Kisah anak kos buka gerai cuci sepatu hingga Singapura
Merdeka.com - Sewaktu menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, Tirta Mandira Hudi (25) pernah nyaris diusir oleh pemilik indekos di Pogung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sebagai anak kos yang serba terbatas, dia memanfaatkan indekos sebagai tempat merintis usaha jasa pencucian sepatu. Langkah awalnya itu berlanjut hingga kini memiliki 20 gerai jasa cuci sepatu di beberapa kota besar, bahkan sampai Singapura.
Shoes and care merupakan nama brand dari usaha jasa cuci sepatu milik pria yang akrab dipanggil Dokter Tirta tersebut. Pria yang berasal dari Surakarta ini memulai usahanya lantaran sebagai mahasiswa baru yang hidup sederhana di indekos, harus membeli berbagai buku kuliah.
"Pada saat itu berhubung saya harus membeli buku-buku medis, maka saya berpikir harus mencari uang tambahan selain pemberian dari orang tua," terangnya saat berbincang dengan merdeka.com baru-baru ini.
-
Bagaimana dr. Richard Lee meraih omzet Rp8 miliar? Dokter Richard Lee disebut berhasil meraup omzet hingga Rp8 miliar dari dari jualan online selama 2,5 jam.
-
Siapa orang terkaya di Singapura? Eduardo Saverin, salah satu pendiri Meta yang tinggal di Singapura, tetap menjadi orang terkaya di negara tersebut dengan kekayaan yang melonjak menjadi USD 29 miliar, atau sekitar Rp439,35 triliun, berkat kenaikan nilai saham Meta akibat investasinya di bidang kecerdasan buatan (AI).
-
Bagaimana cara dr. Richard Lee meraih omzet Rp8 miliar di Shopee Live? Melalui layar laptopnya, sang dokter menampilkan data omzet penjualan di Shopee Live yang mencapai lebih dari Rp8 miliar.
-
Siapa yang mendapat gaji tertinggi di Singapura? Jika berpengalaman mendapatkan gaji sekitar Rp50 juta hingga Rp90 juta per bulan.
-
Bagaimana guru bisa menjadi miliarder? Dia menuliskan, menjadi guru yang kaya bukan berarti harus mempunyai pendapatan yang besar.
-
Bagaimana Satria dapat omzet tinggi? Untuk di weekend 100 sampai 200 porsi bisa terjual, sedangkan weekday itu 100 porsi. Sebulan itu, omzetnya lumayan, bisa di angka Rp50 sampai Rp100 juta per bulannya,' ungkap Satria.
Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan ide usaha, dia menentukan pilihan hatinya untuk berjualan aneka ragam sepatu. Tirta yang hobi mengoleksi sepatu merasa cocok berjualan sepatu. Namun pilihannya itu meleset, hanya berjalan setahun, kemudian bangkrut.
"Kebangkrutan itu sempat membuat saya berhenti wirausaha. Bener-bener sampai prihatin," ceritanya.
Ibarat kata orang bijak, bangkit tanpa tertindih, Tirta memulai lagi usahanya usai satu tahun kebangkrutan itu. Dia mengumpulkan sisa-sisa dagangan sepatunya yang dulu belum terjual. Sepatu-sepatu itu dia bersihkan lalu dijual lagi.
"Dari pengalaman membersihkan sepatu tadi, saya sedikit banyak jadi tau ilmu membersihkan sepatu," terang dokter.
Dengan sedikit pengalaman membersihkan sepatu dan cara penggunaan obat pembersih sepatu, Tirta melihat peluang usaha jasa cuci sepatu. Dia melakukan percobaan pada teman-temannya sesama mahasiswa sebagai target awal konsumen pengguna jasanya.
"Saya iseng membuka jasa membersihkan sepatu, nah ternyata teman-teman banyak yang berminat," ucapnya semangat.
Tirta kemudian resmi membuka jasa cuci sepatu melalui media sosial di tanggal 12 Oktober 2013. Pelanggannya rata-rata tiap bulan antara 20 sampai 30 pasang sepatu dengan omset sampai dua juta tiap bulan.
"Saya mengembangkan bisnis ini dengan mempromosikan melalui empat media sosial dan ternyata responsnya luar bisa. Alhasil omset meningkat menjadi 10 juta," kata Tirta bangga.
Karena usaha cuci sepatu ini menjadi 50 usaha yang paling sering dicari di internet, maka Google mengundang Soes and Care ke Singapura untuk menerima bantuan diskon menggunakan Google Adwords. Selang beberapa waktu, Soes and care kembali diundang ke Singapura untuk membuka jasa cuci sepatu di ajang pameran sepatu.
"Kami satu-satunya perwakilan dari Indonesia dan merupakan penyedia jasa yang otodidak," tuturnya.
Ternyata respons media Singapura sangat antusias memberitakan ada orang Indonesia yang membuat jasa kreatif. Masyarakat Singapura pun menjadi antusias menggunakan jasa Soes and Care.
"Karena peminat di Singapura banyak dan ada pihak yang mengajak kerja sama, maka kami membuat gerai di Singapura," pungkasnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sang pemilik sempat menghadapi tantangan sampai akhirnya mampu raup omzet Rp2 juta dalam sehari.
Baca SelengkapnyaSeseorang yang awalnya hanya dianggap sebagai gadis kampung kini hidup serba mewah dan mampu membeli berbagai barang impiannya.
Baca SelengkapnyaBanyak pekerja yang memutuskan untuk berhenti kerja dan membangun bisnis.
Baca SelengkapnyaTerkadang ada hal baik yang terjadi usai keinginan kita tak terpenuhi.
Baca SelengkapnyaSempat bingung hendak bekerja apa, kini Sutina jadi jutawan dari bisnis telur asin yang ia mulai kecil-kecilan
Baca SelengkapnyaPria ini lahir pada tanggal 26 Maret 1952 di Surabaya, Jawa Timur, dengan nama Ang Tjoen Ming.
Baca SelengkapnyaHadirnya ekonomi digital tidak melulu demi pemasukan negara. Manfaat ini juga dirasakan masyarakat yang ingin mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaBelajar dari diri sendiri yang menghabiskan Rp200 ribu per bulan untuk laundry baju, pria ini pilih buka usaha sendiri.
Baca SelengkapnyaNamun tak banyak yang tahu, jika perjuangan Chairul Tanjung dalam meraih kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Baca SelengkapnyaOwner Criping Gethuk M-4 di daerah Banyudono, Dukun, Kabupaten Magelang, sukses merintis bisnis criping hanya dengan modal Rp420.000.
Baca SelengkapnyaBercita-cita jadi dokter, wanita ini ceritakan perjuangannya hingga kini sukses di jalan lain.
Baca SelengkapnyaMbak War permah dibuat nyaris bangkrut oleh orang yang iri. Mirisnya, hal itu dilakukan oleh orang terdekatnya.
Baca Selengkapnya