Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ketika nyawa peserta Diksar Mapala UII setara meterai Rp 6 ribu

Ketika nyawa peserta Diksar Mapala UII setara meterai Rp 6 ribu Camp Diksar UII di Lereng Lawu. ©2017 Merdeka.com/arie sunaryo

Merdeka.com - Salah satu korban dugaan kekerasan diklat dasar mahasiswa pecinta alam Universitas Islam Indonesia (Diksar Mapala UII), Abyan Razaki masih mendapat perawatan di Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital (RS JIH). Ayah Abyan, Budi menuturkan dirinya sempat dimintai tanda tangan surat pernyataan bermeterai Rp 6 ribu.

Surat pernyataan ini salah satunya berisikan bahwa orang tua mengizinkan anaknya mengikuti acara Diksar Mapala.

"Di surat itu juga berisi bahwa orang tua peserta diklat tidak akan menuntut panitia apabila terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Waktu itu saya tandatangani saja. Saya berpikir positif saja bahwa tidak akan ada kecelakaan atau hal lainnya yang akan terjadi pada Abyan," ungkap Budi kepada merdeka.com, Selasa (24/1).

Budi menuturkan bahwa anaknya yang merupakan mahasiswa jurusan teknik kimia angkatan 2015 sempat menceritakan saat diksar, masalah surat pernyataan itu selalu disinggung. Bahkan Abyan mengatakan selalu diulang-ulang oleh panitia saat acara diksar.

"Kata Abyan, panitia selalu bilang bahwa ingat nyawa kalian sudah ada di surat bermeterai Rp 6 ribu itu. Saya tidak tahu apakah maksudnya untuk mengintimidasi atau untuk apa," jelas Budi.

camp diksar uii di lereng lawu

Camp Diksar UII di Lereng Lawu ©2017 Merdeka.com/arie sunaryo

Terkait adanya surat pernyataan bermeterai Rp 6 ribu yang diberikan panitia kepada peserta diksar untuk ditandatangani orang tua, Muzayin Nazaruddin, selaku anggota tim Crisis Center UII yang menangani investigasi terhadap kasus itu mengatakan bahwa hingga saat ini belum mengetahui surat pernyataan tersebut secara rinci. Meskipun demikian, dirinya mengakui jika kegiatan di luar kampus memang disertai surat pernyataan.

"Surat (pernyataan) itu yang membuat Mapala (UII), bukan kampus. Akan kami selidiki. Kami pastikan (isi surat) tidak ada kata 'apabila meninggal tidak bisa menuntut'," beber Musayin.

Hingga kemarin, luka yang diderita Abyan cukup parah, bahkan keluarga sempat tak mengenalinya. "Di foto yang dikirim, Abyan kelihatan pipinya cekung, tatapan matanya kosong dan kumal. Pokoknya enggak mirip anak saya sama sekali. Terus saya suruh kakaknya (Raihan) bawa Abyan ke rumah sakit," ungkap Budi.

Budi menuturkan bahwa Abyan sempat bercerita ketika diksar punggung dan pahanya dipukul kayu. Abyan juga sempat ditampar.

"Abyan didiagnosa dokter mengalami bronkitis, infeksi jempol dan infeksi ginjal. Tubuh Abyan juga mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuh seperti tangan, punggung dan paha," jelas Budi.

Budi menambahkan bahwa Abyan kemungkinan bronkitis karena saat kegiatan diksar selama berhari-hari mengenakan baju yang sama dan kondisinya basah. Sedangkan infeksi pada dua jempol kakinya dimungkinkan karena menggunakan sepatu basah dan untuk bergerak terus.

"Tadi sore, Abyan baru saja menjalani operasi untuk dua jempolnya yang infeksi. Sekarang masih perawatan," beber Budi.

lokasi diksar mapala uii berujung maut

Lokasi Diksar Mapala UII berujung maut ©2017 Merdeka.com

Budi mengakui bahwa saat ini kondisi Abyan masih trauma. Ini disebabkan kematian kawan akrabnya yang juga mengikuti Diksar Mapala UII, Syait Asyam.

"Abyan dan Asyam itu sudah temenan sejak di SMA Kesatuan Bangsa. Bahkan sebelum berangkat mengikuti diksar, Asyam sempat menginap di kos Abyan. Mereka berangkat bareng saat diksar itu," jelas Budi.

Sementara itu, orang tua Syait Asyam (20), Sri Handayani dan orang tua Ilham Nurfadmi Listia Adi (20), Syafei menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan kasus kematian anaknya. Baik Sri Handayani maupun Syafei yakin ada dugaan penganiayaan yang menjadi penyebab kematian korban.

"Anak saya sempat cerita dianiaya dan sempat dipukul punggungnya pakai rotan sebanyak 10 kali," kata Sri.

Namun pihak UII membantah korban diduga dianiaya menggunakan rotan. Rektor Harsoyo menuturkan terduga pelaku menggunakan ranting.

"Berdasarkan keterangan peserta maupun panitia tidak ada penggunaan rotan. Yang digunakan itu ranting yang ukurannya segini," ujar Harsoyo sembari menunjukkan kelingkingnya.

Asyam mengalami patah tulang di sekujur tubuhnya seperti tangan, kaki, pantat dan punggung yang dalam istilah medis dinamakan multiple trauma. Selain itu Asyam juga mengalami diare dan gagal pernapasan. Napas Asyam hanya 40 napas permenit.

Korban akhirnya meninggal dunia pada Sabtu 21 Januari 2017 pukul 14.45 WIB. Korban meninggal karena pnemunia atau panas di paru-paru.

Sedangkan Ilham mengalami sejumlah luka di tubuh. Bahkan kuku kaki korban beberapa dalam kondisi hampir copot. Korban juga mengalami buang air besar darah segar dan ada trauma abdomen sekitar perut. Karena kondisinya terus menurun, korban dikirim ke ICU pada pukul 19.30 WIB. Kondisi Ilham didiagnosa hematosisia bab darah, anemia dan tensi menurun. Ilham kemudian mengembuskan napas terakhir.

Hingga kemarin, sepuluh peserta Diksar Mapala menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital (RS JIH). Selain sepuluh orang yang dirawat inap, sebanyak 24 orang peserta lainnya menjalani rawat jalan.

"Mereka (10 pasien) mengeluh kedinginan dan gatal-gatal," kata anggota tim Crisis Center UII bagian komunikasi keluarga, Mutia Dewi.

camp diksar uii di lereng lawu

Camp Diksar UII di Lereng Lawu ©2017 Merdeka.com/arie sunaryo

Polres Karanganyar yang menangani perkara ini kemarin sudah mendatangkan dua ahli hukum pidana dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo untuk mengungkap tuntas. Kedua ahli hukum pidana ini dimintai keterangan terkait surat pernyataan yang disodorkan oleh panitia Diksar Mapala UII kepada para peserta, sebelum mengikuti kegiatan.

"Hari ini selain memeriksa panitia, kami juga akan memeriksa dua ahli pidana dari UNS. Mereka kita mintai pendapat terkait dengan adanya surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh peserta pada saat mendaftar untuk mengikuti diksar. Mereka juga kita minta melihat sejauh mana pertanggungjawaban pidana surat pernyataan tersebut," kata Kapolres Karanganyar, AKBP Ade Safri Simanjuntak.

Dalam waktu dekat ini, Polres Karanganyar akan menetapkan tersangka. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan para saksi.

"Kita akan adakan gelar perkara dalam waktu dekat ini. Sekaligus kita tetapkan siapa tersangkanya. Kita targetkan secepatnya dalam minggu ini," lanjut Ade Safri Simanjuntak.

Sebagaimana diberitakan, tiga mahasiswa UII tewas usai mengikuti acara pendidikan dasar atau GC yang digelar Mapala UII di Gunung Lawu Lereng Selatan, Tawangmangu, Jawa Tengah, dari tanggal 13 hingga 20 Januari 2017.

Ketiga mahasiswa yang meninggal adalah Muhammad Fadhli (20), Syait Asyam (20) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20).

Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII angkatan 2015, asal Batam tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar, Jumat (20/1). Asyam mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 asal Yogyakarta tewas di RS Bethesda, Yogyakarta pada Sabtu (21/1). Korban terakhir adalah Ilham mahasiswa Hukum Internasional angkatan 2015 yang tewas di RS Bethesda, Senin (23/1).

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Investigasi Kematian Dokter PPDS Undip, Korban Dipalak Senior Rp20-40 Juta per Bulan
Investigasi Kematian Dokter PPDS Undip, Korban Dipalak Senior Rp20-40 Juta per Bulan

Dugaan sementara, dokter muda FK Undip ini bunuh diri karena dibully senior.

Baca Selengkapnya
Fakta Ngeri Kejamnya Pemalakan PPDS Hasil Investigasi Kasus Kematian Dokter Aulia, Ada Duit Rp40 Juta
Fakta Ngeri Kejamnya Pemalakan PPDS Hasil Investigasi Kasus Kematian Dokter Aulia, Ada Duit Rp40 Juta

Berikut fakta mengerikan kejamnya pemalakan PPDS hasil investigasi kasus kematian dokter Aulia.

Baca Selengkapnya
Tiga Tersangka Kasus Kematian dr Aulia Dijerat Pasal Pemerasan dan Penipuan, Ini Sosoknya
Tiga Tersangka Kasus Kematian dr Aulia Dijerat Pasal Pemerasan dan Penipuan, Ini Sosoknya

Adapun peran ketiga tersangka berbeda-beda. SM misalnya, berperan meminta sejumlah uang tunai kepada bendahara PPDS.

Baca Selengkapnya
Rektor Undip Buka Suara Soal Kasus Perundungan dr Aulia Risma: Buat Apa Kami Tutupi
Rektor Undip Buka Suara Soal Kasus Perundungan dr Aulia Risma: Buat Apa Kami Tutupi

Dokter Aulia diduga bunuh diri di indekos Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, karena dibully senior pada Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Terungkap Motif Kematian Dokter Aulia, Depresi Dipalak Senior Rp40 Juta Perbulan Diduga Penyebabnya
VIDEO: Terungkap Motif Kematian Dokter Aulia, Depresi Dipalak Senior Rp40 Juta Perbulan Diduga Penyebabnya

Permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi tersebut berlangsung sejak dokter Aulia masih di semester pertama PPDS atau sekitar Juli hingga November 2022

Baca Selengkapnya
Perputaran Uang Diduga Hasil Pemerasan Satu Angkatan PPDS Anestesi Capai Rp 2 M, Polisi Sita Rp97 Juta
Perputaran Uang Diduga Hasil Pemerasan Satu Angkatan PPDS Anestesi Capai Rp 2 M, Polisi Sita Rp97 Juta

Uang Rp97 juta yang disita polisi diduga sebagai dana operasional yang dipungut di luar ketentuan.

Baca Selengkapnya
Tuntutan Hukuman Praka RM Cs yang Aniaya Imam Masykur hingga Tewas Dibacakan Oditur Hari Ini
Tuntutan Hukuman Praka RM Cs yang Aniaya Imam Masykur hingga Tewas Dibacakan Oditur Hari Ini

Mengacu pada pasal-pasal yang didakwakan, Praka RM, Praka HS dan Praka J terancam hukuman mati.

Baca Selengkapnya
Respons Singkat IDI atas Kasus Dokter Aulia Dipalak Senior Rp40 Juta per Bulan
Respons Singkat IDI atas Kasus Dokter Aulia Dipalak Senior Rp40 Juta per Bulan

Dalam salah satu bullying yang terjadi dokter Aulia Risma sempat dipalak oleh seniornya hingga mencapai Rp40 juta.

Baca Selengkapnya
Keluarga Ungkap Dokter Aulia Risma Setor Iuran hingga Rp225 Juta Selama PPDS di Undip
Keluarga Ungkap Dokter Aulia Risma Setor Iuran hingga Rp225 Juta Selama PPDS di Undip

Ibu almarhumah AR, mengaku mentransfer uang kepada putrinya yang dipergunakan untuk iuran mahasiswa PPDS tersebut.

Baca Selengkapnya
Reaksi Santai Mendikbud Nadiem Ditanya Kasus Mahasiswa Kedokteran Bunuh Diri Karena Dibully Senior di Kampus
Reaksi Santai Mendikbud Nadiem Ditanya Kasus Mahasiswa Kedokteran Bunuh Diri Karena Dibully Senior di Kampus

Dokter Aulia Risma diduga bunuh diri karena dibully senior.

Baca Selengkapnya