Kemenkes: Pekerja Migran Paling Rentan Tertular TBC
Merdeka.com - Pekerja Migran Indonesia (PMI) termasuk dalam populasi rentan tertular Tuberkulosis (TBC). TBC salah satu penyakit yang memicu kematian tertinggi di dunia.
"Penanganan perlindungan bagi pekerja migran perlu dimulai dari tahap persiapan berangkat, saat berada di lokasi kerja, saat karantina hingga ketika kembali lagi ke tanah air. Karena berkaitan dengan risiko penyakit menular, salah satunya TBC," kata Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan Riskiyana dikutip dari Antara, Selasa (10/8).
Yang termasuk dalam kategori PMI, kata Riskiyana, adalah warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia.
-
Siapa saja kelompok rentan TBC? Kelompok Rentan TBC Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, tetapi juga bisa mempengaruhi bagian tubuh lain. TBC dapat menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah. Berikut ini adalah kelompok-kelompok yang rentan terinfeksi TBC: Orang dengan Imunitas Tubuh Rendah: Sistem kekebalan tubuh yang lemah membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi TBC. Ini termasuk orang dengan HIV/AIDS, pengidap kanker yang menjalani kemoterapi, penderita diabetes, dan mereka yang mengalami malnutrisi.Anak-anak: Sistem imun anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, belum sepenuhnya berkembang. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi TBC. Lansia: Dengan bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efektif, sehingga orang lanjut usia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi TBC.Perokok Aktif dan Pasif: Merokok dapat merusak paru-paru dan memengaruhi sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko terkena TBC. Perokok pasif, terutama anak-anak yang tinggal dengan perokok, juga berisiko. Orang yang Tinggal atau Bekerja di Lingkungan Berisiko Tinggi: Ini termasuk penjara, rumah sakit, tempat penampungan tunawisma, dan fasilitas perawatan jangka panjang, di mana penularan TBC lebih mungkin terjadi.Orang yang Memiliki Kontak Dekat dengan Penderita TBC: Tinggal serumah atau memiliki kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi TBC meningkatkan risiko penularan.Pengguna Narkoba: Penggunaan narkoba, terutama melalui injeksi, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi TBC. Pekerja Kesehatan: Mereka yang bekerja di sektor kesehatan sering berinteraksi dengan pasien TBC, sehingga memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar.Penduduk atau Pendatang dari Area dengan Prevalensi TBC Tinggi: Orang-orang yang tinggal atau berasal dari negara dengan tingkat penularan TBC yang tinggi juga berisiko.
-
Siapa saja yang berisiko terkena TBC? Menurut Dr. dr. Raden Rara Diah Handayani, Sphi.P(K), seorang Dokter Spesialis Paru di RSPI Bintaro, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah sangat rentan terhadap TBC.
-
Siapa yang paling berisiko terkena TBC? Terdapat beberapa kelompok anak yang dinilai berisiko tinggi tertular penyakit TBC, yaitu: (Foto: pixabay.com) 1. Anak-anak yang berusia kurang dari 4 tahun, atau remaja yang sudah mulai pubertas 2. Anak-anak yang memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya (termasuk yang terinfeksi HIV, atau minum obat yang akan menurunkan sistem kekebalan tubuhnya)
-
Siapa yang berisiko terkena TBC? Orang yang mengidap HIV/AIDS dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih tinggi tertular tuberkulosis dibandingkan orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan anak-anak Anda. Pasalnya, anak-anak juga memiliki risiko tinggi terkena TBC, bahkan cenderung lebih serius terjadi pada mereka.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
PMI memiliki masalah kesehatan yang berbeda dibandingkan pekerja pada populasi umum, termasuk risiko terkena TBC.
Pada 2020, kata Riskiyana, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia, yaitu 845 ribu kasus dengan 96 ribu kematian akibat TBC per tahun. Penyakit tersebut merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian tertinggi di dunia.
3 Faktor Penyebab
Terdapat tiga faktor yang menurut Riskiyana menyebabkan PMI lebih rentan terkena TBC. Yakni faktor individu di mana banyak PMI yang ditempatkan tinggal di pemukiman padat penduduk yang melebihi kapasitas, rendahnya status sosial dan ekonomi, serta kondisi kekurangan gizi/malnutrisi di daerah asal.
Faktor berikutnya adalah hambatan sosial terkait bahasa, budaya, hak azasi manusia, status imigrasi serta layanan kesehatan yang tidak ramah terhadap PMI.
Faktor terakhir, kata Riskiyana adalah stigma yang berkaitan dengan beban ekonomi dari penyakit, kondisi keuangan PMI yang kurang memadai dan apabila PMI sakit, maka akan menurunkan produktivitas dan berisiko kehilangan pekerjaan.
Dia mengatakan, penemuan kasus TBC pada PMI masih mengalami hambatan. Di antaranya pelayanan promotif dan preventif terkait TBC yang belum memenuhi standar. Tidak semua pasien TBC di populasi PMI yang mengakses layanan pengobatan terstandar. Hingga mekanisme pancatatan pelaporan kasus TBC pada PMI yang terintegrasi dengan program TBC nasional.
Berdasarkan data Kemenkes pada 2020, Indonesia memiliki provinsi dengan penempatan PMI tertinggi, yaitu Kabupaten Indramayu (Jawa Barat) sebanyak 10.060 orang, Kabupaten Malang (Jawa Timur) 5.600 orang, Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) 5.174 orang, Kabupaten Lampung Timur (Lampung) 3.731 orang, dan Kabupaten Lombok Timur (NTB) 3.019 orang.
Berdasarkan data BPS, kata Riskiyana, proporsi PMI di Kabupaten Indramayu mencapai 1,2 persen dari total seluruh angkatan pekerja.
"Di tahun yang sama, total PMI yang ditempatkan berjumlah 113.173 orang, terdiri atas 36.784 orang PMI formal dan 76.389 orang PMI informal," katanya.
Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), jumlah PMI bermasalah yang meninggal pada 2018 sebanyak 155 jiwa dan yang sakit 176 orang.
Riskiyana mengatakan, upaya ini tidak bisa diselesaikan oleh sektor kesehatan, namun juga sektor lain seperti ketenagakerjaan yang berkaitan dengan pekerja migran.
"Kementerian Kesehatan sedang merumuskan model penanggulangan TBC yang efektif pada kelompok pekerja migran Indonesia dengan melakukan analisa situasi menyeluruh terkait situasi dan kondisi di lapangan," katanya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sementara itu, terkadang keluarga PMI yang menerima uang tersebut berfoya-foya.
Baca SelengkapnyaKasus PMI Non Prosedural ini kerap terjadi karena iming-iming keberangkatan yang mudah, tidak membutuhkan pelatihan dan kompetensi bidang.
Baca SelengkapnyaSalah satunya, karena rumah tak layak huni tidak memiliki air yang bersih.
Baca SelengkapnyaBangunan kumuh yang berdiri sepanjang bantaran Kali Ciliwung di Jakarta semakin mencolok.
Baca SelengkapnyaPemerintah akui penempatan pekerja migran masih memiliki berbagai tantangan.
Baca SelengkapnyaMigrasi biasanya dilakukan dalam rangka penduduk untuk mencapai kemakmuran dan kehidupan yang lebih layak. Jenisnya pun ada yang nasional, atau internasional.
Baca SelengkapnyaKelompok rentan TBC, yaitu orang-orang yang memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi penyakit ini.
Baca SelengkapnyaTinggal di luar rumah dan menjadi anak kos bisa menimbulkan berbagai risiko penyakit yang bisa muncul.
Baca SelengkapnyaMenteri Ketengakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah kembali menemui Pekerja Migran Indonesia (PMI) di sela-sela kunjungan kerjanya di Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus penyakit kritis dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca SelengkapnyaSejak tahun 2021 jumlah pekerja migran Indonesia di Turki terus mengalami peningkatan.
Baca Selengkapnya