Ketua Cyber Indonesia Sebut Hasil Penggeledahan Kuatkan Indikasi Teroris ke Munarman
Merdeka.com - Ketua Cyber Indonesia Husin Alwi menilai hasil penggeledahan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di beberapa tempat memperkuat indikasi dugaan teroris terhadap Mantan Sekjen Front Pembela Islam (FPI) Munarman.
Husin mencontohkan, petugas telah menemukan beberapa buku seruan jihad di rumah Munarman di Kompleks Bukit Modern Hill, Pondok Cabe Udik, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.
"Saya tidak mau berasumsi, tapi faktanya ada buku seruan jihad segala macem. Apakah mungkin itu mengarah kalau Munarman terdoktrin dari buku-buku itu," ujar Husin dalam diskusi Crosscheck Medcom pada Minggu (2/5).
-
Kenapa Densus 88 menangkap terduga teroris? 'Kita tidak ingin persoalan di medsos yang dipicu oleh orang-orang seperti itu memberikan kegaduhan di dunia maya yang tidak hanya didalam negeri tapi bisa di luar negeri karena tokoh sekelas atau figur sekelas seperti Paus keramaian di medsos akan mengganggu kegiatan,' ucap dia
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat penangkapan terduga teroris? 'Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya,' kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Siapa yang ditangkap Densus 88? Aswin mengatakan, Densus 88 Antiteror akan menggali lebih jauh keterangan dari para pelaku, termasuk mencari barang-barang lain yang berhubungan dengan aksi teror.
-
Siapa yang diduga dikuntit Densus 88? Adapun dugaan Jampidsus diduga dikuntit oknum Densus 88 saat makan di salah satu restoran di Cipete, Jakarta Selatan.
-
Bagaimana Densus 88 mengantisipasi ancaman teroris? 'Kita akan lanjutkan penyelidikan dan penyidikan untuk menjawab salah satunya pertanyaan seperti tadi,' ucap dia.
-
Dimana Mentan Amran blusukan? Kami sudah keliling lumbung padi Indonesia di 11 provinsi.
Sementara itu, lanjut dia, bukti lain yang memperkuat dugaan keterlibatan terorisme yakni ditemukannya bahan kimia yang bisa dijadikan sebagai bahan peledak di bekas Markas FPI di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat.
"Bukti lain ada ditemukan bahan peledak yang daya ledaknya tinggi di bekas kantor FPI, dan mungkin kalau dari Aziz Yanuar membantah itu hanya sekedar pembersih WC segala macem. Tapi kan polisi enggak bodoh, apalagi Densus 88 yang menangani konsep bom segala macem dan mereka kan sudah kenyang urusi begituan," terangnya.
Dia menilai sanggahan dari kubu eks FPI yang menyebut bahwa bahan- bahan kimia yang disita tim Densus 88 itu untuk pembersih WC tidak masuk akal. "Engga mungkin bisa bikin statement bahwa itu detergen untuk pembersih WC, bahwa itu macam kimia biasa untuk bisa dipakai di rumah orang. Dengan semudah itu mendapatkan bubuk itu dan logikanya menurut saya itu banyak, bukan sedikit," jelasnya.
"Kalau cuman sedikit itu wajar, artinya kalau mendapatkannya mudah membelinya, tapi ini banyak tidak sedikit. Artinya untuk mendapatkannya pun tidak semudah itu, hingga akhirnya polisi mencurigai ini," sambungnya.
Sebelumnya, bubuk mencurigakan ditemukan kepolisian saat melakukan penggeledahan di bekas markas Front Pembela Islam (FPI) pada Selasa (27/4). Eks pengacara FPI, Aziz Yanuar, menyebut bubuk yang ditemukan pihak kepolisian merupakan pembersih toilet.
"Serbuk yang dimaksud, tadi saya sudah bertanya dengan penanggung jawab di kantor dan informasi dari beberapa pihak itu memang pembersih toilet yang memang digunakan untuk program bersih-bersih WC dan toilet masjid beberapa waktu yang lalu," kata Aziz dalam sebuah siaran langsung di kanal Youtube, Selasa (27/4) malam.
Dia memaparkan bahwa bubuk itu bekas program FPI untuk melakukan bersih-bersih toilet di masjid. "Program itu bagus menggunakan detergen yang bubuk tadi," ucapnya.
Aziz mengakui memang telah terjadi penggeledahan terhadap bekas Markas FPI di Petamburan, Jakarta pasca-penangkapan Munarman. Markas itu sendiri, kata Aziz sejak FPI dibubarkan sudah jarang digunakan."Sepengetahuan saya lokasi tersebut sudah dari mungkin sekitar bulan Desember atau Januari itu sudah jarang digunakan. Karena kan Pembela Islamnya sudah bubar," pungkasnya.
Sebelumnya, tim Densus 88 Antiteror menyita pelbagai barang-barang mencurigakan di bekas markas FPI di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat, Selasa (27/4). Tim Jibom Gegana dan Labfor Mabes Polri telah melakukan pemeriksaan untuk mengetahui jenis barang mencurigakan tersebut, berbagai jenis bubuk kimia yang bisa menjadi bahan peledak.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perintah Kapolri itu guna memastikan apakah DE yang merupakan pegawai KAI berdiri sendiri atau tergabung dalam jaringan kelompok teroris lain.
Baca SelengkapnyaSalah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.
Baca SelengkapnyaDetasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap seorang pria berinisial DE. Pegawai BUMN itu ditangkap Densus 88 di Harapan Jaya, Bekasi Utara.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Densus 88 Polri Kombes Aswin Siregar buka suara terkait sejumlah senjata api milik DE, karyawan BUMN terduga teroris di Bekasi.
Baca SelengkapnyaTersangka teroris itu ditangkap di perumahan pesona anggrek harapan blok B 7 Nomor 20A RT 07 RW 027 harapan Jaya Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Baca SelengkapnyaPanji Gumilang ditetapkan menjadi tersangka penistaan agama pada Selasa, 1 Agustus 2023 kemarin.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan informasi, selain menangkap terduga teroris, Tim Densus 88 juga melakukan penggeledahan di dua tempat.
Baca SelengkapnyaMarthinus dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (7/12).
Baca SelengkapnyaSebagian besar dari mereka ditangkap di daerah Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaTukang Servis HP Ditangkap Densus 88 di Samarinda, Ternyata Bendahara Jemaah Islamiyah
Baca SelengkapnyaMunarman eks Sekjen FPI Diusulkan jadi Duta Deradikalisasi, Siapa Pengusulnya?
Baca SelengkapnyaDensus 88 menangkap sebanyak tujuh orang terduga pelaku teroris yang mencoba melakukan aksi provokasi selama kedatangan Paus Fransiskus
Baca Selengkapnya