Ketua Komisi I DPR sebut pelibatan TNI berantas teroris jangan langgar HAM
Merdeka.com - Ketua Komisi 1 DPR Abdul Kharis Almasyhari secara pribadi menyetujui pelibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam pemberantasan terorisme di Tanah Air. Menurutnya, TNI dibekali kemampuan khusus yang tak dimiliki Polri. Namun dia berpesan agar tidak ada pelanggaran HAM jika TNI terlibat.
"Saya pribadi berpendapat, pelibatan TNI boleh, tapi jangan sampai terjadi pelanggaran HAM. Artinya SOP-nya (standard operating system) harus dibuat sedemikian rupa agar tidak melanggar HAM," ujar Kharis di Solo, Kamis (17/5).
Kharis mencontohkan, pelibatan TNI diperlukan saat penangkapan gembong teroris Santoso di Poso beberapa waktu lalu. Untuk menangkap Santoso yang bersembunyi di hutan memang diperlukan TNI yang mempunyai kemampuan khusus.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Siapa yang memimpin misi TNI? Mereka harus menyelundupkan senjata untuk membantu Bangsa Aljazair yang berjuang demi kemerdekaannya.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Apa kekuatan utama TNI? Situs pemeringkat kekuatan militer Global Fire Power (GFP) menaikkan peringkat TNI menjadi tentara ke-13 terkuat di dunia.
-
Kenapa TNI harus dijaga dari pengaruh partai politik? Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
-
Siapa yang diimbau TNI-Polri untuk menjaga keamanan? Mereka mengimbau agar warga berpartisipasi aktif dalam kegiatan siskamling.
Kendati demikian Kharis mempertanyakan pembentukan tim pasukan khusus Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI yang beranggotakan TNI AD, AU dan AL untuk menanggulangi terorisme. Ia menilai tim tersebut harus dipayungi dasar hukum. Sementara dalam kesempatan lain Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengaku jika Presiden Jokowi telah merestui tim tersebut meski belum ada payung hukumnya. Apalagi saat ini revisi UU Terorisme masih belum disahkan.
"Dasarnya apa Pak Moeldoko, kalau tidak pakai UU? Lebih baik kita tunggu saja Revisi UU ini diselesaikan dulu," tandasnya.
Saat ini, lanjut Kharis, pembahasan revisi UU Terorisme sudah dalam tahap akhir. Kharis berharap revisi UU tersebut bisa segera disahkan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua KPK Firli Bahuri menyatakan penetapan tersangka Kepala Basarnas sudah melibatkan TNI.
Baca SelengkapnyaKapolri mengeluarkan perintah tegas ke Brimob dan Densus 88 untuk sikat KKB serta teroris.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi I Mayjen (Purn) Tubagus Hasanuddin mewanti-wanti Panglima agar prajurit TNI agar netral saat Pilkada
Baca SelengkapnyaWacana angkatan siber kembali mencuat setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk membentuk matra baru di TNI.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong Jokowi Tengahi Gaduh KPK Vs TNI Buntut Penetapan Kepala Basarnas Tersangka
Baca SelengkapnyaCalon Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto berjanji seluruh prajurit TNI tidak akan bertindak arogansi.
Baca SelengkapnyaGaduh Kabasarnas Tersangka Suap, Ini Aturan Hukum KPK Sebenarnya Bisa Tangani Korupsi di TNI
Baca SelengkapnyaTito pernah memimpin tim Densus 88 yang salah satu anggotanya Rycko Amelza.
Baca Selengkapnya"Kami aparat TNI tidak bisa menetapkan orang sipil sebagai tersangka, begitu juga harapan kami, pihak KPK juga demikian."
Baca SelengkapnyaAhmad Basarah PDIP mengecam penganiayaan anggota TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Baca SelengkapnyaMabes TNI memastikan tetap mengirim personel pengamanan dari Puspom TNI kepada KPK
Baca SelengkapnyaPanja ini akan mengawasi posisi TNI pada pesta demokrasi tahun depan.
Baca Selengkapnya