Kesaksian Mayor TNI bawa meriam ke istana minta DPR dibubarkan
Merdeka.com - 17 Oktober 1952, tepat 62 tahun lalu, TNI mengarahkan meriam ke istana. Mereka mendesak Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.
TNI kesal gonjang-ganjing politik terus terjadi. Kabinet hanya berumur enam bulan dan terus berganti. Puncak kekesalan mereka saat para politikus ikut campur urusan tentara.
Adalah Komandan Resimen Tujuh Mayor Kemal Idris yang mengarahkan meriam dan tank ke istana, atas perintah Kolonel Nasution. Pengamanan Jakarta memang saat itu berada di bawah kendali Kemal Idris.
-
Kenapa TNI harus dijaga dari pengaruh partai politik? Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Kenapa KGB mengintai Jenderal TNI? Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.
-
Kenapa Ganjar melibatkan mantan Panglima TNI? Selain itu, Ketua Harian Partai Perindo TGB Muhammad Zainul Majdi juga mengisi posisi sebagai wakil ketua TPN Ganjar.
-
Apa yang dilakukan TNI di kantor polisi? Sejumlah TNI tiba-tiba datang ke kantor Polisi Tuban dengan membawa massa yang cukup banyak. Mereka datang bukan tanpa tujuan. Prajurit TNI mengincar salah satu sosok pimpinan tertinggi di kantor Polisi tersebut, yaitu Kapolres Tuban, AKBP Suryono. Para prajurit TNI itu datang bukan dengan maksud buruk, sebaliknya, mereka datang dengan perasaan riang gembira. Membawa sebuah banner ucapan yang dibuat khusus untuk merayakan hari bahagia para anggota Polri.
-
Kenapa warga mengeroyok anggota TNI? Saat itu, warga yang sedang menikmati hiburan khas tersebut tiba-tiba ricuh dan membuat kondisi menjadi tidak kondusif.
Kisah ini dikisahkan Kemal dalam biografinya yang berjudul Kemal Idris Bertarung Dalam Revolusi terbitan Pustaka Sinar Harapan 1997.
Kemal mengaku diajak bicara oleh Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Nasution soal kondisi bangsa saat itu. Pada awal 1950an, ekonomi Indonesia masih morat-marit. Selain itu perpolitikan juga kacau sehingga pembangunan mandek.
"Saya ikut dalam gerakan itu karena yakin tujuannya benar. Saya menganggap perlu ada perubahan, perlu ada peremajaan dalam pimpinan. Baik di kabinet maupun di DPR serta perlu dilaksanakan pemilu secepat mungkin," kata Kemal Idris.
Dia menambahkan saat itu masih berusia muda dan avonturir sehingga cepat terbawa suasana.
"Saya bertanya kepada Nasution, di mana harus menempatkan senjata?"
"Ya sudah, saudara taruh saja di depan istana," jawab Nasution.
Kemal mengerahkan meriam, panser dan tank ke depan istana. Dia beralasan hal itu untuk menjaga keamanan istana dari para demonstran yang sebenarnya juga didukung oleh Angkatan Darat.
"Sebenarnya kalau meriam yang moncongnya menghadap istana itu ditembakkan, pasti jatuh melewati istana. Kenapa saya setuju dengan ucapan Nasution, jawabannya mudah. Kalau Bung Karno bertanya saya akan menjawab: Untuk melindungi Bung Karno dari serbuan demonstrasi." katanya.
Sebenarnya walau jatuh melewati istana pasti akan jatuh korban karena Kemal menggunakan peluru meriam sungguhan alias peluru tajam, bukan peluru kosong.
Kemal Idris hanya berjaga di luar, dia tak ikut saat Nasution dan para perwira lain menemui Soekarno. Para perwira Angkatan Darat itu menyampaikan permintaan agar Soekarno membubarkan parlemen, tapi ditolak. Soekarno hanya berjanji menggelar Pemilu secepatnya.
Kemal menilai para perwira ini tak berkutik karena kemampuan bicara Soekarno. Dia menyebut aksi ini sebuah kegagalan. Apalagi saat para demonstran yang didukung Angkatan Darat pun berbalik mendukung Soekarno. Termasuk para prajurit Kemal yang berada di balik meriam dan tank.
Walau begitu, Kemal mengaku tak pernah ada niatan untuk kudeta. Para perwira itu hanya ingin membuka mata Soekarno soal kondisi masyarakat dan politik yang kacau balau.
"Saya berpendirian, massa bisa berubah mendukung Bung Karno karena dia adalah orator ulung, yang mampu menggerakkan massa. Bagi saya adalah suatu kesalahan, membiarkan Bung Karno tampil berpidato di depan massa, sehingga target yang diinginkan semula idak tercapai," beber Kemal.
Gerakan 17 Oktober 1952 gagal. Nasution berhenti sebagai Kepala Staf Angkatan Darat sebelum akhirnya nanti diangkat kembali oleh Soekarno. Karir Kemal Idris pun berantakan. Kemal juga sempat memusuhi Nasution karena dianggap tak pernah membelanya.
Dia kelak menjadi salah satu jenderal pendiri Orde Baru. Namun Kemal Idris akhirnya berseberangan dengan Soeharto dan turut menjadi pendukung Petisi 50 bersama Nasution, Ali Sadikin, Hoegeng dan lain-lain.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agar tindakan segelintir oknum tidak merusak citra Mabes TNI.
Baca SelengkapnyaKasad melalui Pangdam IV/Diponegoro, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Boyolali atas kejadian ini.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua DPR, Fadli Zon menilai, wacana Polri akan digabung di bawah kementerian, tidak boleh ditanggapi secara apriori.
Baca Selengkapnya“Mengapa Bu Mega menyampaikan hal itu, sebenarnya memang karena rasa sayang terhadap institusi TNI dan Polri," kata Hasto
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi I Mayjen (Purn) Tubagus Hasanuddin mewanti-wanti Panglima agar prajurit TNI agar netral saat Pilkada
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Sebuah video yang memperlihatkan puluhan anggota TNI berseragam lengkap sedang menggeruduk Mapolrestabes Medan.
Baca SelengkapnyaMenariknya, dalam rapat Baleg kali ini terlihat sejumlah anggota Brimob dilengkapi senjata laras panjang
Baca SelengkapnyaMegawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis
Baca SelengkapnyaGanjar juga memastikan relawannya tidak ada yang meninggal pascapengeroyokn itu.
Baca SelengkapnyaPemeriksaan Mayor Dedi Hasibuan dilakukan di Kodam I Bukit Barisan.
Baca SelengkapnyaMasinton Pasaribu menemui para demonstran dalam aksi kawal putusan Mahkamah Konstitusi
Baca Selengkapnya"Teruskan saya sudah ngomong saya enggak setuju yang namanya TNI-Polri mau disetarakan," tegas Megawati
Baca Selengkapnya