Kisah dua wanita pemberani berjuang menolak air dikelola swasta
Merdeka.com - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) mensinyalir negara mengalami kerugian Rp 1 triliun lebih per tahun karena air dikuasai PT Aetra dan PT Palija di wilayah Jakarta Utara. Jika dibiarkan, kemungkinan negara akan mengalami kerugian hingga Rp 179 triliun pada tahun 2023.
Zubaidah dan Nur Hidayah, warga Rawa Badak, Jakarta Utara, sejak 1997 sudah berjuang menolak PT Aetra dan PT Pelija yang menguasai industri air di wilayahnya. Untuk mendapatkan air, tak jarang dia harus menunggu hingga larut malam.
Parahnya, air yang keluar kerap kali keruh bahkan kadang macet. Hal itu terjadi bertahun-tahun lamanya. Dia lantas memutuskan bergabung dengan Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ). Perjuangannya pun berbuah hasil. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menerima gugatan mereka dalam sidang putusan Selasa (24/3) kemarin.
-
Di mana warga berebut air bersih? Pemandangan serupa juga terjadi di Blora, Jawa Tengah. Warga Desa Jepangrejo berebut air bersih bantuan dari BBWS Pemali-Juwana.
-
Apa yang membuat warga Klaten antre air bersih? Warga rela antre untuk mendapatkan air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka Antrean warga terlihat di Kantor Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Dengan membawa sejumlah jeriken, warga mendatangi sumur bor sedalam 240 meter milik pemerintah desa setempat. Warga harus antre berjam-jam dan bergantian dengan warga lain untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Kenapa perusahaan air minum menolak tawaran warga? Kabarnya perusahaan air minum terkenal pernah mencoba untuk berinvestasi di sana, namun ditolak oleh warga.
-
Kenapa buruh Semarang menolak Tapera? 'Setelah 50 tahun, uang iuran itu baru akan terkumpul Rp48 juta. Lima puluh tahun lagi, mana ada harga rumah Rp48 juta. Rumah saat ini paling murah saja Rp155 juta. Jadi ini cuma akal-akalan pemerintah saja. Menurut kami ini bukan jaminan sosial,' kata Aulia Hakim, sekretaris KSPI Jateng, mengutip YouTube Liputan6 pada Senin (10/6).
-
Bagaimana warga mengatasi kesulitan air di Jawa Tengah? Warga pun terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.'Kondisinya sudah berlangsung sebulan ini. Padahal kebutuhan air ini untuk memasak dan mandi,' kata Suratmi, salah seorang warga Desa Garangan yang terdampak kekeringan, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (18/9).
"Kami minum air keruh dan bau. Jika terlambat bayar meteran air, kami didenda lima belas ribu rupiah," tutur Zubaidah kepada merdeka.com, Rabu (25/3).
Perjuangan mereka sudah lama dilakukan. Semenjak Gubernur DKI Fauzi Bowo hingga Gubernur DKI Jokowi, mereka sudah berkali-kali menyatakan keinginan agar pemerintah mengelola air sendiri.
"Awalnya kami melakukan penguatan dengan ibu-ibu atas situasi yang kami alami. Kami juga sudah mengadakan pendekatan dengan Pak Fauzi dan Pak Jokowi tapi belum ada tanggapan nyata. Hanya Pak Jokowi pernah dukung kami dalam proses di pengadilan," tutur Nur Hidayah.
Menurutnya, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga pernah mendukung mereka dalam gugatan di MK. Ahok kala itu mengatakan kepada mereka akan mendukung pengambilalihan air untuk dikelola oleh negara.
"Pak Ahok support kami untuk gugatan di MK. Dia katakan pada kami, kita ambil kembali jangan oleh swasta." lanjut Nur menirukan ucapan Ahok kala itu.
Atas keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menerima gugatan mereka, Zubaidah dan Nur mengaku puas dan berharap pemerintah segera mengambil alih pengelolaan air dari PT Pelija dan PT Aetra. Mereka meminta air di wilayah mereka dikelola oleh PDAM.
"Kami gugat pemerintah didampingi LBH agar negara yang ambil kelola air. Kembali ke PDAM seperti dulu. Sudah bertahun-tahun kami minum air keruh," ujar Zubaidah.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wanita ini pernah diberikan emas oleh Soekarno, namun ditolak mentah-mentah.
Baca SelengkapnyaKabarnya, julukan ini melekat karena teriakannya amat mengerikan dan bikin penjajah ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaWarga Nagari Air Bangis khawatir Proyek Strategi Nasional (PSN) akan membuat kehidupan mereka terancam.
Baca SelengkapnyaNama HR Rasuna Said diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaMenurut Tia, Megawati kerap mengajarkan agar perempuan harus berani untuk menyampaikan keadilan meski berujung pahit.
Baca SelengkapnyaKedua perusahaan tersebut beroperasi di Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaMereka menolak keras penggusuran Pulau Rempang. Mereka juga menuntut pemerintah agar menghentikan praktik perampasan tanah terhadap warga Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaRohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMojang-mojang ini bak harimau betina yang mengamuk saat menjagal tentara NICA.
Baca SelengkapnyaTerinspirasi oleh ketidakadilan yang dialami perempuan pada masa itu, ia aktif dalam dunia pendidikan dan organisasi.
Baca SelengkapnyaSejumlah catatan mengungkapkan, saat penyerbuan Belanda, Seksi Wanita turut Wingate Action ke daerah pendudukan Belanda.
Baca SelengkapnyaTia Rahmania batal melenggang ke senayan. Tak tanggung-tanggung, Tia dituduh melakukan penggelembungan suara.
Baca Selengkapnya