Kenapa pembunuhan massal usai G30S paling banyak terjadi di Bali?
Merdeka.com - Peristiwa Gerakan 30 September, atau dikenal G30S telah menyebabkan krisis politik di seluruh Indonesia. Kejadian ini menyebabkan aksi pembantaian besar-besaran, bahkan korbannya tak hanya kader Partai Komunis Indonesia (PKI) saja, tapi mereka yang dianggap berseberangan atau membahayakan kelompok-kelompok tertentu.
Dari seluruh daerah di Indonesia, Bali merupakan lokasi yang paling parah dan paling banyak memakan korban saat operasi penumpasan G30S diluncurkan. Tidak kurang dari 100 ribu orang tewas dibunuh.
"Jumlah yang dibunuh di Bali itu sangat besar, mencapai 5 persen dari populasi. Lebih dari 100 ribu orang tewas dibantai," ujar penulis buku 'Nasib Para Soekarnois' Aju kepada merdeka.com, beberapa waktu lalu.
-
Kapan pembantaian PKI terjadi? Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Kapan pembantaian terjadi? Berdasarkan penanggalan radiokarbon menunjukkan mereka meninggal sekitar Zaman Perunggu Awal (2200 hingga 2000 SM).
-
Bagaimana PKI melancarkan G30S PKI? Gerakan ini pada awalnya hanya mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal dengan menculik mereka untuk dibawa serta disekap di Lubang Buaya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya, 3 orang langsung dibunuh di tempat.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Kapan G30S/PKI terjadi? 'Jumlah pasukan yang ikut gerakan ini sangat kecil. Kodam Jaya punya 60.000 prajurit, 20 kali lebih banyak dari pasukan yang ikut G30S.
Tragedi berdarah ini berlangsung selama setahun, yakni tahun 1965 sampai 1966. Konflik bermula dari kisruh internal Partai Nasional Indonesia (PNI), antara Anak Agung Bagus Sutedja dengan I Nyoman Mantik.
Kebencian Mantik yang tumbuh kepada Sutedja bukan tanpa alasan. Sikap bermusuhan dimulai Mantik karena Presiden Soekarno lebih memilih Anak Agung Bagus Sutedja untuk menjadi Gubernur Bali yang pertama, sejak Bali resmi menjadi provinsi mandiri. Sebelumnya, Bali merupakan bagian dari Provinsi Sunda Kecil ketika pengakuan kedaulatan diberikan Belanda.
Alasan Soekarno memilih Sutedja karena dianggap cerdas dan memiliki kesamaan visi dengan pemerintah pusat, apalagi Sutedja merupakan pendukung pemikiran-pemikiran Bung Karno. Padahal, Mantik mendapatkan suara terbanyak dan seharusnya bisa menduduki jabatan tertinggi di Pulau Dewata.
Selain kisruh internal parpol, potensi pembantaian besar-besaran juga dipicu oleh persaingan antar bangsawan di Bali. Mereka ingin merebut kekuasaan atau menjabat posisi lebih tinggi. Alhasil, hanya dengan melaporkan sosok tersebut terafiliasi PKI, aparat langsung menculik dan mengeksekusinya.
Ulah kader dan simpatisan PKI juga menjadi salah satu penyebabnya. Mereka kerap merendahkan atau menyepelekan umat Hindu di Bali. Alhasil, ketika G30S pecah, mereka menjadi orang yang paling diburu umat Hindu.
Memasuki awal 1 Desember 1965, pemerintah pusat memanggil Gubernur Sutedja ke Jakarta. Di saat bersamaan, sekelompok massa PNI dari berbagai lokasi di bawah kendali Mantik menyerbu Puri Agung Negara Djembrana. Rumah-rumah yang sudah ditandai sebagai kader atau simpatisan PKI diserbu, satu per satu penghuninya diseret keluar, kemudian dipukuli beramai-ramai dan dibunuh.
Massa juga menjarah berbagai benda berharga dan peninggalan yang disimpan di dalam puri. Hanya sebagian saja yang berhasil diambil kembali pada 1975. Sebanyak 16 pengurus dinyatakan tewas dibunuh.
Penculikan yang terjadi pada Gubernur Sutedja membuat suasana di Bali semakin mencekam. Aksi pembunuhan tak lagi menyasar kepada kader maupun relawan PKI, tapi mereka yang dianggap musuh oleh orang-orang sekitarnya. Bahkan, agar pembantaian tampak religius, dilaksanakan ritual Nyupat.
Merasa di atas angin, Mantik semakin menjadi dalam membuat berbagai teror di Bali. Ditambah lagi kedatangan RPKAD, sehingga pembantaian terjadi hampir di seluruh tanah Pulau Dewata. Bahkan, dibentuk pula kelompok yang disebut Tameng, para anggotanya dikenal sadis dan tak kenal ampun. Jika ingin lolos, maka keluarga yang sudah dijadikan target harus merelakan putrinya disetubuhi. Mereka yang punya dendam, bisa melaporkan dan mencap lawannya sebagai PKI.
Saat ini, masih ada beberapa anggota Tameng yang masih hidup. Namun, kehidupan mereka sangat menderita dibandingkan saat berlangsungnya pembantaian besar-besaran itu. "Mungkin itu karma yang mereka dapat," tulis Aju dalam bukunya 'Nasib Para Soekarnois: Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966, terbitan Yayasan Penghayat Keadilan. (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.
Baca SelengkapnyaKelima pelaku berinisial RS (23), BFH (18), AM (17), OYB (21) dan AH (25)
Baca SelengkapnyaBukan hanya sekali, berikut deretan kasus polisi tembak polisi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaPolisi menangkap tiga pria asal Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, yang diduga menganiaya pria berinisial WB (46) hingga tewas.
Baca SelengkapnyaTahun 1980an, preman merajalela. Aparat Orde Baru punya satu penyelesaian: Penembak Misterius
Baca SelengkapnyaAwal mula peristiwa Talangsari dipicu oleh semakin kuatnya doktrin pemerintahan Soeharto tentang asas tunggal Pancasila.
Baca SelengkapnyaAda indikasi salah satu dari oknum tersebut memiliki hubungan keluarga dengan pelaku lainnya
Baca SelengkapnyaPengeroyokan itu terjadi di Jalan Gunung Soputan, depan Balai Pertemuan Bhumiku, Desa Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, Bali pada Rabu (17/1) dini hari.
Baca SelengkapnyaRicuh saat malam Tahun Baru, warga di Bali bakar tiga sepeda motor Pecalang
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaLemparan batu mengenai kening dan pipi Serd STV hingga memar dan dibawa ke rumah sakit.
Baca Selengkapnya