Kemenkes: 30 Persen Masyarakat Masih Ragu Disuntik Vaksin Covid-19
Merdeka.com - Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan masih ada 7 persen masyarakat yang menyatakan tidak mau disuntik vaksin Covid-19. Sementara itu 30 persennya masih ragu untuk menerima vaksin Covid-19.
Nadia mengatakan, keraguan untuk divaksinasi tersebut timbul karena berbagai motif dan alasan. Mulai dari sikap yang tidak percaya dengan pemerintah, hingga, banyaknya hoaks yang beredar di masyarakat mengenai vaksin Covid-19.
"Masih ada 30 persen masyarakat yang ragu divaksinasi dan 7 persen yang tidak mau divaksinasi. Ini menjadi tantangan kita untuk memastikan vaksinasi bisa tercapai," kata Nadia dalam forum diskusi virtual yang disiarkan di youtube Alinea, Rabu (17/3).
-
Siapa saja yang menerima vaksin cacar monyet? Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kriteria penerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.'Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko,' kata Maxi dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/10).
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
Nadia menyebutkan, berdasarkan catatan Kominfo per 1 Maret 2021, ada 1.459 hoaks mengenai Covid-19 yang beredar di media sosial. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk mengakses informasi mengenai vaksinasi melalui website resmi Kemenkes atau Satgas Covid-19, dan tidak percaya dengan pesan berantai yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya seperti yang kerap kali ditemukan di WhatsApp.
Nadia juga melihat, alasan masyarakat yang masih ragu divaksinasi juga dikarenakan mereka mempermasalahkan efikasi vaksin yang digunakan Indonesia saat ini. Seperti yang diketahui, vaksin yang dipesan dan digunakan Indonesia pertama kali yakni vaksin Sinovac dari China, yang mana efikasinya 65,3 persen.
"Tidak perlu memilih vaksin mana yang efikasinya lebih baik. Efikasi kan hasil yang didapatkan dari uji klinis tahap ketiga, dan ada banyak faktor-faktor lain yang dikendalikan," pesannya.
Seperti yang diketahui, selain Sinovac, Indonesia juga memesan 5 merek vaksin lainnya dengan efikasi yang beragam, rata-rata efikasi vaksin tersebut 90 persen. Kelima vaksin itu yakni Sinopharm dari China, Pfizer dari Jerman. Moderna dan Novavax dari Amerika, serta vaksin AstraZeneca dari Inggris, yang mana 1,1 juta dosisnya sudah tiba di Indonesia pada 8 Maret lalu.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak menunda jika mendapatkan kesempatan untuk divaksin. Menurutnya, menunda disuntik vaksin bukanlah hal yang bijak, karena kata dia, hal itu sama saja membiarkan diri sendiri lebih berisiko terpapar Covid-19.
"Misalnya kita baru mau divaksinasi dengan vaksin yang datang di bulan September, berarti sampai September, kita biarkan diri kita berpotensi terpapar Covid-19," kata dia.
"Sebenarnya apapun merek vaksinnya, yang terpenting itu manfaatnya. Vaksin Sinovac menurunkan jumlah kejadian infeksi hingga 65,3 persen. Orang yang tidak divaksin Sinovac berisiko terinfeksi Covid-19 3 kali lebih tinggi daripada mereka yang divaksin," kata Nadia menjelaskan.
Nadia kembali menegaskan bahwa seluruh vaksin yang sudah mendapatkan izin edar darurat dari BPOM, tandanya telah memenuhi syarat untuk bisa digunakan oleh manusia dan terbukti bisa memberikan perlindungan atau antibodi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Amin Soebandrio mengungkapkan bahwa waktu pembentukan herd immunity erat kaitannya dengan efikasi vaksin, waktu proteksi vaksin, dan jumlah populasi yang divaksin.
Berdasarkan pengalaman wabah penyakit sebelumnya, Amin menyebutkan, jika efikasi vaksin dan waktu proteksi vaksin rendah, maka jumlah populasi yang divaksin harus lebih tinggi atau harus cepat terpenuhi. Begitu pula sebaliknya.
"Kita suka nanya, kalau sudah disuntik vaksin apakah saya punya proteksi dan berapa lama proteksinya bertahan? Kita harus lihat dulu durasi proteksinya berapa lama, lalu efikasinya, dan sudah berapa persentase populasi yang sudah divaksin?"
Oleh sebab itu, kata Amin, semakin cepat seluruh target populasi divaksin, maka semakin cepat pula herd immunity terbentuk. Untuk itu, dia mendorong masyarakat agar mendukung program vaksinasi pemerintah dengan tidak menunda-nunda disuntik vaksin Covid-19.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaData-data survei opini publik digunakan dengan populasi seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca Selengkapnya