Kisah anggota Kopassus tertembak gara-gara kain songket
Merdeka.com - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD merayakan hari jadi ke-62 tepat tanggal 16 April 2014. Banyak kisah menarik soal pasukan elite ini.
Saat dibentuk tahun 1952, jumlah keseluruhan pasukan ini tak lebih dari 200 orang. Generasi awal dinamakan Kompi A. Dilatih langsung oleh Mohammad Idjon Djanbi, mantan anggota Korps Speciale Troepen yang membelot dan mendukung TNI.
Kesatuan awal ini punya jiwa korsa yang sangat tinggi. Mereka juga punya kepercayaan soal kejujuran. Jangan mengambil apa pun di medan pertempuran.
-
Kenapa Kopassus hanya membawa sedikit peluru? Agum pun memerintahkan anak buahnya tidak membawa banyak peluru dan granat. Menurutnya hal itu tak berguna dan malah menciptakan kesan menakutkan bagi warga desa. Setiap prajurit hanya dibekali 10 butir peluru. Selesai patroli dicek lagi berapa jumlah peluru yang terpakai. “Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa,“ tegas Agum.
-
Bagaimana ajakan agar tak golput? Berikut Merdeka.com rangkum kata-kata ajakan agar memotivasi untuk tidak golput, mengingatkan kita jika suara bersama memiliki kekuatan nyata untuk memberi dan membentuk masa depan cerah bagi bangsa.
-
Apa pesan utama Topeng Jantuk? Kesenian ini menyampaikan nasihat pernikahan dengan cara yang lucu, spontan dan cerdas.
-
Apa pesan Jenderal Iqbal untuk pasukannya? Jenderal Iqbal mengingatkan kepada anak buahnya agar memahami peraturan Kapolri. Selain itu, personel Polri juga wajib memahami Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).
-
Siapa yang memimpin Kopassus? Saksikan Video ini: Komandan Jenderal Baru Korps baret Merah
-
Kenapa kata-kata tentara penting? Dengan demikian, Anda dapat membagikan semangat nasionalisme yang tersirat di setiap jiwa para tentara ke pengguna media sosial lainnya.
Prinsip ini dipegang teguh. Anggota pasukan Komando tak boleh mencuri atau menjarah dalam pertempuran.
"Walau hanya satu jarum pun, jangan kau ambil," demikian isi ucapan yang sangat dipercaya oleh pasukan Kopassus yang saat itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
M Sidi, salah seorang anggota Kompi A pernah berkisah soal kepercayaan ini. Saat itu sekitar tahun 1958, M Sidi dan RPKAD bertugas menumpas pemberontakan Permesta di Manado.
Di suatu kampung, salah satu rekan M Sidi tertarik dengan kain songket khas Sulawesi yang indah. Dia mengambil kain itu. Teman-teman satu tim berusaha melarangnya. Tapi prajurit itu tak mendengarkan.
"Beberapa hari kemudian prajurit yang mengambil kain itu meninggal karena tertembak dalam pertempuran. Mereka semua percaya musibah ini terjadi karena prajurit itu mengambil kain songket," tutur putra M Sidi, Tatang Sudrajat, mengisahkan kisah itu saat berbincang dengan merdeka.com di Sukabumi beberapa waktu lalu.
Kepercayaan tak mengambil barang rampasan perang ini juga dipegang teguh oleh Jenderal Benny Moerdani. Saat itu Benny baru berpangkat Letnan Satu.
Benny dan pasukannya diterjunkan merebut Lapangan Udara Simpang Tiga di Pekanbaru dari tangan PRRI. Saat mendarat, mereka menemukan banyak perbekalan dan senjata pemberontak ditinggalkan begitu saja.
Saat itulah Letnan II Dading Kalbuadi, rekan Benny, menendang sebuah peti kayu. Perwira muda RPKAD itu terkejut setengah mati melihat isinya.
"Wah duit, Ben! Uang, gimana ini?" kata Dading.
"Sudahlah jangan kau hiraukan. Tinggalkan saja, nanti kamu mati," kata Benny.
Peti penuh uang itu pun ditinggalkan begitu saja tanpa disentuh. Demikian seperti dikisahkan Julius Pour dalam Buku Benny Moerdani, tragedi seorang loyalis.
Pendiri Kopassus, Kolonel Kawilarang pun dikenal jujur saat perang kemerdekaan. Dia tak mau mengambil guci emas permata peninggalan Jepang. Padahal isinya bisa bikin kaya tujuh turunan.
Kawilarang memilih menyerahkan harta ini pada pemerintah.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baku tembak yang terjadi antara personel TNI Polri dengan KKB berakhir dengan tewasnya satu separatis
Baca SelengkapnyaPasukan Elite harus jago menembak. Tapi dalam pertempuran, ada hal yang lebih penting. Apa itu?
Baca SelengkapnyaBenda itu melingkar di pinggang Soeharto. Tak pernah lepas selama peperangan.
Baca SelengkapnyaLuhut menegur keras menantunya sekaligus Kasad TNI Jenderal Maruli Simanjuntak terkait penggunaan rompi antipeluru.
Baca SelengkapnyaKontak tembak TNI-Polri dengan KKB Papua terjadi di pos tower Tigamajigi, Sugapa, Intan Jaya
Baca SelengkapnyaMardiono menegaskan bahwa pernyataannya hanya untuk menceritakan tradisi dan sejarah senjata Solo.
Baca Selengkapnya. Panglima memerintahkan 'memiting' masyarakat yang melakukan demonstrasi.
Baca Selengkapnya