Ketika nyawa peserta Diksar Mapala UII setara meterai Rp 6 ribu
Merdeka.com - Salah satu korban dugaan kekerasan diklat dasar mahasiswa pecinta alam Universitas Islam Indonesia (Diksar Mapala UII), Abyan Razaki masih mendapat perawatan di Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital (RS JIH). Ayah Abyan, Budi menuturkan dirinya sempat dimintai tanda tangan surat pernyataan bermeterai Rp 6 ribu.
Surat pernyataan ini salah satunya berisikan bahwa orang tua mengizinkan anaknya mengikuti acara Diksar Mapala.
"Di surat itu juga berisi bahwa orang tua peserta diklat tidak akan menuntut panitia apabila terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Waktu itu saya tandatangani saja. Saya berpikir positif saja bahwa tidak akan ada kecelakaan atau hal lainnya yang akan terjadi pada Abyan," ungkap Budi kepada merdeka.com, Selasa (24/1).
-
Siapa mahasiswa yang tewas di Bali? Mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23) ditemukan tewas di kamar indekosnya di Bali.
-
Siapa mahasiswi UPI yang meninggal? Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, Perempuan itu berinisial AM. Ia salah satu mahasiswa UPI yang menempuh program studi Pendidikan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pendidikan.
-
Siapa yang meninggal dalam undangan tahlil? Dengan mengharap Ridlo dan Rahmat Allah SWT, kami mengharap kehadiran Bapak /Saudara untuk memberikan do’a pada acara seratus hari meninggalnya :Almh. Ratno Susilo
-
Bagaimana mahasiswi UPI itu meninggal? 'Kepala UPT K3 menyatakan benar ada seorang mahasiswi UPI yang terjatuh dari Lantai 2 Gedung Gymnasium. Pihak kepolisian masih menyelidiki kejadian tersebut, jenazah dibawa RS Sartika Asih. Latar belakang kejadian belum diketahui,' terang dia.
-
Kapan mahasiswi UPI itu ditemukan meninggal? Kasus ini pertama kali mengemuka saat dua orang mahasiswa yang hendak berkegiatan membuat video basket di Gedung Gymnasium melihat sosok tubuh perempuan tergeletak bersimbah darah pada Kamis (26/12) sore.
-
Dimana mahasiswi UPI itu ditemukan meninggal? Seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ditemukan meninggal dunia dalam gedung Gymnasium.
Budi menuturkan bahwa anaknya yang merupakan mahasiswa jurusan teknik kimia angkatan 2015 sempat menceritakan saat diksar, masalah surat pernyataan itu selalu disinggung. Bahkan Abyan mengatakan selalu diulang-ulang oleh panitia saat acara diksar.
"Kata Abyan, panitia selalu bilang bahwa ingat nyawa kalian sudah ada di surat bermeterai Rp 6 ribu itu. Saya tidak tahu apakah maksudnya untuk mengintimidasi atau untuk apa," jelas Budi.
Camp Diksar UII di Lereng Lawu ©2017 Merdeka.com/arie sunaryo
Terkait adanya surat pernyataan bermeterai Rp 6 ribu yang diberikan panitia kepada peserta diksar untuk ditandatangani orang tua, Muzayin Nazaruddin, selaku anggota tim Crisis Center UII yang menangani investigasi terhadap kasus itu mengatakan bahwa hingga saat ini belum mengetahui surat pernyataan tersebut secara rinci. Meskipun demikian, dirinya mengakui jika kegiatan di luar kampus memang disertai surat pernyataan.
"Surat (pernyataan) itu yang membuat Mapala (UII), bukan kampus. Akan kami selidiki. Kami pastikan (isi surat) tidak ada kata 'apabila meninggal tidak bisa menuntut'," beber Musayin.
Hingga kemarin, luka yang diderita Abyan cukup parah, bahkan keluarga sempat tak mengenalinya. "Di foto yang dikirim, Abyan kelihatan pipinya cekung, tatapan matanya kosong dan kumal. Pokoknya enggak mirip anak saya sama sekali. Terus saya suruh kakaknya (Raihan) bawa Abyan ke rumah sakit," ungkap Budi.
Budi menuturkan bahwa Abyan sempat bercerita ketika diksar punggung dan pahanya dipukul kayu. Abyan juga sempat ditampar.
"Abyan didiagnosa dokter mengalami bronkitis, infeksi jempol dan infeksi ginjal. Tubuh Abyan juga mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuh seperti tangan, punggung dan paha," jelas Budi.
Budi menambahkan bahwa Abyan kemungkinan bronkitis karena saat kegiatan diksar selama berhari-hari mengenakan baju yang sama dan kondisinya basah. Sedangkan infeksi pada dua jempol kakinya dimungkinkan karena menggunakan sepatu basah dan untuk bergerak terus.
"Tadi sore, Abyan baru saja menjalani operasi untuk dua jempolnya yang infeksi. Sekarang masih perawatan," beber Budi.
Lokasi Diksar Mapala UII berujung maut ©2017 Merdeka.com
Budi mengakui bahwa saat ini kondisi Abyan masih trauma. Ini disebabkan kematian kawan akrabnya yang juga mengikuti Diksar Mapala UII, Syait Asyam.
"Abyan dan Asyam itu sudah temenan sejak di SMA Kesatuan Bangsa. Bahkan sebelum berangkat mengikuti diksar, Asyam sempat menginap di kos Abyan. Mereka berangkat bareng saat diksar itu," jelas Budi.
Sementara itu, orang tua Syait Asyam (20), Sri Handayani dan orang tua Ilham Nurfadmi Listia Adi (20), Syafei menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan kasus kematian anaknya. Baik Sri Handayani maupun Syafei yakin ada dugaan penganiayaan yang menjadi penyebab kematian korban.
"Anak saya sempat cerita dianiaya dan sempat dipukul punggungnya pakai rotan sebanyak 10 kali," kata Sri.
Namun pihak UII membantah korban diduga dianiaya menggunakan rotan. Rektor Harsoyo menuturkan terduga pelaku menggunakan ranting.
"Berdasarkan keterangan peserta maupun panitia tidak ada penggunaan rotan. Yang digunakan itu ranting yang ukurannya segini," ujar Harsoyo sembari menunjukkan kelingkingnya.
Asyam mengalami patah tulang di sekujur tubuhnya seperti tangan, kaki, pantat dan punggung yang dalam istilah medis dinamakan multiple trauma. Selain itu Asyam juga mengalami diare dan gagal pernapasan. Napas Asyam hanya 40 napas permenit.
Korban akhirnya meninggal dunia pada Sabtu 21 Januari 2017 pukul 14.45 WIB. Korban meninggal karena pnemunia atau panas di paru-paru.
Sedangkan Ilham mengalami sejumlah luka di tubuh. Bahkan kuku kaki korban beberapa dalam kondisi hampir copot. Korban juga mengalami buang air besar darah segar dan ada trauma abdomen sekitar perut. Karena kondisinya terus menurun, korban dikirim ke ICU pada pukul 19.30 WIB. Kondisi Ilham didiagnosa hematosisia bab darah, anemia dan tensi menurun. Ilham kemudian mengembuskan napas terakhir.
Hingga kemarin, sepuluh peserta Diksar Mapala menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital (RS JIH). Selain sepuluh orang yang dirawat inap, sebanyak 24 orang peserta lainnya menjalani rawat jalan.
"Mereka (10 pasien) mengeluh kedinginan dan gatal-gatal," kata anggota tim Crisis Center UII bagian komunikasi keluarga, Mutia Dewi.
Camp Diksar UII di Lereng Lawu ©2017 Merdeka.com/arie sunaryo
Polres Karanganyar yang menangani perkara ini kemarin sudah mendatangkan dua ahli hukum pidana dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo untuk mengungkap tuntas. Kedua ahli hukum pidana ini dimintai keterangan terkait surat pernyataan yang disodorkan oleh panitia Diksar Mapala UII kepada para peserta, sebelum mengikuti kegiatan.
"Hari ini selain memeriksa panitia, kami juga akan memeriksa dua ahli pidana dari UNS. Mereka kita mintai pendapat terkait dengan adanya surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh peserta pada saat mendaftar untuk mengikuti diksar. Mereka juga kita minta melihat sejauh mana pertanggungjawaban pidana surat pernyataan tersebut," kata Kapolres Karanganyar, AKBP Ade Safri Simanjuntak.
Dalam waktu dekat ini, Polres Karanganyar akan menetapkan tersangka. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan para saksi.
"Kita akan adakan gelar perkara dalam waktu dekat ini. Sekaligus kita tetapkan siapa tersangkanya. Kita targetkan secepatnya dalam minggu ini," lanjut Ade Safri Simanjuntak.
Sebagaimana diberitakan, tiga mahasiswa UII tewas usai mengikuti acara pendidikan dasar atau GC yang digelar Mapala UII di Gunung Lawu Lereng Selatan, Tawangmangu, Jawa Tengah, dari tanggal 13 hingga 20 Januari 2017.
Ketiga mahasiswa yang meninggal adalah Muhammad Fadhli (20), Syait Asyam (20) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20).
Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII angkatan 2015, asal Batam tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar, Jumat (20/1). Asyam mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 asal Yogyakarta tewas di RS Bethesda, Yogyakarta pada Sabtu (21/1). Korban terakhir adalah Ilham mahasiswa Hukum Internasional angkatan 2015 yang tewas di RS Bethesda, Senin (23/1).
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dugaan sementara, dokter muda FK Undip ini bunuh diri karena dibully senior.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengerikan kejamnya pemalakan PPDS hasil investigasi kasus kematian dokter Aulia.
Baca SelengkapnyaAdapun peran ketiga tersangka berbeda-beda. SM misalnya, berperan meminta sejumlah uang tunai kepada bendahara PPDS.
Baca SelengkapnyaDokter Aulia diduga bunuh diri di indekos Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, karena dibully senior pada Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaPermintaan uang di luar biaya pendidikan resmi tersebut berlangsung sejak dokter Aulia masih di semester pertama PPDS atau sekitar Juli hingga November 2022
Baca SelengkapnyaUang Rp97 juta yang disita polisi diduga sebagai dana operasional yang dipungut di luar ketentuan.
Baca SelengkapnyaMengacu pada pasal-pasal yang didakwakan, Praka RM, Praka HS dan Praka J terancam hukuman mati.
Baca SelengkapnyaDalam salah satu bullying yang terjadi dokter Aulia Risma sempat dipalak oleh seniornya hingga mencapai Rp40 juta.
Baca SelengkapnyaIbu almarhumah AR, mengaku mentransfer uang kepada putrinya yang dipergunakan untuk iuran mahasiswa PPDS tersebut.
Baca SelengkapnyaDokter Aulia Risma diduga bunuh diri karena dibully senior.
Baca Selengkapnya