Kemenkes Tak Sarankan Pengujian Antibodi Mandiri Usai Vaksinasi Covid-19
Merdeka.com - Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menanggapi maraknya pengujian antibodi mandiri usai vaksinasi Covid-19. Dia menegaskan, Kemenkes tidak menyarankan pengujian antibodi mandiri.
"Kami sampaikan setelah vaksinasi Covid-19, kita tidak menyarankan untuk melakukan pengujian antibodi secara mandiri karena untuk yang tidak memahami arti pengujian antibodi ini akan menimbulkan kebingungan dan keragu-raguan," katanya, Rabu (17/3).
Nadia mengatakan metode pengujian yang tepat untuk menentukan imunogenitas usai vaksinasi Covid-19 adalah netralisasi. Namun, pengujian menggunakan metode ini berbahaya karena berisiko untuk tertular Covid-19.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Bagaimana cara kerja vaksin kanker Rusia? Vaksin adalah obat medis berbasis biologis,' ujar Kaprin. Dalam wawancara dengan Radio Rossiya, ia juga menegaskan bahwa obat ini dikembangkan untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar, melanoma (kanker kulit), dan glioblastoma (kanker otak).
-
Bagaimana cara kerja vaksin kucing? Vaksin bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan mikroorganisme tertentu seperti virus, bakteri, atau organisme menular lainnya.
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
"Uji ini tidak mudah dan berisiko karena menggunakan virus yang hidup," jelasnya.
Uji netralisasi, lanjut Nadia, merupakan gold standard untuk menentukan imunogenitas. Pengujian ini hanya bisa dilakukan di laboratorium-laboratorium yang terbatas.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada metode pengujian antibodi untuk melihat efek vaksin Covid-19 yang direkomendasikan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO).
"Jadi banyak yang melakukan pengujian antibodi yang pada prinsipnya itu dengan metode uji elisa. Itu sebenarnya bukan yang direkomendasikan atau bukan menjadi gold standar," ujarnya.
Mantan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes ini juga mengingatkan WHO tidak pernah menentukan batas proteksi antibodi usai vaksinasi Covid-19.
"Sehingga kalau kita melakukan pemeriksaan antibodi, bisa menjadi salah pengertian. Angka yang kecil dari pemeriksaan titer antibodi bukan berarti tidak memberikan efek proteksi," tandasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca Selengkapnya