Ketua IDAI: 50 Persen Balita yang Terpapar Covid Meninggal, Menangis Kita
Merdeka.com - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan meluapkan emosinya melihat jumlah balita yang meninggal di masa pandemi Covid-19. Menurutnya, ada 50 persen balita meninggal di masa pandemi yang 30 persennya adalah anak bayi.
"Kita lihat yang meninggal 50 persen balita, menangis kita. Balita 50 persen yang sebagian lahir pada saat pandemi karena sekitar 30 persen itu bayi yang meninggal," ujarnya katanya dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI melalui virtual, Senin (5/7).
"Ini anak siapa? Anak Indonesia. Anak cucu kita, kita hidup buat apa kalau bukan untuk anak cucu," tegasnya.
-
Siapa yang harus menghindari kontak dengan anak sakit? Jika ada anggota keluarga atau teman yang sedang sakit, hindari kontak anak dengan mereka. Hal ini termasuk dengan menghindari sebisa mungkin tempat ramai yang berisiko memiliki orang sakit.
-
Siapa yang harus dihindari anak sakit? Anak yang mengalami diare sebaiknya tetap di rumah untuk menghindari penularan kepada teman sekelas.
-
Kenapa imunitas anak penting? Meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak memiliki banyak manfaat yang penting untuk kesehatan dan perkembangan mereka.
-
Kenapa adenovirus berbahaya bagi anak? Adenovirus dapat menular melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, droplet, atau benda yang terkontaminasi virus. Adenovirus juga dapat menyebabkan komplikasi yang serius pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pneumonia, meningitis, hepatitis, atau miokarditis.
-
Bagaimana cara meningkatkan imunitas anak? Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih lanjut berbagai strategi tentang cara yang dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak-anak.
-
Mengapa anak-anak rentan terhadap cacar monyet? Cacar Monyet adalah penyakit menular yang dapat memengaruhi anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.
Aman menegaskan, bahwa anak memiliki potensi yang sama dengan orang dewasa untuk terinfeksi Covid. Dia marah bila ada pihak yang tidak percaya anak tidak terinfeksi corona.
"Jadi jangan pernah ada yang ngomong bahwa anak itu tidak pernah terinfeksi Covid dan anak itu ringan, kita sudah lihat 15 persen bisa (gejala) berat dan kita sudah lihat bisa meninggal," ujarnya.
"Dari awal pandemi kami sudah mengatakan itu, kenapa sih tidak pernah percaya sama IDAI? dan tidak pernah mengatakan bahwa anak ini bisa sakit dan meninggal, sampai kejadian sampai kayak sekarang, kapan bisa percaya sama kami," tegasnya.
Aman menuturkan, selama ini dokter anak bisa menangani penyakit terhadap anak seperti komorbid, obesitas pada anak, kelainan genetik maupun auto imun. Tetapi, IDAI merasa tidak di dukung untuk menolong atau mencegah anak dari virus corona.
"Tetapi ketika mereka (anak) telah terdeteksi Covid, ini kami tidak sempat menolong, tolonglah beri Ikatan Dokter Anak Indonesia untuk bisa menolong mereka, dengan testing diperbanyak, satu kasus 30 kali tracingnya, kasih kami kesempatan," ujar dia.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaPemberian imunisasi wajib pada anak perlu dilakukan orangtua untuk mencegah sejumlah risiko penyakit.
Baca SelengkapnyaPada anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, penting untuk mencegah pneumonia dengan imunisasi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaDi musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaTanpa pikir panjang, wanita ini pun langsung ikut terjun ke kolam ikan untuk menyelamatkan anaknya.
Baca SelengkapnyaKemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca Selengkapnya