Kemenkes: Waspadai KLB Demam Dengue di Masa Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai status kejadian luar biasa (KLB) demam dengue (DD) di sejumlah wilayah saat pandemi Covid-19. Jika sampai terjadi, akan sangat berbahaya.
"Ada kecenderungan meningkat kasusnya, walau secara nasional fluktuatif, biasanya mendekati Maret mulai naik. Makanya, saat ini kita sedang waspada, karena kalau KLB bisa bahaya," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Didik Budijanto. Demikian dikutip dari Antara, (31/8).
Didik mengatakan, endemi demam dengue saat ini terjadi hampir merata di berbagai wilayah, khususnya yang berstatus pandemi Covid-19.
-
Kapan puncak kasus DBD di Indonesia? Hingga minggu ke-41 tahun 2024, atau sekitar bulan Oktober, tercatat 203.921 kasus dengue dengan 1.210 kematian.
-
Kapan puncak kasus DBD di Jakarta? 'Trend kasus DBD akan meningkat pasca El Nino dan pola kenaikan per bulannya khas pada musim penghujan dan sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun,' terangnya.
-
Dimana penyakit demam berdarah banyak ditemukan? Penyakit ini banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia.
-
Mengapa kasus DBD di Jakarta meningkat? Lebih lanjut, Ngabila menjelaskan adanya peningkatan kasus DBD di Tanah Air terjadi karena efek dari kemarau ekstrem panjang atau El Nino pada Juli hingga November 2023.
-
Apa penyebab peningkatan kasus DBD di Jakarta? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
-
Kapan kasus DBD di Jakarta meningkat? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI pada 28 Juni 2021, dilaporkan lima daerah dengan lonjakan kasus tertinggi.
Kota Bekasi (Jawa Barat), menduduki peringkat pertama kasus dengue, yakni 796 kasus, Kabupaten Buleleng (Bali) menempati posisi kedua 770 kasus, di posisi ketiga Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur) sebanyak 511 kasus, Karawang (Jawa Barat) di posisi empat sebanyak 494 kasus, dan Kota Jakarta Timur (DKI Jakarta) di posisi lima sebanyak 464 kasus.
Menurut Didik Budijanto, kasus demam dengue hingga pekan ke-25 tahun ini mencapai 19.156 kasus yang dilaporkan 405 dari total 477 kabupaten/kota di Indonesia. 160 pasien diantaranya dilaporkan meninggal dunia.
Didik mengingatkan seluruh pihak, meski konsentrasi masyarakat saat ini mengarah pada situasi Covid-19. Perlu diwaspadai potensi lonjakan demam dengue yang berisiko memuncak pada September hingga Desember 2021 dan Januari hingga Maret 2022.
Menurutnya, pemerintah telah mempersiapkan enam strategi nasional penanggulangan demam dengue di Indonesia, yakni pengendalian vektor, peningkatan kapasitas surveilans, tata kelola dan deteksi dini, peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan, penguatan kebijakan manajemen program kemitraan, serta pengembangan kajian, penelitian dan inovasi.
Dari enam strategi itu, kata Didik, terjadi penurunan konsentrasi pada upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan, karena terkendala situasi COVID-19.
"Dalam sistem pemberdayaan masyarakat ini sudah cukup lama berjalan, tapi intensitasnya agak menurun seperti pemberantasan sarang nyamuk. Meskipun kita konsentrasi pada Covid-19, jangan lupa demam dengue juga cukup mengancam kalau tidak kita tanggulangi," katanya.
Didik mengatakan demam dengue dan Covid-19 sebenarnya bisa dibedakan dengan gejala yang dialami pasien. "Secara gejala memang pada awal mirip dengan Covid-19. Tapi, ada beberapa hal yang spesifik. Kalau COVID-19 menyerang di daerah pernapasan, dengue di pencernaan," katanya.
Perbedaan dua penyakit itu dapat dipastikan melalui tes cepat PCR atau antigen yang dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium.
"Kalau demam segera diperiksa. Segera tes PCR atau antigen untuk pastikan supaya tidak terjadi infeksi atau kesalahan diagnosa antara COVID-19 atau dengue. Jangan sampai salah, harus dicek laboratorium," katanya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaJumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dewi Asmara mengatakan, kasus DBD saat ini naik lebih tinggi dibandingkan tahun 2023.
Baca SelengkapnyaDari data terakhir yang dihimpun hingga 26 Maret 2024, Jakarta Barat menjadi wilayah dengan penyebaran kasus DBD terbanyak yakni 716 kasus.
Baca SelengkapnyaJumlah ini naik dua kali lipat dibanding tahun 2023. Adapun rinciannya, pada Januari 2024 sebanyak 68 kasus, Februari 119 kasus, Maret 68 kasus.
Baca SelengkapnyaDitemukan 200an lebih kasus DBD di satu wilayah Jakarta
Baca SelengkapnyaPenyebaran DBD di Kabupaten Lebak hingga kini terus bertambah.
Baca SelengkapnyaUpaya pengasapan juga terus dilakukan di beberapa kawasan yang terbilang rawan.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaPasien yang meninggal diduga karena terlambat mendapat penanganan.
Baca Selengkapnya