Kenapa di Indonesia makin banyak anak memerkosa SMP dan membunuh?
Merdeka.com - Yuyun (15), pelajar SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, meregang nyawa dengan tragis. Dia diperkosa oleh 14 lelaki mabuk di tengah hutan usai pulang sekolah. Kejadian kelam itu berlangsung pada Sabtu (2/4) lalu.
Dari keterangan para tersangka, pemerkosaan bermula saat empat tersangka membeli tuak dan kemudian diminum beramai-ramai. Setelah mabuk, para tersangka kemudian nongkrong di jalanan yang biasa dilewati Yuyun saat pulang sekolah.
Satu jam kemudian, Yuyun pulang dari sekolahnya berada di Dusun V, Desa Kasie Kasubun, menuju ke rumahnya di Dusun IV dengan berjalan kaki. Di bawah pengaruh alkohol, para tersangka memperkosa Yuyun secara bergiliran.
-
Apa penyebab utama tawuran pelajar di Jakarta? Tidak ada alasan yang jelas mengapa sering terjadi tawuran antar pelajar di Jakarta. Namun biasanya penyebab utama tawuran adalah adanya singgungan antar pelajar, seperti saling ejek, saling hina, dan mengaku paling menguasai wilayah yang dilalui pelajar dari sekolah lain.
-
Apa ciri-ciri krisis moral di masyarakat? Krisis moral dalam masyarakat ditunjukkan oleh perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang semakin jauh dari nilai-nilai luhur bangsa.
-
Siapa yang menjadi korban tawuran pelajar di Jakarta? Dahulu, korbannya tidak hanya sesama pelajar, namun juga para guru juga rentan menjadi sasaran.
-
Apa itu keperjakaan? Keperjakaan bukanlah kondisi medis, melainkan suatu konsep sosial dan budaya. Seorang pria dianggap perjaka jika ia belum pernah melakukan hubungan seksual.
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Mengapa kejahatan massal terjadi? Bukti adanya kekejaman di dunia tidak secara langsung membuktikan bahwa manusia jahat secara inheren. Sebaliknya, psikologi sosial sering kali mengabaikan konteks sosial yang lebih luas. Menurut para peneliti, sifat otoritarian yang menghasilkan kekejaman massal biasanya muncul dalam masyarakat yang kompleks.
Salah satu pelaku pembunuhan pada Eno, karyawati pabrik di Tangerang pun seorang anak SMP. R baru berusia 16 tahun. Dia tega memperkosa dan membunuh gara-gara keinginannya berhubungan intim ditolak Eno.
Sosiolog dari Universitas Indonesia Paulus Wirutomo mengatakan, kejahatan tersebut menunjukkan krisis pendidikan yang tengah melanda masyarakat. Sebab kebanyakan, kejadian pemerkosaan hingga berakhir dengan kematian di kawasan yang notabenenya memiliki tingkat pendidikan rendah.
"Menurut saya itu ya krisis di pendidikan kita, jadi misalnya orang-orang yang tidak terjangkau pendidikan yang memadai. Kalau isinya kosong makanya bisa terjadi seperti itu. Karena mahasiswa saja masih banyak yang macem-macem. Pendidikan kita masih banyak yang salah," katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (17/5) malam.
Dia mencontohkan pendidikan gender yang disampaikan ke khalayak umum. Menurutnya, masyarakat masih sering menyalahkan perempuan dalam kasus perkosaan. Entah apakah karena pakaian digunakan terlalu terbuka atau jalur pulang mereka rawan kejahatan.
Seharusnya semua orang, baik perempuan ataupun laki-laki memiliki penilaian yang sama. Bukan malah menyalahkan salah satu pihak, dalam hal ini perempuan, karena apa yang mereka kenakan ataupun lakukan.
"Misalnya gini, ada yang bilang perempuan yang diperkosa malah perempuannya yang disalahkan. Itu prinsip yang salah. Karena perempuan mau jalan di mana aja berhak seperti orang lain bagaimana orang laki-laki berjalan. Jadi itu penjelasan enggak bener, jika memakai perempuan berpakaian seperti ini dan itu. Tidak ada hak laki-laki memperlakukan perempuan seperti itu (diperkosa)," jelasnya.
Selain itu, Paulus menyayangkan persepsi negatif masyarakat akan pendidikan seks di sekolah. Kebanyakan orang tua akan marah saat mengetahui anak mereka mendapatkan pendidikan tentang reproduksi.
Padahal, tegas dia, di dunia yang sudah serba canggih ini, anak-anak bisa saja mengakses video porno tanpa pengawasan.
Adanya informasi secara langsung kepada anak-anak, tidak berbanding lurus dengan informasi tentang reproduksi dan seks. Alhasil mereka hanya menerima dari satu sisi, tanpa mengetahui bahaya dan bencana yang bisa terjadi jika melakukan tindakan tersebut.
"Tangan anak-anak ada handphone yang bisa melihat apa saja. Jadi sudah cukup ekspose (seks), tapi orang tua tidak rela pendidikan tentang seks. Bahwa reproduksi seperti apa itu enggak pernah diajarkan. Kalau diajarkan dianggap sebagai hal yang tabu. Tetapi anak-anak tahu lebih jauh dari itu dan tidak baik. Bangsa kita sudah salah, kalau kita tetap takut maka terjadi ketidakseimbangan antara yang benar dan tidak benar," ujarnya.
Menurutnya, masih banyak faktor lain juga mendukung tumbuhnya rasa ingin tahu dari anak-anak akan tindakan yang berujung pada pelecehan seksual. Faktor pengangguran dan kurangnya tempat yang baik untuk beraktivitas juga menjadi penyumbang potensi adanya tindakan tercela tersebut.
Dan ini semakin diperparah karena belum adanya pendidikan yang mampu menjelaskan masa depan mereka akan seperti apa.
"Karena enggak ada pengembangan kreativitas jadi mereka bisa melihat pornografi dan tidak melakukan pendidikan seimbang. Kemudian pendidikan tidak memberikan bagaimana mereka akan menjadi seperti apa dari pendidikan itu," terangnya.
Paulus mengungkapkan, pemerintah juga harus bertindak tegas kepada pelaku pelecehan seksual, walaupun disaat bersamaan tengah melakukan perbaikan dari berbagai sektor. Karena tanpa adanya pemberian efek jera akan membuat bibit-bibit pelaku kekerasan ini akan kembali muncul.
"Kemudian harus ada hukum yang tegas. Hukum kita juga pincang. Kalau ada hal serius hukumannya ringan, kalau nyuri ayam malah berat. Hukum kita tidak mendidik," tutupnya. (mdk/sho)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus perundungan terus terjadi di dunia pendidikan. Pihak sekolah harus lebih tegas menerapkan hukuman kepada pelaku.
Baca SelengkapnyaDeretan kasus di atas hanya segelintir. Tentu kondisi tersebut sungguh miris. Pelajar seorang tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang anak terpelajar.
Baca SelengkapnyaPeran orang tua dan pendidikan bahaya seks bebas penting untuk menekan fenomena ini.
Baca SelengkapnyaKasus bullying atau perundungan makin marak dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaKondisi kesehatan mental punya dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak muda.
Baca SelengkapnyaINFOGRAFIS: Data Mengejutkan Kasus Bunuh Diri Anak
Baca SelengkapnyaMenurutnya, pekerjaan rumah besar pemerintah saat ini salah satunya membatasi akses internet atau situs porno di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTerlebih bukan lagi cuma bully secara verbal, namun sudah mengarah ke tindakan kriminal.
Baca SelengkapnyaPersoalan etika itu semakin diperparah dengan pengajaran akhlak di lembaga pendidikan yang cenderung verbal dan normatif.
Baca SelengkapnyaMereka yang agresif akan menganggap bahwa sifat toleransi itu menunjukkan kelemahan.
Baca SelengkapnyaMereka menikah karena hamil duluan, lalu cerai setelah melahirkan
Baca SelengkapnyaDirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca Selengkapnya