkapkan terdapat 3 panti dibawah naungan Yayasan Tuna Bangsa, yakni panti asuhan anak, panti jompo dan panti psikotik atau untuk orang gangguan jiwa.
Namun, para penghuni tidak mendapatkan perlakuan layak, mereka malah diperlakukan bak binatang.
Syarifuddin membeberkan menurut pengakuan salah satu penghuni panti, mereka kerap menerima makanan yang tidak steril.
"Iya ada keterangan dari salah satu penghuni Panti Asuhan Tunas Bangsa di jalan Singgalang itu, mereka makan itu (kecoa). Selain itu, makanan mereka tidak steril, bekas dimakan tikus pun dimakan lagi," ujar Syarifuddin.
Ironisnya, lanjut Syarifuddin, penghuni yang tadinya normal jiwanya malah terganggu karena sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi.
"Ada penghuni yang menjadi gangguan jiwa karena kondisi panti yang centang prenang (tidak beres) dan berantakan. Di situ tempat makan, buang kotoran dan tempat tidur," kata Syarifuddin.
Selidik punya selidik, panti tersebut sudah tidak memiliki izin sejak 2015 lamanya.
Syarifuddin menambahkan tak jarang penghuni disuruh untuk mengemis demi mendapatkan sesuap nasi dari pihak pengelola. Selain itu, jadwal makan penghuni panti juga tak menentu, terkadang mereka makan satu kali sehari.
"Makanya itu, adanya informasi dijadikan pengemis itu perlu diusut polisi. Kita minta kepada polisi untuk mengusut kasus pidana yang terjadi di panti itu serta kasus eksploitasi. Kan ada undang-undang perlindungan anak serta undang-undang perdagangan orang, itu yang harus diusut sampai tuntas," kata Syarifudin.
Tidak sampai di situ, kebiadaban pengelola panti semakin menjadi dengan menempatkan para penghuni di 'kandang' layaknya binatang peliharaan.
Kini, penghuni Panti Asuhan lainnya tersebut sudah dievakuasi oleh Unit PPA Polresta Pekanbaru bersama Dinas Sosial Riau dan Lembaga Perlindungan Anak Riau dari tempat tersebut ke Rumah Aman untuk anak-anak dan ke Rumah Sakit Jiwa bagi yang mengalami gangguan jiwa.
Selain itu, Tim juga menyisir panti lanjut usia cabang dari Panti Asuhan Tunas Bangsa itu di jalan Cendrawasih gang Nuri kota Pekanbaru. Hasilnya, 13 Lansia ditemukan dengan kondisi memprihatinkan.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kompol Andika menuturkan bahwa penyidik sudah meminta keterangan dua orang saksi.
Baca SelengkapnyaPanti asuhan di Musi Banyuasin menjadi korban prank donator saat memberikan bantuan makanan ringan.
Baca SelengkapnyaPanti asuhan itu tidak memilik izin dari Dinas Sosial Kota Medan.
Baca SelengkapnyaRisma mengatakan Kementerian Sosial telah menyiapkan bantuan permakanan yang bisa diberikan kepada panti asuhan.
Baca SelengkapnyaJasad bayi itu sudah dimakamkan di pemakaman keluarga H. Uspu Dusun Kampung Beru.
Baca SelengkapnyaKisah ibu pemulung dan lima anaknya ini viral. Mereka anya ingin makan ayam saat ditawari.
Baca SelengkapnyaViral momen polwan kunjungi panti asuhan balita di Semarang, penuh haru.
Baca SelengkapnyaBocah perempuan ditemukan lemas di trotoar lantaran takut dipukuli orang tua karena hasil mengemis tak mencapai target.
Baca SelengkapnyaSingkat cerita, pada saat bayi LAH dirawat di RS tersebut pihak nakes sempat meminta biaya menebus obat dan alat medis kepada Chintia.
Baca SelengkapnyaSang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.
Baca Selengkapnya