Kisah haru Nenek Murip, perjuangan janda pemulung naik haji
Merdeka.com - Nenek Murip, 70 tahun, pemulung asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur akhirnya memenuhi 'panggilan' ke Tanah Suci, Mekkah. Sejak puluhan tahun silam, nenek yang tinggal di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren ini sudah bercita-cita menyempurnakan Rukun Islamnya yang kelima.
Seperti apa perjalanan Nenek Murip meraih mimpinya ke Tanah Suci? Sebagai seorang pemulung, mimpi memenuhi 'panggilan' Ilahi untuk berhaji sangat sulit terwujud. Mengingat mahalnya ongkos naik haji.
Namun, janda empat anak tidak patah arang. Di usianya yang waktu itu masih 30 tahun sekitar tahun 1987, dia berusaha keras mengumpulkan uang dari hasil mengumpulkan sampah disertai doa.
-
Kenapa Nenek Ngatemi baru naik haji di usia 99 tahun? Nenek Ngatemi baru bisa menunaikan ibadah haji saat ia menginjak usia 99 tahun.
-
Siapa yang menabung selama 22 tahun untuk haji? Mahruf sampai detik ini masih tidak menyangka bisa berangkat haji sebentar lagi. Sebelumnya ia sudah menabung selama 22 tahun sejak 2002 silam dari penghasilannya sebagai penjual gorden keliling.
-
Apa yang menjadi usaha Ibu Haji Putri Arofah? Walaupun sehari-hari menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga, namun ia juga ingin menghasilkan uang sendiri. Pada akhirnya ia kini punya usaha produksi kain batik dengan omzet mencapai Rp300 juta per bulan.
-
Apa yang dilakukan Nenek Ngatemi sebelum naik haji? Wanita yang lahir tahun 1925 itu dulunya bekerja sebagai buruh tani dan berjualan beras. Dari penghasilannya itu Ngatemi menabung sedikit demi sedikit untuk berhaji.
-
Bagaimana cara Mahrun menabung untuk haji? Upaya Mahrun selama puluhan tahun menyisihkan pendapatannya untuk menabung agar bisa pergi haji berbuah manis. Sebagai pembuat stempel lokasi usahanya sering berpindah tempat karena digusur.
-
Apa artinya 'haji'? Menurut istilahnya, Haji tak lain berasal dari bahasa Arab 'Hagg' yang berarti berziarah. Maka dari itu, makna haji sendiri yakni merupakan ibadah berupa ziarah yang dilakukan ke Kota Suci Mekkah dalam rangka meningkatkan keimanan dan takwa seseorang terhadap Allah SWT.
Sedikit demi sedikit, uang Nenek Murip terkumpul Rp 1 juta. Lantas dia menitipkan uang tersebut kepada teman baiknya. Hingga medio 2010, uang Rp 20 juta terkumpul.
"Kemudian uang itu saya daftarkan untuk ongkos naik haji," tutur Nenek Murip di Asrama Haji Surabaya, Jalan Sukolilo, Rabu (2/8).
Tahun 2011, di usianya yang mulai senja, Nenek Murip masih terus berusaha mengais rezeki dari sampah yang dipungutnya setiap hari. Tak hanya itu, keahlian memijat juga dimanfaatkannya untuk menabung.
"Dan Alhamdulillah, uang Rp 20 ribu sampai 50 ribu yang saya kumpulkan dari sampah dan mijat, dan saya tabung tiap hari bisa untuk berangkat haji," katanya.
Walhasil, buah dari doa dan ikhtiarnya selama bertahun-tahun, Tahun 2017 ini, Nenek Murip berangkat ke Tanah Suci. Dia masuk kelompok terbang (kloter) 18 jamaah calon haji (JCH) embarkasi Surabaya.
Di Tanah Suci nanti, Nenek Murip mengaku ingin berdoa agar dosa-dosanya selama hidup diampuni Allah. "Saya juga mendoakan anak-anak saya agar menjadi anak saleh dan bisa berhaji nantinya," akunya.
Nenek Murip dan kesederhanaannya
Sejak usia 30 tahun, Nenek Murip sudah gemar menabung demi cita-citanya berangkat berhaji. Sebagai janda dengan empat anak yang berprofesi sebagai pemulung dan tukang pijat, hidup Nenek Murip sangat sederhana.
Tiap hari dia hanya makan kerak (nasi kering) dengan lauk sayur. "Mbah (nenek) kalau makan cukup dengan daun singkong. Nggak pakai ikan," katanya.
Meski hidup sederhana, tidak membuat dia melupakan kegiatan sosial. Nenek Murip juga dikenal sangat peduli dengan sesama. Tak jarang, dia menyisihkan rezekinya untuk anak-anak yatim-piatu.
"Alhamdulillah rezeki itu selalu ada. Saya bekerja jadi pemulung dan tukang pijat, dapat uang. Sebagian saya kasih ke anak yatim dan orang miskin. Meskipun saya juga susah, tapi saya juga ingin beramal," tutupnya. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski kondisi tubuhnya sudah tak sekuat saat muda, nenek 69 tahun ini sangat antusias menuju Tanah Suci.
Baca SelengkapnyaDi antara mereka, ada seorang nenek berusia 99 tahun yang terlihat semangat untuk menunaikan ibadah haji
Baca SelengkapnyaMbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menabung seribu rupiah hingga Rp15 ribu.
Baca SelengkapnyaHolipah menyisihkan uang dari berjualan mulai dari Rp10.000 sampai Rp20.000 untuk tabungan pergi haji.
Baca SelengkapnyaKisah Supartono, pemulung dan tukang becak asal Ponorogo yang berangkat haji tahun ini.
Baca SelengkapnyaMbah Tono sudah 26 tahun menabung untuk berangkat haji
Baca SelengkapnyaPasutri ini bisa berangkat ke Tanah Suci berkat rajin menabung
Baca SelengkapnyaBertahun-tahun, tak ada anggota keluarganya yang tahu bahwa nenek Ngatima akan pergi haji
Baca SelengkapnyaMbah Supyah pun bercerita, jika ia menjalani profesi sebagai tukang pijat keliling ini sejak usia 17 tahun.
Baca SelengkapnyaNurasik tahun ini berhaji bersama anak perempuannya.
Baca SelengkapnyaJuru parkir ini membuktikan berangkat haji bisa tak hanya bisa dilakukan oleh orang kaya
Baca Selengkapnya