Ketua Umum Muhammadiyah Ungkap Lima 'Virus' Pendidikan di Tanah Air
Merdeka.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkap lima virus pendidikan di Tanah Air. Haedar mengatakan virus pertama adalah cara pandang yang menjauhkan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Virus ini Haedar nama sebagai agnostisisme.
Virus ini bukan hanya soal cara pandang, namun menurutnya juga merambah ke kebijakan di sektor pendidikan.
"Karena nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai agama dipandang sebagai sumber masalah itu yang saya sebut sebagai agnostisisme dari agnostik asalnya di Eropa jadi anti agama yang muaranya anti Tuhan," ujar Haedar dalam sebuah video yang diunggah kanal Youtube PP Muhammadiyah, Rabu (28/7/2021).
-
Kenapa harus menghindari dosa? Salah satu hal yang perlu dihindari jika kita ingin mendapat rahmat Allah adalah dosa-dosa besar dan kecil. Menghindari perbuatan dosa dan mencoba untuk berusaha menjaga diri dari godaan dan godaan kejahatan adalah tindakan penting untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berpotensi mendapatkan rahmat-Nya.
-
Mengapa dosa-dosa tersebut tidak diampuni? Dosa ini tidak akan diampuni karena menunjukkan sebuah iman yang tidak ditempatkan di hal yang tepat. Di mana Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah.
-
Bagaimana cara muhasabah? Hal ini biasanya dilakukan dengan merenungkan hal-hal baik maupun buruk yang pernah Anda lakukan. Anda bisa melaksanakan muhasabah diri setiap hari, setiap bulan, hingga setiap tahun agar senantiasa menjadi orang lebih baik.
-
Siapa yang bisa terbebas dari dosa? Benci dosa, cintai pendosa.
-
Bagaimana cara bertobat dari dosa? Bertobat dari dosa dan kesalahan dalam ajaran Islam adalah proses kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan, berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan, dan memperbaiki diri.
-
Kenapa dosa jariyah harus dihapus? Ayat ini menjelaskan bahwa setiap dosa yang telah dilakukan akan dicatat dan dimintai pertanggungjawaban. Dengan demikian, ada dosa-dosa yang tidak akan hilang hanya dengan berhenti melakukan perbuatan tersebut.
Pandangan ini, kata Haedar ulah penarikan kesimpulan secara dangkal olah kalangan tertentu. Seperti halnya ada orang-orang yang beragama dengan pikiran sempit melakukan aksi terorisme, lantas sejumlah pihak memaknainya bahwa agama biang masalah.
Virus agnostisisme jika menginfeksi dunia pendidikan, kata Haedar akan membuat kebijakan pendidikan serasa kering dari nilai-nilai agama.
"Nah (virus) ini hati-hati, bahwa menjauhkan nilai-nilai agama dari pendidikan," ucap dia.
Virus kedua, lanjut Haedar adalah ekstremisme dan radikalisme. Virus ini tak melulu berasosiasi dengan Islam. Haedar membagai beberapa penyakit dalam dunia pendidikan tersebut. Yakni ekstremisme dan radikalisme karena agama, kebangsaan, dan politik, maupun ideologi.
Haedar mencontohkan ekstremisme yang berbalut agama adalah sikap sejumlah kalangan yang fatalis dengan Covid-19. Mereka menganggap bahwa penyakit urusan Tuhan, manusia tak perlu melakukan ikhtiar untuk mencegahnya. Ekstrem ini selalu berlindung dibalik pernyataan, "Covid-19 kan dari Allah, kenapa takut?"
"Tapi juga ingat, ada juga ekstremisme dan radikalisme atas nama kebangsaan. Namanya sauvinisme nasionalisme, itu kan? Itu memandang bahwa nasionalismelah yang utama, agama dan lain-lain itu nomor dua. Nah itu ekstrem juga," paparnya.
"Atau ada juga yang radikalisme karena politik, bahkan separatisme. Atau karena ideologi, komunisme, ateisme, sekularisme itu juga ekstrem," sambungnya.
Kekerasan
Virus ketiga, menurut Haedar adalah virus kekerasan dalam dunia pendidikan, termasuk di dalamnya perundungan atau bullying.
"Yang ini juga menjadi tantangan kita, karena sering bahwa kekerasan di dunia pendidikan itu dianggap lumrah. Guru memukul anak itu sudah gak zamannya kan," ucap dia.
Virus selanjutnya adalah pelecehan seksual di dunia pendidikan. Dan yang kelima pembodohan.
Di mana menurut Haedar dunia pendidikan memberikan pengajaran soal hal-hal yang tak selayaknya.
"Yang membuat orang menjadi tidak cerdas, tidak berilmu. Misalkan kurikulum, kok ada di kurikulum pernyataan begini-begitu tapi memperbodoh," paparnya.
Kendati begitu, tetap saja ulama Muhammadiyah kelahiran Bandung, Jawa Barat 63 tahun silam itu mengakui sejumlah kemajuan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
"Ada banyak prestasi dari anak-anak didik kita. Ini modal positif bagi kita untuk memajukan dunia pendidikan dalam rangka optimisme. Dan banyak para guru juga yang menjadi teladan dan pilar kemajuan," pungkasnya.
3 Dosa Besar Dunia Pendidikan
Lima virus dunia pendidikan yang dirumuskan Haedar seakan hendak mengoreksi rumusan tiga dosa besar dunia pendidikan yang diucapkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.
Adapun ketiganya adalah pertama adalah radikalisme, kemudian kekerasan seksual, dan kekerasan atau perundungan.
"Secara pribadi saya berbicara ada tiga dosa yang harusnya ada penindakan yang sangat tegas. Yang satu adalah radikalisme diajarkan pada anak-anak kita, kedua adalah kekerasan seksual, ketiga adalah kekerasan, yaitu bullying," tegas Nadiem di hadapan Komisi X DPR RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Menurut Nadiem, pihaknya belum bisa menemukan ramuan kebijakan yang pas untuk menanggulangi ketiga dosa besar tersebut.
"Ini bisa terjadi antar dewasa-anak, bisa terjadi antar anak, dan lain-lain. Ini bisa (terjadi) di mana pun," beber dia.
Ia mengaku masih mengkaji kebajikan guna menangkal tiga dosa yang menurutnya tak dapat ditolelir.
"Bahwa itu harus penindakan luar biasa seriusnya dan tegas. Nah ini yang sedang kami rumuskan bagaimana caranya. Jadi tidak hanya pada perubahan pola pikir doang, (tapi) harus ada penegasan," pungkasnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua DPP PKB ini menyebut adanya terjadi tren tingkat kenaikan tindak kekerasan seksual.
Baca SelengkapnyaJK bahkan membandingkan kepemimpinan Nadiem dengan dengan para tokoh-tokoh pendidikan terdahulu.
Baca Selengkapnya"Dulu ilmu pengetahuan sumbernya kita. Sekarang di Barat dan China," kata JK.
Baca SelengkapnyaKehidupan beragama tentu tidak bisa dilepaskan dari urgensi menjaga keutuhan persatuan bangsa
Baca SelengkapnyaRaja Antoni, merasa heran apabila terdapat Kader Muhammadiyah menganggap kesalehan sosial tidak lagi keren, dan memilih kesalehan personal..
Baca SelengkapnyaMahfud menegaskan saat ini banyak penegak hukum tidak bagus.
Baca Selengkapnya“Buat saya itulah sosok pelajar muhammadiyah idaman. Memiliki moral, memiliki budi pekerti, memiliki mental juga yang hebat,” kata Jokowi.
Baca SelengkapnyaMahfud menyampaikan delapan misi untuk menuju Indonesia Unggul di hadapan mahasiswa.
Baca SelengkapnyaMenkMenkopolhukam Moch Mahfud Md mengakui masih buruknya kualitas aparat penegak hukum (APH) di Indonesia yang turut memengaruhi penegakan hukum di tanah air.
Baca SelengkapnyaAbraham mengungkapkan, di negara sukses tekan korupsi, ada 3 cara yang pasti diterapkan.
Baca SelengkapnyaPeluang Indonesia menjadi negara maju sangat besar jika masyarakatnya lebih banyak lagi yang berpendidikan tinggi
Baca SelengkapnyaKorupsi yang masih merajalela sudah mencoreng nama Indonesia.
Baca Selengkapnya