Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kemenkes sebut di Indonesia anak SD sudah merokok

Kemenkes sebut di Indonesia anak SD sudah merokok Ilustrasi Anak Merokok. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Subuh mengakui bahwa Indonesia adalah negara tertinggi untuk perokok pemula. Oleh sebab itu, pihaknya sangat menentang keras apabila dengan adanya Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan.

"Indonesia ini adalah negara tertinggi untuk perokok pemula. Usia SD saja sudah merokok di Indonesia, itu paling tinggi," ucap Subuh kepada awak media di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (29/12).

Dilanjutkannya, bahwa pihaknya pernah menolak RUU pertembakauan untuk masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas). "Secara makro kalau RUU Tembakau dulu pernah ditolak ya sudah masuk prolegnas," lanjutnya.

Orang lain juga bertanya?

"Pada waktu itu kita menolak karena ada beberapa pasal yang tolak. Pertama, menghilangkan iklan layanan rokok, padahal itu penting," tambah Subuh.

Menurutnya, apabila semakin banyaknya perokok pemula, maka biaya kesehatan di Indonesia akan semakin besar. Hal ini disebabkan, dengan adanya berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh rokok.

"Beban kesehatan biaya kita akan lebih besar. Penyakit yang ditimbulkan karena rokok, yaitu hipertensi, jantung dan kanker karena rokok," tegasnya.

Sejalan dengan Subuh, Menteri Kesehatan (Menkes), Nila Djuwita Moeloek mengaku tidak terima apabila anak-anak di Indonesia banyak menjadi perokok pemula. Sebab, terdapat 4000 zat beracun yang dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh.

"Saya kira kalau dari kesehatan, ada 4000 zat beracun tertentu yang membahayakan. Yang tidak kami terima anak-anak kita sekarang banyak yang merokok. Bayangkan kalau anak merokok, berapa penyakit nanti. Minimal penyakit paru-paru, belum yang lain-lain," tandas Moeloek.

Diketahui, DPR hingga kini belum juga merampungkan Rancangan Undang-Undang Pertembakauan. RUU tersebut mentok dibahas di Badan Legislasi DPR, meskipun masuk dalam Prolegnas 2016.

Menanggapi hal itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Lily Sriwahyuni Sulistyowati, menilai, RUU Pertembakauan sudah tidak diperlukan.

"RUU Pertembakauan sebenarnya tidak diperlukan," ucap Lily saat dikonfirmasi, Selasa (22/11). (mdk/eko)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anak yang Lahir dari Orangtua Perokok Miliki Risiko Stunting 5,5 Persen Lebih Tinggi
Anak yang Lahir dari Orangtua Perokok Miliki Risiko Stunting 5,5 Persen Lebih Tinggi

Anak-anak yang memiliki orangtua perokok berisiko lebih besar mengalami stunting.

Baca Selengkapnya
Data Kemenkes: Pengguna Rokok Elektrik Meningkat
Data Kemenkes: Pengguna Rokok Elektrik Meningkat

Ada kecenderungan anak-anak beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.

Baca Selengkapnya
Di Balik Hari Anak Nasional, Ada Jutaan Anak Indonesia Kecanduan Rokok
Di Balik Hari Anak Nasional, Ada Jutaan Anak Indonesia Kecanduan Rokok

Ada 70 juta orang perokok aktif di Indonesia. 7,8 Persen di antaranya berusia muda

Baca Selengkapnya
Konsumsi Rokok di Indonesia Terbesar Ketiga di Dunia, Apa Kabar PP tentang Kesehatan?
Konsumsi Rokok di Indonesia Terbesar Ketiga di Dunia, Apa Kabar PP tentang Kesehatan?

Konsumsi rokok dan rokok elektronik di Indonesia terbesar ketiga di dunia, usai China dan India.

Baca Selengkapnya
Kampanye Anti-Rokok dari Remaja Putri Bisa Jadi Cara Efektif Cegah Munculnya Remaja Perokok
Kampanye Anti-Rokok dari Remaja Putri Bisa Jadi Cara Efektif Cegah Munculnya Remaja Perokok

Upaya menekan kemunculan pelajar perokok bisa dilakukan dengan kampanye antirokok yang efektif.

Baca Selengkapnya
BNN Jakarta: 63 Persen Laki-Laki Kalau Sudah Merokok, Lari ke Ganja
BNN Jakarta: 63 Persen Laki-Laki Kalau Sudah Merokok, Lari ke Ganja

BNN Jakarta menyebut sebanyak 63,1 persen perokok laki-laki berpotensi memakai narkoba jenis ganja.

Baca Selengkapnya
Kanker Paru-Paru Jadi Penyebab Kematian Terbanyak di Dunia, Apa Solusinya?
Kanker Paru-Paru Jadi Penyebab Kematian Terbanyak di Dunia, Apa Solusinya?

Di Indonesia kasus kanker paru-paru banyak ditemukan pada usia produktif sekitar 40 tahun.

Baca Selengkapnya
Aturan Baru PP Kesehatan: Rokok Dilarang Dijual Eceran Per Batang
Aturan Baru PP Kesehatan: Rokok Dilarang Dijual Eceran Per Batang

Pemerintah melarang pedagang untuk menjual rokok secara eceran per batang.

Baca Selengkapnya
Aturan Baru Larang Jualan Rokok Dekat Sekolah, Pengusaha Warung Kelontong Protes Begini
Aturan Baru Larang Jualan Rokok Dekat Sekolah, Pengusaha Warung Kelontong Protes Begini

Dia menilai aturan tersebut sebagai masalah besar karena menitikberatkan pelarangan hanya kepada pelaku usaha perseorangan.

Baca Selengkapnya
Paparan Asap Rokok Bisa Jadi Penyebab Masalah Kesehatan Serius pada Anak dengan Disabilitas
Paparan Asap Rokok Bisa Jadi Penyebab Masalah Kesehatan Serius pada Anak dengan Disabilitas

Paparan asap rokok dapat memberikan dampak yang lebih serius bagi anak-anak penyandang disabilitas, terutama pada anak dengan disabilitas.

Baca Selengkapnya
FOTO: Geliat Penjualan Rokok Elektrik di Tengah Kenaikan Cukai dan Desakan WHO Larang Vape Aneka Rasa
FOTO: Geliat Penjualan Rokok Elektrik di Tengah Kenaikan Cukai dan Desakan WHO Larang Vape Aneka Rasa

WHO baru-baru ini mendesak negara-negara di dunia untuk menerbitkan aturan yang melarang rokok elektronik atau vape aneka rasa.

Baca Selengkapnya
Usia Pasien Kanker Paru di Indonesia Lebih Muda 10 Tahun dari Negara Lain, 2 Faktor Ini Penyebabnya
Usia Pasien Kanker Paru di Indonesia Lebih Muda 10 Tahun dari Negara Lain, 2 Faktor Ini Penyebabnya

Bila di luar negeri rata-rata di usia 60-an terkena kanker paru, di Indonesia banyak pasien kanker tersebut terdiagnosis di 50-an tahun

Baca Selengkapnya