Khofifah dapat surprise film dokumenter 'Mata Hati Djoyokardi'
Merdeka.com - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mendapat surprise dari siswa-siswi SMA Khodijah Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/1). Ketua PP Muslimat NU ini disuguhi film dokumenter berjudul: Mata Hati Djoyokardi.
Film dokumenter garapan Eva SC, Azzahr Syafiera, Yofi Izha Maraya, Iqbal Sahrul dan Faisal Musahiroh ini menyuguhkan potret hidup Mbah Djoyokardi (82), warga Babat, Lamongan.
Meski hidup serba kekurangan, Djoyokardi yang tidak dikarunia seorang anak, berani mengambil resiko mengangkat seorang anak yang mengalami disabilitas.
-
Kenapa Hasto Kristiyanto singgung tentang sosok pemimpin yang dibantu keluarga? Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung soal sosok pemimpin yang dibantu oleh keluarga. Menurut Hasto, generasi perintis bukan mendapat fasilitas dari ayah dan pamannya.
-
Siapa yang jadi bapak asuh anak stunting? “Alhamdulillah, tak kurang dari 227 orang, baik dari unsur pimpinan maupun pegawai BPIP, telah berkomitmen untuk menjadi bapak asuh anak stunting.
-
Apa yang terjadi pada pria disabilitas itu? Dia baru saja dibebaskan oleh militer Israel
-
Bagaimana Menpora Dito membantu atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Bagaimana Kemensos tangani disabilitas anak? 'Saya melihat beberapa kasus di sentra atau balai. Menurut saya masih kurang bagaimana menangani dan membimbing anak disabilitas. Salah jika kita memvonis tuna netra hanya bisa diberikan pelatihan musik.'
-
Siapa yang menyuarakan pentingnya MBG untuk anak disabilitas? Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Farid Maruf, mengungkapkan bahwa pemerintah melalui berbagai institusi dan lembaga saat ini aktif dalam simulasi pembagian makanan bergizi gratis kepada anak-anak di jenjang SD hingga SMA.
"Ini sesuatu yang bagi saya, sebagai ketua yayasan, ini sebagai surprise. Karena ternyata, anak-anak memiliki lompatan kreasi dan itu mengambil tema yang sangat dalam pesannya," kata Khofifah usai menonton Film Mata Hati Djoyokardi di SMA Khodijah Surabaya.
Menurut Khofifah, pesan mendalam dari film dokumenter ini adalah sebuah tanggung jawab besar yang diambil seorang Djoyokardi dalam kehidupaan sosial. Meski hidup kekurangan, kakek 82 tahun ini mau mengasuh bayi perempuan hingga dewasa.
"Pesan yang dalam itu adalah tanggung jawab. Bahwa seorang Mbah Djoyokardi tidak berhenti memberikan tanggung jawabnya. Sementara beliau sendiri serba kekurangan," jelasnya.
Anak ini, lanjut dia, adalah anak angkat, yang kebetulan juga mengalami disabilitas intelektual.
"Tapi kasih sayangnya terhadap anak angkat ini tidak berhenti meski untuk hidup sendiri saja, beliau masih mengalami banyak keterbatasan," sambung Khofifah.
Selanjutnya, Khofifah mengajak bangsa ini belajar dari Mbah Djoyokardi.
"Ini adalah potret, betapa bahwa pentingnya kita membangun kepedulian sosial, pentingnya kita membangun solidaritas sosial, dan dari seorang Mbah Djoyokardi kita diingatkan betapa pentingnya, tanggung jawab antar sesama," tandasnya.
Sang director film, Azzahr Syafiera mengaku, film Mata Hati Djoyokardi yang digarapnya bersama teman-temannya, adalah murni bercerita kehidupan Mbah Djoyokardi.
"Ini bukan akting. Ini natural," kata Syafiera di hadapan Menteri Khofifah.
Dia juga mengaku, film dokumenter ini sebenarnya ingin menyampaikan pesan kejujuran seorang Djoyokardi, yang hidup di bawah garis kemiskinan.
"Ternyata dari sebuah kejujuran itu ada kebahagiaan. Kita ingin mengangkat sebuah kejujuran dari seorang Mbah Djokardi. Terus terang, saya ini orang yang suka mengeluh. Padahal, seperti di film ini, dengan kejujuran kita menemukan kebahagiaan," ucapnya.
Sementara Djokokardi yang turut hadir bersama putri angkatnya mengaku terharu. Dan ketika ditanya oleh Khofifah soal aktingnya, dengan polos dia menjawab belajar dari film-film di televisi.
"Ya belajar dari nonton film," katanya lugu.
Selanjutnya, Mbah Djoyokardi akan menerima Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH) Lansia kurang mampu di atas 70 tahun, intervensi Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) serta bantuan Beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra) 15 kilogram (Kg) perbulannya.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca SelengkapnyaSri Setyaningsih pernah menyesal lahir ke dunia dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ia kemudian bangkit dan berhasil mengajak ratusan difabel hasilkan cuan.
Baca SelengkapnyaMirisnya, ia hanya mendapat pendapatan tak seberapa dari hasil kerja kerasnya tersebut.
Baca SelengkapnyaKisah haru Pak Aris, pak ogah di Yogyakarta yang hidup sebatang kara dengan keterbatasan tubuh atau disabilitas.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaKepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menceritakan cerita masa kecilnya yang tak mampu beli beras hingga harus ke sawah setiap pagi.
Baca SelengkapnyaAdit bergantung hidup pada belas kasih tetangganya setiap hari
Baca SelengkapnyaPria asal Trenggalek ini pernah bekerja dengan gaji Rp10 ribu per hari
Baca SelengkapnyaYusuf Mannagalli Parawansa jadi dokter demi mewujudkan cita-cita sang ibu
Baca SelengkapnyaPeringatan hari pahlawan akan berlangsung pada Minggu (10/11) besok.
Baca SelengkapnyaSimak cerita haru seorang kakek 70 tahun yang menderita stroke rela tetap bekerja demi keluarga.
Baca SelengkapnyaSemua dilakukan semata-mata hanya karena ingin hidup tanpa merepotkan siapapun, termasuk anak-anaknya.
Baca Selengkapnya