Kisah Bung Hatta di Pengasingan Ajar Anak-anak Hingga Minta Dikirim Buku dari Belanda
Merdeka.com - Proklamator dan juga Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta pernah dibuang penjajah Belanda ke Banda Neira, Maluku, pada 1936 hingga menjelang Jepang datang 1942. Meski menjalani masa pembuangan, di sana Hatta tetap aktif mengajar.
Sebagai orang buangan, Hatta tidak bebas kemana-mana. Dia hanya bisa beraktivitas di sekitaran hutan. Untuk kebutuhan mengajar, Hatta memerlukan buku-buku penunjang.
Hatta pun mulai membuka kembali jejaringnya yang tinggal di Eropa, guna mencari bantuan pengiriman buku-buku ke pengasingannya. Hal ini tergambar dari salah satu suratnya yang dituliskan untuk teman baiknya, Johannes Eduard Post, seorang pengusaha perusahaan import di Amsterdam yang juga merupakan tokoh aktif dalam gerakan perdamaian dan anti-kolonial.
-
Kapan Mohammad Hatta terpilih sebagai Wakil Presiden pertama RI? Kemudian pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
-
Dimana Bung Hatta diasingkan? Banda Naira, salah satu pulau kepulauan Banda di Kabupaten Maluku Tengah terkenal dengan destinasi wisata yang begitu indah.
-
Siapa yang mengasingkan Bung Hatta? Bung Hatta bersama Sutan Sjahrir sudah ditetapkan menjadi tahanan politik oleh Belanda, lalu mereka dibuang ke Banda Naira pada 11 Februari 1936.
-
Kenapa Bung Hatta diasingkan? Bung Hatta bersama Sutan Sjahrir sudah ditetapkan menjadi tahanan politik oleh Belanda, lalu mereka dibuang ke Banda Naira pada 11 Februari 1936.
-
Dimana Mohammad Hatta lahir? Tepat hari ini, 12 Agustus pada 1902 silam, Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi.
-
Kapan Bung Hatta diasingkan? Bung Hatta bersama Sutan Sjahrir sudah ditetapkan menjadi tahanan politik oleh Belanda, lalu mereka dibuang ke Banda Naira pada 11 Februari 1936.
Dalam surat itu, Hatta meminta agar Johannes mencarikannya buku untuk digunakan sebagai modul mengajar bagi anak-anak di sana.
"Apakah Anda bisa memberi beberapa judul dari buku-buku untuk anak lelaki, misalnya untuk anak lelaki sekitar umur 15-16? Saya ingin merekomendasikan kepada dokter Tjipto untuk keponakan dia yang diajar oleh Sjahrir dan saya. Anak itu tidak punya apapun untuk membaca," tulis Hatta dalam suratnya 22 Februari 1938.
"Selain itu saya mau minta judul buku-buku untuk anak-anak di bawah umur 10 dan untuk perempuan-perempuan antara 15 dan 20 tahun," tulis Hatta dalam surat yang sama.
Dalam surat lainnya teruntuk Johannes bertanggal 8 September 1939, Hatta juga kembali meminta agar dikirimkan buku 'Das Kapital' karya Karl Marx.
"Terkait ini, saya harus mengganggu Anda sekali lagi. Apakah mungkin bahwa saya mengambil hanya jilid II dari salah satu kawan, yang tidak butuhnya lagi? Seperti Anda tahu saya memiliki jilid I dan III lengkap. Apakah ibu Holst bisa bantu dalam hal ini? Dia kenal seluruh karya Marx dan tidak butuh Marx lagi untuk pekerjaan dia," kata Hatta dalam surat yang ditulisnya.
Surat Bung Hatta Museum Nasional"Buat pekerjaan teoritis saya, saya membutuhkannya. Saya harus menggunakan karya lengkap, khususnya kalau saya mengutip Marx atau saat saya membahas karya teoretis dia secara kritis. Saya berterima kasih banyak kalau Anda beruntung membelikan eksemplar lengkap dari jilid II dari Das Kapital," ungkap Hatta.
Masa pengasingan yang dialami Hatta bukan menjadikannya sosok yang tertutup dari dunia luar. Dia tetap mencari informasi dan menjaga kualitas intelektualnya melalui buku-buku dan berkorespondensi dengan teman-teman asingnya di Belanda yang dia kenal ketika kuliah di sana. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah pengasingan Bung Hatta dan Sjahrir di Banda Neira masih terawat dengan baik
Baca SelengkapnyaWakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta dikenal sebagai kutu buku. Aktivita sehari-harinya selalu diisi dengan membaca buku.
Baca SelengkapnyaIa menjalani masa hukuman sebagai tahanan politik selama 6 tahun tidak menyurutkan semangat untuk tetap menjaga asa kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaMohammad Hatta adalah pahlawan nasional yang dikenal cerdas, jujur, dan bijaksana.
Baca SelengkapnyaMohammad Hatta menjadi saksi bahwa suku asli Merauke kaya-kaya dan sangat pintar dan cerdas dalam berhitung.
Baca SelengkapnyaWakil Presiden Mohammad Hatta disambut hangat masyarakat di daerah Sumatera Barat saat melakukan kunjungan kerja pada bulan April 1954. Ini momen selengkapnya.
Baca SelengkapnyaSeorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.
Baca SelengkapnyaBangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Baca SelengkapnyaGanjar napak tilas di situs-situs bersejarah di Banda Neira, khususnya rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Syahrir.
Baca SelengkapnyaSebelum menjadi sekolah seperti sekarang, SMPN 5 Bandung punya cerita sejarah kelam. Dulu pernah menjadi penjara bagi orang Belanda.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Bapak Pendidikan Nasional saat dikunjungi oleh sosok penguasa Indonesia sebelum wafat.
Baca SelengkapnyaAda sejarah penting di balik tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Baca Selengkapnya