Ketua DPD: Kampanye kondom jangan vulgar, enggak etis!
Merdeka.com - Ketua DPD Irman Gusman menyayangkan Pekan Kondom Nasional 2013. Menurut Irman, seharusnya kampanye kondom tidak digelar secara vulgar dan terang-terangan.
"Kalau menurut saya kampanye itu (kondom) harus dikemas dengan adat ketimuran. Jangan vulgar dan terang-terangan, enggak bagus lah," kata Irman usai menghadiri acara 'Kalimantan CSR Summit 2013' di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (3/12).
Lebih lanjut, Irman yang juga salah satu kandidat capres konvensi Partai Demokrat itu menilai kampanye kondom tidak seharusnya memamerkan lekuk tubuh seperti halnya artis Julia Perez.
-
Kenapa DKPP menilai KPU melanggar kode etik? Komisioner KPU sebagaimana kami pahami saat ini ya sepertinya dikenai sanksi karena adanya dianggap melakukan kesalahan teknis bukan pelanggaran yang substansif,' ujar dia.
-
Bagaimana Ivan Gunawan menanggapi teguran KPI tentang busana nya? Ivan Gunawan Mengaku Tak Punya Teman Artis Igun, pria yang akrab disapa Ivan Gunawan, menyatakan bahwa ia sudah tidak memiliki teman sesama artis. Hal ini disampaikannya ketika menghadapi masalah dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkait busana yang dikenakannya, dimana teman-temannya tidak memberikan bantuan.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Bagaimana etika saat menyindir? Pilih waktu dan tempat yang tepat untuk menyindir. Jangan menyindir di depan umum atau di media sosial, karena bisa membuat orang yang disindir merasa malu dan tersinggung.
"Masak model Jupe dibuat kampanye dengan vulgar, gak etis lah," keluh Irman.
Topik pilihan: HIV/AIDS | Hari AIDS Sedunia
Sebelumnya juga diberitakan, mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Muzadi, meminta pekan kondom nasional tersebut segera dihentikan.
"Saya tidak setuju. Jadi pekan kondom nasional, saya minta agar itu dihentikan," tegas Hasyim usai mengisi acara Dialog Kebangsaan di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Selasa (3/11).
Menurut Hasyim, dengan berbagai alasan apa pun terkait edukasi seks, pekan kondom nasional bukan jawaban untuk menghentikan penyebaran AIDS di kalangan masyarakat.
"Justru adanya itu (pekan kondom nasional) malah menjustifikasi terhadap free sex itu sendiri," bebernya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemasangan Atribut Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 tersebut telah melanggar Peraturan KPU.
Baca SelengkapnyaDokter yang menggunakan media sosial juga diwanti-wanti untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan pasien.
Baca SelengkapnyaPram, saapaan akrabnya, mengaku twit tersebut tidak bermaksud menyinggung dan hanya bermaksud candaan.
Baca Selengkapnya"Saya setuju kalau dibersihkan itu (APK). Dibersihkan, diatur, dibatasi, kasih tempat," kata Ganjar
Baca SelengkapnyaMuhaimin Iskandar (Cak Imin) menyinggung keras terkait masalah etika.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menyadari, pemilihan diksi yang ia gunakan kurang tepat di situasi saat kampanye yang hinggar binggar.
Baca SelengkapnyaPara juru kampanye perlu menyampaikan ide dan gagasan. Serta pengalaman apa saja yang telah Ganjar lakukan.
Baca SelengkapnyaKegiatan itu pun bisa diikuti secara daring melalui tautan yang sudah disiapkan.
Baca SelengkapnyaKomeng sempat menceritakan awal mula foto tersebut di surat suara.
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla dilaporkan karena mengomentari film Dirty Vote yang disutradarai oleh Dandhy Laksono pada saat masa tenang pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil-Suswono (RIDO) menyayangkan perusakan alat peraga kampanye di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaSaat ditanya soal persiapan pelantikan Komeng malah menjawab dengan candaan.
Baca Selengkapnya