Kisah Bocah Difabel Asal Kupang, Pergi Sekolah Berbekal Satu Kaki dan Tongkat Bambu
Merdeka.com - Video pendek seorang bocah sekolah dasar asal Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, viral di jejaring media sosial. Bocah ini bernama Stenly Yesi Ndun (7).
Yesi tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa Tuapanaf, Kecamatan Takari. Yesi merupakan anak berkebutuhan khusus. Dia hanya memiliki satu kaki.
Sejak berumur tiga tahun, Yesi dan saudari kembarnya bernama Stela Ndun sudah ditinggal oleh ayah dan ibunya. Orang tua kandung mereka merantau ke Kalimantan sebagai buruh sawit.
-
Bagaimana membantu anak belajar berjalan? Bantu membangun otot bayi Anda dengan memberikan waktu tengkurap yang cukup pada bulan-bulan awal - dan pastikan anak Anda tidak terlalu lama terbatas pada kereta dorong, kursi mobil, atau tempat bermain.
-
Siapa yang bisa melakukan jalan kaki? Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, tanpa memerlukan peralatan khusus, kecuali sepasang sepatu yang nyaman.
-
Mengapa Banyuwangi membuat sekolah inklusif untuk para penyandang disabilitas? Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan sejak 2013 Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas.
-
Bagaimana akses menuju kampung terpencil itu? Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
-
Bagaimana Menpora Dito membantu atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Apa yang dicuri dari kakek disabilitas? Kejadian ini membuat warganet geram. Beredar di media sosial dua pemuda yang nekat melakukan aksi pencurian. Mereka terlihat menggondol kursi roda milik seorang lansia disabilitas yang tertidur di emperan toko.
Meski jauh dari perhatian orang tua ditambah kondisinya yang terbatas, Yesi tetap semangat ke sekolah. Dia menggunakan tongkat bambu yang dibuat seadanya oleh sang nenek. Dengan satu kaki dan ditopang bambu, Yesi berjalan menempuh jarak kurang lebih satu kilometer untuk mencapai sekolah.
Bocah kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Bijaesahan ini bermimpi mempunyai kaki palsu. Namun orangtuanya yang hanya bekerja sebagai buruh sawit di Kalimantan belum memiliki dana lebih untuk membeli.
Diperlakukan Khusus di Sekolah
Kondisi fisiknya yang tak sempurna, tak membuat Yessi minder dalam pergaulan di lingkungan rumah maupun sekolah. Dia bahkan diperlakukan khusus di sekolahnya.
"Jika ada apel atau olahraga, Yesi kita minta duduk di ruangan kelas sambil belajar," ujar Kepala Sekolah Dasar Negeri Bijaesahan, Dortiana Karice Mau.
Untuk mengamankan diri Yesi, pihak sekolah setiap hari memberi arahan ke semua pelajar agar memperlakukan Yesi dengan baik. Sehingga Yesi pun bermain seperti anak-anak normal lainnya.
Meski memiliki keterbatasan fisiknya, Yesi tergolong anak cerdas di kelas."Yesi itu anaknya pintar, rajin dan sopan. Semua pelajaran atau tugas yang diberi guru, selalu dikerjakan sendiri," kata Dortiana.
Prihatin dengan kondisi Yesi, pihak sekolah sempat berkoordinasi dengan dinas sosial agar Yesi disekolahkan di SLB. Namun, niat baik itu ditolak kakek dan nenek Yesi. Mereka ingin Yesi tetap bersama mereka meski hidup serba kesulitan.
"Yesi punya kembar dan kakeknya tidak mau mereka dipisahkan," sebutnya.
Pihak sekolah berharap agar ada pihak yang berbaik hati menyediakan kaki palsu untuk Yesi.
Nenek dan Delapan Cucu
Di rumah berdinding bebak, Yesi dan tiga saudara kandungnya hidup bersama kakek dan neneknya. Selain Yessi dan tiga saudaranya, ada empat cucu lain yang hidup bersama pasutri lansia ini.
"Kami sudah tua, tak mampu kerja lagi. Setiap bulan, Yesi pu bapak dengan mama kirim uang Rp500.000 untuk kebutuhan hidup kami semua di rumah," kata Ursula Takaep (60), nenek Yesi, Rabu (23/9).
Ursula dan suami memiliki empat orang anak laki-laki. Semuanya mencari kehidupan layak di rantau, termasuk ayah Yesi. Setiap hari Ursula yang mengurus ke delapan cucunya. Karena sang suami Bernabas Ndun (84) sudah lama mengalami sakit.
Untuk menanggung kebutuhan hidup setiap hari, mereka hanya berharap bantuan PKH dari pemerintah. Uang itu mereka sisihkan untuk kebutuhan makan minum hingga keperluan sekolah delapan cucunya itu. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kisah siswa kelas 1 SDN rela jalan kaki ke sekolah demi mengejar cita-cita.
Baca SelengkapnyaAda perjuangan dan kerja keras dari sosok bocah bernama Iyyang.
Baca SelengkapnyaSetiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua
Baca SelengkapnyaViral perjuangan siswa di Samosir harus berjalan kaki menuju sekolah dalam keadaan hari masih gelap.
Baca SelengkapnyaPerjuangan guru yang mengajar di sekolah terpencil ini viral di tiktok, berangkat lewati jalan berlumpur hingga muara.
Baca SelengkapnyaKisah perjuangan bocah SD berjualan es harga Rp1 ribu. Ternyata punya cita-cita jadi prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaSosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ia lalui untuk bisa masuk di salah satu kampus terbaik di Indonesia itu.
Baca SelengkapnyaAksi bocah baru lulus SD jualan tahu bulat keliling ini viral, banjir simpati.
Baca SelengkapnyaMeisya tak menyangka setelah zikir Nabi Ayub, kondisi Bambang berangsur membaik.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara untuk menjadi orang baik seperti yang dilakukan pria ini.
Baca SelengkapnyaWahyu mengaku kedua orang tuanya meninggal dunia akibat tsunami dan gempa yang menerjang Kota Palu pada tahun 2018..
Baca Selengkapnya