Ketika SBY memilih bersikap 'in between'
Merdeka.com - Selalu Ada Pilihan. Itulah judul buku memoar politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diluncurkan baru-baru ini. Selalu ada pilihan, diakui SBY adalah cara pandangnya melihat hidup.
"Life is a choice," kata SBY dalam peluncuran di Jakarta Convention Center, Jumat pekan lalu.
Menurut dia, seseorang ingin menjadi apa, itu pilihan masing-masing. Masa depan seperti apa, itu juga pilihan sendiri.
-
Apa itu daftar isi? Secara singkat, daftar isi memuat suatu daftar yang berisi judul bab atau bagian dari karya tulis.
-
Buku apa yang termahal? Kitab Mazmur tercatat sebagai buku paling mahal.
-
Buku apa yang paling laris di Indonesia? Diterbitkan pada tahun 1936, buku ini membanggakan prestasi luar biasa dengan penjualan lebih dari 15 juta eksemplar dan menjadi salah satu buku terlaris di Indonesia.
-
Bagaimana cara memilih nama yang tepat dari daftar ini? Mengingat setiap orang tua tentu ingin memberikan nama terbaik yang juga terselipkan doa untuk sang buah hati.
-
Novel apa yang digemari? Novel apa saja yang terkenal? Ayat-ayat Cinta – Habiburrahman El Shirazy.Dilan – Pidi Baiq.11:11 – Fiersa Besari.Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer.Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan.
-
Apa kitab penting itu? Sebuah manuskrip terkenal dari naskah Kitab Kells berusia 1.200 tahun yang memiliki iluminasi luar biasa dari koleksi museum Trinity College Dublin ternyata memiliki sejarah yang panjang sebelum berada di museum tersebut.
"Pendekatan dan cara apa untuk atasi masalah itu pilihan, sampai siapa yang paling tepat memimpin adalah pilihan dan puncak dari kebebasan adalah bebas untuk memilih. Dengan perspektif dan konteks itulah buku ini saya beri judul selalu ada pilihan," ujar SBY.
Di buku setebal 807 halaman itu, pembaca juga bisa melihat cara SBY memilih sikap, kebijakan, gaya dan pandangan terhadap suatu hal. Dari beberapa kisah yang ditulisnya, SBY tampak memilih sikap 'in between' (di antara), baik dalam sikap, kebijakan, gaya dan pandangannya.
'In between' secara sederhana bisa diartikan posisi yang berada di antara dua ekstrem. Posisi Partai Demokrat sebagai partai tengah dalam spektrum ideologi (tidak ke kanan dan ke kiri), barangkali menjadi salah satu bukti bagaimana SBY mendasarkan sikap 'in between' dalam berpolitik.
Berikut adalah sikap 'in between' yang ditulis SBY dalam buku 'Selalu Ada Pilihan':
Gaya komunikasi
SBY mengatakan gaya komunikasinya adalah ada di antara gaya komunikasi dua pendahulunya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarnoputri. Sikap Gus Dur dan Megawati bisa dikatakan dua titik ekstrem dalam menanggapi isu dan komentar publik."Gus Dur lebih reaktif, sedangkan Ibu Megawati cenderung diam," kata SBY di halaman 611 buku 'Selalu Ada Pilihan', seperti dikutip merdeka.com.SBY mengatakan, tentu kedua mantan bosnya itu memiliki pertimbangan masing-masing dalam bersikap demikian. "Tidak bisa dianggap jelek," katanya.Namun, kata SBY, terkait dua model komunikasi itu, dia memilih berada di tengah. "Saya memilih di antara keduanya (Gus Dur-Megawati)," kata SBY."Jika harus bicara ya saya bicara, tetapi jika harus diam saya pun akan diam," jelas SBY.SBY mengakui, dia sengaja untuk tidak menanggapi setiap isu dan komentar para pengamat dan politisi. Karena, di samping tidak perlu, juga akan menyita waktunya."Berarti, kalau hal begitu saya lakukan saya justru tidak bisa bekerja. Waktu saya akan habis untuk itu," ujar SBY menambahkan pertimbangan lain adalah agar politik tidak terus tegang dan panas.Namun ada kalanya SBY cepat merespons isu dan komentar publik. "Bahkan, dalam banyak hal saya respons secara seketika, terutama kejadian yang bersifat eskalatif dan bisa memburuk," katanya."Atau saya respons sebelum isu itu bergerak liar ke kiri dan ke kanan, yang akhirnya bisa sungguh mengganggu," imbuh SBY.
Topik pilihan: Presiden SBY | Ani Yudhoyono
Gaya memimpin
Menurut SBY, ada banyak sifat dan gaya seorang pemimpin, termasuk presiden. Setidaknya bisa dikerucutkan menjadi dua kutub."Ada yang maunya terima bersih, berarti para menteri dan staf yang mengerjakan. Ada yang suka menangani sendiri, sehingga staf dan mungkin menterinya tidak banyak berperan," kata SBY di halaman 607 buku 'Selalu Ada Pilihan', seperti dikutip merdeka.com.Untuk gaya yang pertama, jelas SBY, biasanya presiden tersebut melakukan tugasnya serba formal. Sedangkan yang kedua, si presiden tidak mau diatur dan membiarkan mengalir begitu saja."Kalau Anda ingin mengetahui apa yang saya pilih - pilihan saya di antara keduanya," kata SBY.SBY menjelaskan, tidak mungkin dalam sidang atau rapat kabinet tidak ada agenda dan tujuan dari rapat. "Tetapi tidak mungkin pula saya hanya memberikan pengantar dan pengarahan akhir, apalagi jika semuanya serba disiapkan," jelasnya.
Topik pilihan: Presiden SBY | Ani Yudhoyono
Soal blusukan
Soal blusukan, SBY juga tidak mau mengambil posisi ekstrem: sering melakukan blusukan atau tidak mau blusukan. SBY memilih 'in between' yakni melakukan blusukan asalkan "harus punya tujuan dan sasaran.""Blusukan is not for the sake of blusukan. Apalagi hanya untuk pencitraan semata," ujar SBY di halaman 628 buku 'Selalu Ada Pilihan', seperti dikutip merdeka.com.Mengutip teori kepemimpinan dan manajemen, SBY mengatakan, seorang pemimpin dinyatakan keliru jika hanya duduk di belakang meja."Sama salahnya jika seorang pemimpin tidak peduli pada pembuatan kebijakan, rencana dan program, dan memilih untuk lebih baik jalan dan berkeliling-keliling di wilayahnya," ujar SBY.
Topik pilihan: Presiden SBY | Ani Yudhoyono
Kapabiltas atau popularitas?
Menurut SBY, kalau ingin menjadi pemimpin haruslah memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik. Namun, kata SBY, kalau calon pemimpin itu harus melalui pemilihan, seperti pilpres, dia harus mempunyai popularitas dan akseptabilitas yang tinggi."Jika dikaitkan dengan pemilihan pemimpin politik, apakah pilpres atau pilkada, situasinya sering menjadi sangat dilematis. Ada calon yang sangat populer, tetapi dianggap kurang kemampuannya. Atau sebaliknya, dia dinilai kapabel, tetapi kurang disukai rakyat," kata SBY di halaman 468 buku 'Selalu Ada Pilihan', seperti dikutip merdeka.com.Untuk dilema ini, SBY memberi jalan keluar yang tidak ekstrem mendukung salah satunya: kapabilitas atau popularitas. Akan tetapi, dia mengambil solusi 'in between' dengan memerhatikan kondisi yang ada.SBY mengatakan, jika ada tokoh yang amat populer sekarang ini, tetapi kapabilitas yang bersangkutan dinilai belum cukup untuk langsung memimpin negeri ini di tahun 2014 mendatang, tentu harus ada sesuatu yang dilakukan, baik oleh tokoh yang bersangkutan atau pihak-pihak yang mengusungnya."Jadi, kalau hampir semua orang mengatakan bahwa kemungkinan terpilihnya lebih dari 90 persen, dan boleh dikata dia benar-benar tak terbendung (unstoppable), maka lebih baik dipersiapkan saja. Isi dan tingkatkan wawasan dan kemampuannya," ujar SBY.Sebaliknya, kata SBY, jika ada tokoh yang amat kapabel tetapi tidak populer, maka harus ditingkatkan popularitas dan elektabilitasnya. "Tetapi, jangan bohong dan jangan melebih-lebihkan," kata SBY.
Baca juga:Apa yang dilakukan SBY setelah pensiun menjadi presiden?'Buku SBY seperti sedia payung sebelum hujan'Cerita SBY 'ditolak' bupati di Bali karena MegawatiSBY: Gus Dur lebih reaktif, Megawati cenderung diamSetiap salaman dengan Megawati, SBY terima banyak SMS (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut SBY, tidak bisa memilih hanya satu di antara ekonomi dan demokrasi dan mengorbankan yang lainnya.
Baca SelengkapnyaSBY menilai ajakan PDIP dan Gerindra baik untuk transparansi politik
Baca SelengkapnyaSBY mengatakan, menjaga demokrasi itu penuh tantangan. Maka untuk menjaga demokrasi tersebut diperlukan perjuangan.
Baca SelengkapnyaSBY mengatakan seluruh kader Demokrat wajib bersyukur dikhianati NasDem dan Anies.
Baca SelengkapnyaSBY marah melihat ada kadernya yang asyik ngobrol saat dia sedang memberikan arahan.
Baca SelengkapnyaSBY mengaku bangga dan mendukung penuh langkah Prabowo.
Baca SelengkapnyaSBY meminta agar kader Demokrat berjuang di tengah politik pragmatis.
Baca SelengkapnyaIndonesia kerap dipandang sebagai regional power dan sekaligus global player
Baca SelengkapnyaSBY menyambangi kediaman pribadi Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara
Baca SelengkapnyaSBY berharap mimpi Demokrat dikabulkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Pihaknya akan menemukan baik jalan jalan maupun tempat yang lebih baik.
Baca SelengkapnyaPresiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan rakyat Indonesia agar tak salah pilih capres-cawapres di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSBY meminta kader Demokrat itu tidak bicara dan mendengarkan arahan penting darinya.
Baca Selengkapnya