Kemenristek Sebut Penemuan Obat Covid-19 Butuh Proses Panjang
Merdeka.com - Beberapa minggu terakhir ini publik digemparkan dengan pengakuan Hadi Pranoto yang mengklaim telah menemukan obat Covid-19. Obat tersebut ia klaim sudah dibagikan di RS Darurat Wisma Atlet.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN Prof Ali Gufron Mukti, menegaskan bahwa belum ada obat Covid-19 di Indonesia bahkan di dunia. Proses penemuan obat terutama penanganan Covid-19 membutuhkan proses yang panjang. Hal ini dikarenakan ada banyak prosedur yang harus dilaksanakan.
"Menemukan sebuah obat diperlukan proses yang sangat panjang karena menyangkut keamanan hidup masyarakat. Obat yang salah akan bisa menjadi racun dan berbahaya," ujar Ali dalam diskusi di Media Center Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Jakarta, Kamis (6/8).
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
IPTEK apa sebenarnya? Secara umum, pengertian IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
-
Kenapa Jokowi prihatin dengan dominasi impor teknologi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi Indonesia dari konsumen menjadi produsen dalam industri teknologi global. Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
-
Bagaimana mikroplastik masuk ke dalam tubuh orang Indonesia? Penelitian ini juga menemukan bahwa Tiongkok, Mongolia, dan Inggris memiliki jumlah mikroplastik terhirup terbanyak.
-
Apa itu IPTEK menurut para ahli? Pengertian IPTEK menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat. Sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indra dan otak manusia.
Ali mengatakan bahwa tidak boleh ada seorang pun bisa langsung mengklaim telah menemukan obat jika tidak lulus uji etika kelayakan yang diuji oleh Komite Etik. Selain itu, ia sudah harus menjalankan prosedur yang sesuai aturan. Proses menemukan obat harus diawali dengan penelitian.
Ia juga menjelaskan alasan mengapa penemuan obat Covid-19 itu lama. Ada banyak tahapan yang harus dilakukan dalam satu penelitian. Hal ini bertujuan agar suatu obat bisa aman untuk diberikan ke masyarakat.
Proses pertama yang dilakukan dalam melakukan suatu penelitian adalah membuat proposal, kemudian setelah itu, proposal tersebut harus dipresentasikan. Presentasi kepada kolega bertujuan agar hasil penelitian bisa didiskusikan bersama mengenai kelayakannya.
"Sebelumnya meneliti, membuat proposal terlebih dahulu. Selanjutnya proposal itu harus lulus dalam uji etika kelayakan yang diuji oleh Komite Etik. Jadi tidak bisa langsung mengklaim menemukan obat. Harus ada prosedur yang dijalankan," ujarnya.
Dalam kasus ini, Ali menginformasikan sebenarnya pemerintah sangat terbuka. Pemerintah mengapresiasi kepada siapa saja yang ingin ikut berpartisipasi dalam penemuan obat Covid-19 di Indonesia. Pemerintah akan memfasilitasi serta mendukung segala penelitian dalam penemuan obat Covid-19. Namun kembali lagi ia menegaskan, ada satu syarat yang wajib dipenuhi, yaitu harus jelas dan sesuai dengan koridor serta etika.
Selain itu, dalam upaya memutus penyebaran Covid-19, para peneliti dan ahli telah melakukan berbagai inovasi yang telah banyak tercipta. Menurut Ali, peneliti dan dosen di Indonesia telah menghasilkan lebih dari 60 inovasi. Misalnya robot perawat, rapid test kit dan PCR. Ali mengakui bahwa biasanya Indonesia impor PCR, tapi sekarang Indonesia sudah tidak impor lagi.
"Berbagai inovasi selama 4 bulan terakhir telah dihasilkan. Seperti robot perawat, rapid test kit dan lain sebagainya. Bahkan PCR yang biasanya kita impor, sekarang tidak," ujar Ali.
Alat Canggih
Selain itu, ada juga mobile laboratory buatan Badan Intelijen Negara (BIN). Pada awal bulan Mei lalu, mobile laboratory pertama kali digunakan untuk memeriksa spesimen warga di Pasar Bogor, yang dites melalui swab.
Selanjutnya, yang tidak kalah canggih adalah ventilator yang dibuat oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Ada dua jenis ventilator yang dikembangkan oleh tim UGM, yaitu ventilator yang dapat digunakan di intensive care unit (ICU) dan ventilator non ICU. Bahkan ventilator ICU tersebut merupakan inovasi pertama di Indonesia.
"Ada juga mobile laboratory dimana laboratorium. Itu juga inovasi yang dibuat oleh anak bangsa. Terakhir adalah ventilator canggih yang dibuat oleh UGM, yang kalau kita impor itu bisa miliaran tapi ini hanya 450 juta," tutupnya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Metode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, alat kesehatan di Indonesia masih didominasi impor.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaKemenperin mencatat angka perusahaan alat kesehatan dalam negeri mencapai 1.199.
Baca SelengkapnyaBudi menyebut, pemerintah terus menggencarkan transformasi kesehatan.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meneken Perpres ini 4 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaSebanyak tiga orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, nilai impor berbagai senjata dan amunisi, serta bagiannya mencapai USD 102,39 juta selama periode Januari - Juli 2023.
Baca Selengkapnya