Kepala BNPT sebut paham radikal mudah menyasar lembaga pendidikan
Merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan para pelaku terorisme di Indonesia akhir-akhir ini berusia sekitar 23-27 tahun. Generasi muda yang masuk dalam kelompok tersebut adalah generasi yang masih produktif, tapi kenyataannya banyak di antara mereka yang justru menjadi pelaku terorisme.
Suhardi menyatakan target pelaku teror guna merekrut penganut ideologi radikalisme dan terorisme keagamaan kini cenderung bergerak semakin 'muda'.
"Generasi muda yang menjadi pelaku teror, ternyata tidak dipengaruhi oleh status ekonomi, tingkat kecerdasan, atau status pekerjaan. Paham radikalisme ini justru mudah menyasar di kalangan lembaga pendidikan," kata Suhardi dalam siaran pers yang diterima, Jumat (21/4).
-
Siapa yang menjadi target serangan? Sebuah laporan baru yang diterbitkan menyatakan bahwa 1,46 miliar pengguna aktif iPhone di seluruh dunia menghadapi serangan siber yang ditujukan pada ID Apple mereka.
-
Siapa yang terlibat dalam penyebaran Islam? Salah satu tokoh terkenal dari Kesultanan Demak adalah Sunan Kalijaga.
-
Siapa target dari diseminasi? Diseminasi merujuk pada proses menyebarkan informasi atau pengetahuan kepada orang banyak atau sekelompok orang tertentu.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa yang sering menjadi target sindiran? Kata-kata sindiran buat pacar yang sering chat sama orang lain.
-
Apa tujuan dari program deradikalisasi? Program deradikalisasi adalah pembinaan bagi narapidana kasus terorisme (napiter) untuk menghilangkan pemahaman radikal terorisme nya.
Kemarin, BNPT dan Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) menandatangani nota kesepahaman di kantor perwakilan BNPT, Jakarta. Suhardi mengatakan, para pelaku teror dulu identik dengan orang yang sudah berumur dan berpengalaman di daerah konflik.
Namun, lanjutnya, di era sekarang ini, basis pelaku teror bergeser ke usia yang lebih muda, karena begitu masifnya teknologi informasi yang mudah diakses oleh kalangan muda.
"Kalau dulu untuk melakukan bai'at harus tatap muka langsung, tetapi sekarang cukup online seperti kasus Ivan yang di Medan beberapa waktu lalu," tutur mantan Kabareskrim Polri ini.
Dia mengatakan teknologi informasi juga menjadi salah satu alasan mengapa generasi muda kian rentan terkena radikalisme. Akses tanpa batas dunia internet dengan mudah dilakukan generasi muda meski mereka hanya mengandalkan satu perangkat teknologi saja.
"Untuk itu kami sangat mengapresiasi Umaha yang telah menginisiasi untuk membentuk kelompok peneliti dengan melibatkan beberapa universitas yang ada di wilayah Surabaya, Madura dan bahkan Cirebon, guna mengadakan penelitian terhadap para mahasiswa untuk mencari sumber permasalahan serta memberikan solusi pencegahan terhadap pemahaman radikalisme di kalangan mahasiswa," kata mantan Kadiv Humas Mabes Polri ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan keterlibatan para akademisi diharapkan keterlibatan generasi muda di lingkungan pendidikan yang terlibat dalam tindak terorisme ataupun yang terpengaruh paham radikalisme semakin berkurang.
"Dan tentunya ini membutuhkan kerjasama serta komitmen kedua belah pihak yaitu Universitas Ma'arif Hasyim Latif bersama BNPT untuk dapatnya diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang lebih konkret lagi," katanya.
Rencananya program kerjasama ini akan menghasilkan kajian ilmiah yang mengikat agar bisa diterapkan dalam sebuah kurikulum dalam dunia pendidikan dan diterapkan dalam berbagai skala usia.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaMa'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca SelengkapnyaBangbang menegaskan, BNPT terus mendukung kaderisasi kepemimpinan yang menyasar perempuan dan anak sebagai upaya perdamaian
Baca SelengkapnyaBadan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi teror di Indonesia terus menurun sejak tahun 2018.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaSebanyak dua teroris jaringan Anshor Daulah, LHM dan DW yang bekerja sebagai tenaga pendidik di Bima, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditangkap.
Baca Selengkapnya