Kepala BNPT Bicara Bahaya Penyebaran Paham Radikalisme di Depan Paskhas TNI AU
Merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius memberi gambaran bahaya penyebaran paham radikalisme terorisme kepada prajurit Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU. Para prajurit perlu juga mengantisipasi ancaman teror yang sangat luas dimensinya.
"Prajurit Korpaskhas harus memahami secara utuh mengenai ancaman maupun bahaya penyebaran paham radikalisme-terorisme," kata Suhardi dalam keterangannya, Selasa (9/4).
Suhardi memberikan pembekalan mengenai Bahaya Penyebaran Paham Radikal Terorisme dan Upaya Pencegahannya kepada prajurit Korpaskhas TNI AU yang ada di wilayah Jakarta, Bandung dan Bogor. Pembekalan ini dilaksanakan di Aula Mako Batalyon Komando 467/Hardha Dedali, Wing I/Harda Marutha Paskhas, komplek Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.
-
Apa yang dilakukan BNPT untuk tanggulangi terorisme? “Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,“ rinci Kepala BNPT.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Siapa yang diimbau TNI-Polri untuk menjaga keamanan? Mereka mengimbau agar warga berpartisipasi aktif dalam kegiatan siskamling.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Apa tugas dari Panglima TNI? Dengan mempertimbangkan banyak aspek dan kepentingan nasional.
-
Kenapa Pangkoopsudnas ingatkan netralitas TNI? Hal yang harus menjadi perhatian meliputi keimanan dan ketakwaan, peningkatan kualitas SDM, kepedulian lingkungan dan alutsista, ketahanan keluarga, lambangja, dan netralitas prajurit dalam Pemilu.
Suhardi mengaku diundang oleh Dankorpaskhas untuk memberikan pencerahan sebagaimana telah dilakukan di Kopassus dan Marinir. Langkah ini agar memiliki kesamaan visi dan misi dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara.
"Bagaimana mengidentifikasi orang terpapar radikalisme, bagaimana mengatasinya, lalu apa yang mesti diperbuat, lalu bagaimana pimpinan mengambil keputusan dan sebagainya," ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Dalam pembekalan selama kurang lebih tiga jam tersebut alumni Akpol tahun 1985 ini meminta agar semua mengenal kembali nasionalisme kebangsaan kita. Hal ini dikarenakan TNI dan Polri sesuai tugas pokok dan fungsinya didesain untuk bela negara. Namun tidak menutup kemungkinan bibit-bibit radikalisme negatif bisa saja sewaktu-waktu tumbuh di instansi tersebut.
"Seperti apa yang disampaikan tadi bahwa garda terdepan dalam menjaga Republik ini adalah TNI dan Polri. Kita harapkan dengan pemahaman yang utuh bisa menjaga bukan hanya terhadap kesatuannya tapi juga keluarganya. Dan yang lebih besar lagi menjaga negeri ini," ucap mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Menurut Suhardi, tidak dapat dipungkiri pesatnya kemajuan informasi dan teknologi informasi tidak terbendung. Apalagi informasi dari dunia maya dapat diakses siapa saja.
"Oleh karena itu saya mengingatkan kepada para peserta tadi untuk mengamati betul lingkungan sekitar termasuk di lingkungan keluarga peserta itu sendiri. Jika TNI/Polri tercemar, tidak ada lagi yang dapat diharapkan untuk menjaga kedaulatan negara," ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Dia mengapresiasi kinerja para personel Paskhas yang selama ini telah membantu BNPT. Apalagi saat ini, menurutnya, BNPT juga bertumpu kepada Paskhas.
"Luar biasa, sekarang kita bertumpu (pada Paskhas). Kita lihat teman-teman Paskhas yang sekarang ada di BNPT sudah berperan sangat luar biasa. Bahkan usur pimpinan Pusat Media Damai (PMD) BNPT (Kolonel Pas. Sujadmiko) diawaki dari Paskhas," tuturnya.
Untuk itu ke depannya, Suhardi berharap sinergi antara BNPT dengan Paskhas bisa terjalin lebih baik lagi dan juga sadar dalam kiprahnya dalam menjaga bangsa ini.
"Jadi ini adalah suatu hal yang sangat luar biasa, baik dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian dan seluruh instansi yang ada di BNPT kurang lebih ada 17 institusi bergabung dan berintegrasi dalam rangka menjaga republik ini," jelasnya.
Komandan Korpaskhas Marsda TNI Eris Widodo Yuliastono mengatakan, melihat tugas yang diemban Korpaskhas TNI-AU yang begitu kompleks tentunya menuntut para prajurit untuk selalu mengikuti dinamika perkembangan situasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
"Maksud dari Korpaskas mengundang Kepala BNPT tentunya untuk memberikan pencerahan dan pembekalan bahwa prajurit Paskhas merupakan bagian dari TNI. Dan tentunya TNI bersama Polri berada di garda terdepan melaksanakan tugas membasmi teroris dan radikalisme," katanya.
Lebih lanjut mantan Wadan Korpaskhas ini memberikan gambaran bagaimana melaksanakan tugas dengan baik kalau kita tidak atau belum mampu memahami dan mengendalikan situasi yang ada di lingkungan sendiri.
"Maka dari itu sangat perlu untuk setiap prajurit Paskhas mampu di dalam dirinya dan keluarganya mengantisipasi dari gerakan radikal dan teroris tersebut. Sehingga diharapkan prajurit-prajurit ini akan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional," ujar alumni AAU tahun 1988 ini.
Dengan adanya pembekalan dari Kepala BNPT secara gamblang dan menyeluruh tersebut, perwira tinggi bintang dua ini berharap kepada seluruh prajuritnya dan seluruh keluarga besar Paskhas untuk bisa melindungi diri dari bahaya penyebaran paham radikalisme.
"Jadi baik dari prajurit itu sendiri dan keluarganya harus bebas dari radikalisme dan terorisme," tandasnya. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemkot Madiun disarankan memiliki penguatan pencegahan paham radikal dan terorisme demi keamanan kota tersebut
Baca SelengkapnyaBustan menegaskan perlu adanya kolaborasi dan sinergisitas semua pihak, untuk memberantas paham radikalisme dan terorisme.
Baca SelengkapnyaSementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin berpesan kepada BNPT untuk lebih memperkuat kolaborasi melalui pendekatan multipihak.
Baca SelengkapnyaMa'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca SelengkapnyaTak disangka satuan khusus dari Pasukan elite 3 Matra TNI & Polri tergabung dalam Badan ini.
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca SelengkapnyaDensus 88 memberikan pemahaman kepada para personel Polri dalam kegiatan pencegahan bahaya paham radikal.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaBNPT Republik Indonesia (RI) baru saja meresmikan Museum Nasional Penanggulangan Terorisme.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini, seorang karyawan KAI di Bekasi, Jawa Barat diduga masuk dalam jaringan terorisme.
Baca SelengkapnyaBadan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi teror di Indonesia terus menurun sejak tahun 2018.
Baca SelengkapnyaMenurut Panglima TNI, aksi teror pihak separatis di Papua harus segera diberantas.
Baca Selengkapnya