Ketua IAAI Jatim: Semua Alumni Al-Azhar Harus Perkuat Islam Moderat
Merdeka.com - Seluruh alumni Universitas Al-Azhar, Mesir yang tersebar di berbagai belahan dunia diminta untuk melakukan tiga hal. Pesan ini diinstruksikan Grand Syaikh atau pemimpin tertinggi Universitas Al-Azhar, Syaikh Ahmad Thayyib menyikapi kondisi global beberapa tahun terakhir.
"Seluruh alumni dimanapun berada, diminta untuk berkontribusi mendorong penguatan moderasi keagamaan atau Ta'zizul Wasathiyah. Karena dengan moderasi inilah, Islam bisa diterima dengan baik di manapun,” tutur Ketua Ikatan Alumni Al-Azhar di Indonesia (IAAI) Jawa Timur, Muhammad al-Barra, saat melantik kepengurusan IAAI Jember, di Pondok Pesantren Darus Sholah, Jember pada Senin (29/11/2021).
Moderasi keagamaan ini untuk merespons citra Islam yang kerap mendapat stigma identik dengan kekerasan dan ekstrem.
-
Apa tujuan kampung moderasi beragama? Jadi dari kampung moderasi ini masyarakat tidak melihat agamanya apa, suku apa,“ katanya, mengutip ANTARA
-
Bagaimana toleransi di Masjid Jami? Tak hanya itu, pihak Masjid Jami juga bertoleransi dengan mengecilkan pengeras suara saat pelaksanaan pengajian apabila berbarengan dengan acara ibadah di Kelenteng Kong Fuk Miau.
-
Mengapa ajaran Syekh Siti Jenar menjadi kontroversial? Perbedaan penafsiran Al-Qur’an di mana di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan ini kemudian menimbulkan polemik.
-
Bagaimana norma agama mengatur perilaku? Misalnya, dalam agama Islam, norma agama mengatur ibadah, hubungan sosial, dan perilaku ekonomi.
-
Mengapa Islam diterima masyarakat Indonesia? Berkat para pedagang muslim inilah kemudian Islam diperkenalkan dengan cara bertahap dan perlahan ajaran Islam bertoleran serta persamaan derajat antara sesama makhluk. Hal ini menarik bagi masyarakat Indonesia mengingat selama ini kebudayaan Hindu-Budha justru lebih menekankan pada perbedaan derajat atau kasta.
-
Kenapa Islam disebut agama yang damai? Assalmu artinya damai, perdamaian. Maksudnya, Islam adalah agama yang damai dan setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian.
“Framing yang tidak menginginkan kebesaran Islam membuat di negara yang muslimnya minoritas, Islam dikesankan seperti yang ada di Suriah, Irak dan Afghanistan,” lanjut al-Barra’.
Pesan kedua dari Syaikh al-Azhar adalah agar seluruh alumni bisa menunjukkan sikap Infitah lil jami' atau terbuka kepada semua kalangan. Dengan membuka diri untuk berdialog dengan berbagai kalangan, menurut al-Barra’, kebaikan Islam bisa dilakukan ke pihak lain.
“Inilah yang dilakukan Syeikh Al Azhar dengan berkunjung ke Vatican, untuk menggambarkan Islam yang bisa diterima dengan baik ke semua kalangan,” tutur pria yang sejak awal tahun 2021 ini dilantik menjadi Wakil Bupati Mojokerto ini.
Meneladani sikap guru besarnya itu, para alumni al-Azhar di Indonesia juga diminta untuk banyak berdialog dan merangkul semua kalangan, sekalipun berbeda pandangan atau berbeda keyakinan. “Bahkan sekalipun pilihan pandangannya berseberangan dengan Al-Azhar,” tegas al-Barra’.
Pesan ketiga dari Syaikh Ahmad Thoyyib, adalah agar seluruh lulusan al-Azhar bisa bersikap Insyighol bi umuril Ummah atau fokus berkontribusi pada problematika di masyarakat.
“Saat ini di Indonesia sedang menghadapi tantangan radikalisme dan terorisme. Ini menjadi tantangan dari semua alumni al-azhar untuk menjunjung moderasi Islam,” papar cucu KH Abdul Chalim, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini.
Sebagai salah satu kampus tertua di dunia, al-Barra’ optimistis jejaring Universitas al-Azhar di Indonesia bisa solid untuk berkontribusi dalam problem di masyarakat. Al-Barra’ baru ditunjuk beberapa pekan lalu oleh Ketua umum DPP IAAI, KH Muhammad Zainul Majdi untuk mengaktifkan kembali jejaring alumni Universitas al-Azhar di Jawa Timur. Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang juga dikenal sebagai mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Saya bisa mengemban amanah berat ini, hanya jika mendapat dukungan dari teman-teman sesama alumni,” ujar salah satu kepala daerah termuda di Indonesia ini.
Sementara itu, Ketua IAAI Jember yang baru dilantik, Ahmad Daniyal Lc menyatakan, untuk tahap pertama, pihaknya akan mendata alumni al-Azhar yang ada di Jember.
“Kita akan menyusun program kerja sesuai kebutuhan masyarakat Jember, untuk melaksanakan pesan dari Grand Syaikh al-Azhar,” tutur Ustadz Daniyal.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaIslamophobia juga bisa disebabkan oleh propaganda media yang bertujuan membuat kerusakan.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaSelain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
Baca SelengkapnyaKehidupan beragama tentu tidak bisa dilepaskan dari urgensi menjaga keutuhan persatuan bangsa
Baca SelengkapnyaMusuh kita bukan peradaban yang berbeda tapi orang-orang yang tidak siap menerima perbedaan.
Baca SelengkapnyaSemakin kita menyatakan diri sebagai orang yang punya iman, maka besar tanggung jawabnya untuk mengedepankan toleransi.
Baca SelengkapnyaSetiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaAgama harus mejadi perekat, maka tempat ibadah bukan menjadi tempat pemecah belah.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf menegaskan Islam bukanlah agama kekerasan, melainkan agama yang penuh kasih,
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah dipersatukan empat Pilar Kebangsaan; Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI bisa semakin kuat dengan menerapkan moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaPerlu adanya upaya penyuluhan kepada para pengurus terkait hal tersebut.
Baca Selengkapnya