Kisah Gunawan, lelaki Jawa bertaruh nyawa demi Kalimantan
Merdeka.com - Derita kabut asap yang melanda wilayah Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Riau dan Palembang selama dua bulan menjadi perhatian seluruh rakyat Indonesia. Bencana ini pun langsung mendapat tanggapan serius Pemerintah pusat dengan menurunkan segala daya yang ada guna mengurangi kebakaran dan meminimalisir asap.
Di tengah hiruk-pikuk semua pihak menanggulangi kebakaran, perjuangan Gunawan (60), perantau asal Jawa patut diapresiasi. Bersama kedua anaknya, Hendra (16) dan Daniel (15) yang bergabung dalam relawan lokal Jumpun Pambelom, mereka bahu membahu memadamkan api selama kebakaran di lahan gambut terjadi.
Menurut ayah 6 orang anak ini, meskipun orang Jawa Timur rasa cintanya terhadap Kalimantan menjadi alasan kenapa dia bertaruh nyawa memadamkan api siang malam.
-
Kenapa hutan di Klaten terbakar? AR berusaha melepas kail namun gagal. Ia pun kemudian membakar alang-alang di sekitar kail yang tersangkut agar kail mudah diambil. Namun pelaku lupa mematikan api sehingga api menyebar cepat dan menyebabkan hutan terbakar.
-
Kenapa kapal terbakar di Cilacap? Ia mengatakan bahwa penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan.
-
Kenapa pelaku membakar di Depok? Diduga pelaku membakar saat sedang lewat di depan rumahnya.'Iseng kayaknya, orang lewat, enggak tahu tujuannya. Jam 4 kurang, dia (pelaku) jalan sendirian. Saya ngga ngerti modusnya,' akunya.
-
Apa penyebab kebakaran? 'Dugaan penyebab korsleting listrik pada kulkas,' kata Huda dalam keterangannya, Sabtu (30/3).
-
Kenapa KM Umsini terbakar? Mengutip ANTARA dan Liputan6.com, Kepala Kesekretariatan Perusahaan Pelni, Evan Eryanto mengatakan, sumber api pertama kali diketahui pada pukul 04.20 WITA yang diduga berasal dari motor bantu yang ada di ruang mesin.
-
Bagaimana kebakaran kapal di Cilacap terjadi? Akan tetapi berdasarkan informasi dari sejumlah saksi mata, tiba-tiba saja terlihat kobaran api di Kapal Mulia 16 GT 50 dan selanjutnya merambat ke kapal-kapal lainnya.
"Saya perantau asal Jawa Timur. Saya kini orang Kalimantan. Saya tergugah melihat asap banyak. Kami mau agar asap tidak buat kami menderita," ujar lelaki yang beristrikan suku Dayak ini kepada merdeka.com di sela-sela kesibukannya menyemprot api di pinggir Jalan Trans Palangka Raya-Banjarmasin, Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah, Kamis (29/10).
Gunawan meninggalkan tanah kelahirannya sejak tahun 1987. Sebagai pendatang, kesehariannya dia bekerja sebagai buruh tani. Tahun 1988 Gunawan menemukan tambatan hatinya, sorang gadis Dayak yang melahirkan enam buah hatinya. Sejauh itu, rasa cinta terhadap bumi Kalimantan pun mulai tumbuh.
Sebagai penduduk Kalimantan, Gunawan merasakan sungguh dahsyat bencana asap tahun ini. Didorong oleh keinginan agar kabut asap cepat berlalu, bersama relawan lokal lainnya, Gunawan berjuang menghadapi kobaran api, menarik selang dan membuat sumur bor sebagai sumber air untuk padamkan api.
"Asap sungguh menyiksa kami. Kami ingin ini cepat berlalu," keluhnya.
Sebelum bergabung dalam Jumpun Pambelom, Gunawan dikenal masyarakat sekitar sebagai pekerja keras. Dia berkali-kali memadamkan api ketika kebakaran melanda hutan di sekitar tempat tinggalnya. Menurut dia, kesulitan yang paling berarti ketika memadamkan api adalah soal pasokan air yang kurang. Selain itu, kata dia hal yang tak pernah diduga adalah tiupan angin pada malam hari yang menyebabkan kebakaran kembali terjadi.
"Susahnya di air. Itu kesulitan kami selama ini. Dan ketika api sudah padam tapi ketika malam ada angin pasti ada kebakaran lagi. Jadi kita korbankan diri hadapi api dan sesak napas. Belum kalau ada kayu yang roboh," ceritanya sambil mengelap peluh di dahinya.
Bukan pujian yang dicari kakek tiga cucu ini. Ketika api sudah berhasil dipadamkan adalah satu-satunya rasa kebanggaan bagi Gunawan yang menjadi relawan.
"Bangga ketika bisa matikan api. Karena sedih kalau lihat kebakaran dan kami bisa kena asap, akibatnya gak bisa tanam," ujar lelaki yang tetap semangat dan bugar meski mulai membungkuk ini.
Selama dua bulan ini terpaksa hanya sang istri yang bekerja di ladang. Dia dan ketiga anaknya masih berjibaku dengan api dan asap yang masih tersisa. Gunawan berpesan agar masyarakat luas tidak menilai orang Kalimantan secara negatif sebagai penyebab kebakaran selama ini. Kata dia, hanya segelintir orang tak bertanggungjawab yang membuat suasana Palangka Raya dan sekitarnya diselimuti asap selama ini.
"Sedikit yang buat tapi kami dituduh yang bakar. Tolonglah, hanya orang tertentu yang bakar hutan, bukan semua orang," pungkas dia.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sangkuriang versi Purwakarta mengajarkan pentingnya pengorbanan demi meraih apa yang diinginkan.
Baca SelengkapnyaBetapa seramnya peristiwa itu, hingga memunculkan duka lantaran sosok heroiknya berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan didapati gugur
Baca SelengkapnyaKomjen Fadil Imran berikan apresiasi kepada seorang polwan Bhabinkamtibmas.
Baca SelengkapnyaKeberanian Pangeran Diponegoro membuat penjajah berang. Mereka mencoba membunuh Pangeran Diponegoro tapi selalu gagal.
Baca SelengkapnyaSunan Prapen merupakan keturunan Sunan Giri yang diyakini merupakan waliyullah yang memiliki karomah
Baca SelengkapnyaGunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaBriptu Tamarani bersama para TNI menyusuri hutan dan lahan demi mencari titik api yang masih menyala.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda yang berhasil taklukkan si jago merah hampir melahap rangkaian kabel listrik kota. Aksinya bikin kagum.
Baca SelengkapnyaPada masanya, Kerajaan Mataram Islam berhasil menumpas berbagai pemberontakan dan melakukan berbagai usaha penaklukkan
Baca Selengkapnya