Kisah hebat kaum difabel punya mimpi mulia di tengah keterbatasan
Merdeka.com - Secara fisik mereka-mereka ini terlahir dalam kondisi fisik tak sempurna. Namun soal semangat hidup, mereka patut diacungi jempol.
Begitulah kira-kira gambaran seorang penderita difabel. Keterbatasan fisik tak membuat mereka jadi orang yang hanya bisa meratapi hidup.
Banyak sekali kaum difabel di Tanah Air yang memiliki mimpi dan cita-cita mulia. Tak muluk-muluk cukup untuk membahagiakan orang-orang di sekeliling mereka.
-
Bagaimana cara warga disabilitas menunjukkan dukungannya? Dukungan kepada Prabowo-Gibran ini disebutkan sebagai balasan atas kontribusi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap kelompok disabilitas.
-
Bagaimana Kedai Kopi Berbagi berdayakan disabilitas? 'Kopi Berbagi itu mempunyai misi yaitu untuk berbagi kepada sesama. Salah satunya dengan kawan-kawan disabilitas yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Kami ajak bergabung untuk terlibat dalam pembuatan kopi, memasak, dan lainnya,' kata Dike.
-
Apa yang diimpikan anak kurang mampu? Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan kesempatan yang tidak semua siswa bisa mendapatkannya. Terlebih bagi siswa yang orang tuanya berasal dari golongan kurang mampu.
-
Siapa yang bisa termotivasi oleh kata-kata motivasi singkat? Terutama bagi para pekerja yang sedang menjalani pekerjaannya dengan kurang semangat.
-
Siapa yang bisa memberikan kata-kata semangat? Terutama untuk teman yang sangat dekat, memberinya kata-kata ucapan penyemangat untuk teman ini bisa menjadi gestur yang baik dan penuh perhatian.
-
Siapa saja yang bisa menggunakan kalimat penyemangat? Kumpulan kalimat penyemangat bahasa Inggris dan artinya yang bisa memotivasi diri.
Berikut cerita semangat penderita difabel dan impian mulianya:
Difabel ini ingin bahagiakan istri, ajak naik gunung bersama
Sebagai penderita difabel, impian Kurniawan Sanjaya (36) sangat sederhana. Dia ingin naik ke puncak gunung.Cita-cita itu lama diimpikan. Mengingat fisiknya yang tak sempurna."Ingin naik gunung. Suatu saat bersama istri," kata Iwan di tempatnya berjualan di pertigaan Jalan Cipto dan Jalan Panglima Sudirman, Selasa (22/12).Iwan sehari-hari berjualan koran. Dia setiap harus mengenakan kruk atau penyangga kaki dan sepeda motor roda tiga. Dia mengaku pernah mencoba bersama istrinya, namun hanya sampai di Kota Batu."Sepedanya yang tidak kuat. Dulu kita coba, pokoknya jalan saja sama istri. Nanti kalau sepedanya tidak kuat ya sudah balik saja," katanya.Iwan sejak usia 5 tahun tinggal di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang dan keluar usia 16 Tahun, saat lulus SMP. Beberapa tahun kemudian tinggal di Surabaya, menjadi pengamen dan mengelola sebuah rumah singgah.Saat itu, dirinya berkenalan dengan seorang mahasiswi di pangkalan tempat pemberhentian bus. Perempuan itu yang kemudian menjadi pendamping dalam hidupnya."Dia perempuan sempurna bagi saya, dan memang secara fisik juga sempurna," katanya.Sosok Iwan sebagai pribadi yang bertanggung jawab menghidupi istri yang dinikahinya Desember 2014. Dia bekerja keras sebagai penjual koran, sementara sang istri bekerja di sebuah apotek. Sehari Iwan mengaku berhasil menjual sekitar 70 eksemplar. Sebelumnya, dia juga pernah menjual pulsa dan toko pracangan.
Triyono difabel hidup sukses dari wirausaha
Pengalaman hidup Triyono menggugah Saptuari Sugiharto. Menurutnya, polio menyerang kaki Triyono, sehingga dia tidak bisa berjalan normal. Triyono kecil yang terasing dengan kakinya yang makin mengkerut tidak patah semangat, dia justru belajar makin giat. Sejak SD selalu yang pertama meraih peringkat.Terus menerus jadi juara, pembuktian tanpa banyak kata-kata. Orang tua mereka sekarang menyuruh anak-anaknya datang ke rumahnya, untuk belajar padanya.Waktu berlalu, kaki Triyono sudah terpasang besi di sisi kanan kirinya hingga ke paha, dua kruk juga mampu menyangga tubuhnya. Lulus sebagai sarjana peternakan dengan perjuangan yang pasti melelahkan, bukan hanya soal materi kuliah, tapi juga mengakali kelebihan fisik yang Allah berikan. Triyono memulai berbisnis sesuai dengan ilmunya, dia membangun peternakan ayam dan sapi di Sukoharjo, berkembang begitu pesat, ayamnya hingga puluhan ribu. Begitu juga sapinya.Semangat hidup Triyono, membuat Saptuari terkagum-kagum."Hebat kowe Tri.. Kayak robocop! Kakimu terbuat dari besi..." Dan kami tertawa.
Karya hebat Habibie Afsyah lahir dari kursi roda
Tak sedikit orang memiliki kekurangan dari segi fisik namun memiliki segudang prestasi. Kekurangan fisik tak menghambat kreativitas mereka, bahkan malah memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang normal pada umumnya.Habibie Afsyah misalnya. Memiliki keterbatasan justru memicunya untuk berprestasi. Pria yang kerap diundang di berbagai acara di televisi seperti Kick Andy di MetroTV, Hitam Putih di Trans7, dan beberapa acara lainnya tersebut kini menjadi inspirasi bagi para penyandang disabilitas lainnya untuk tetap semangat menghadapi hidup, meski memiliki kekurangan fisik, yakni menderita kelumpuhan hingga harus terus berada di kursi roda. Pria kelahiran Jakarta, 6 Januari 1988 tersebut kini bahkan telah mempersiapkan buku keduanya yang tak lama lagi akan segera launching."Tentang perjuangan saja sih. Pengalaman aku dari kecil sama mamaku," kata Habibie saat wawancara khusus dengan merdeka.com, Sabtu (16/5) lalu.Habibie mengatakan, buku keduanya ini sebenarnya tak jauh beda dengan buku pertamanya. Hanya bahasanya yang dibikin lebih dewasa."Sama sih. Hanya memang di cara penuturannya di buku yang pertama kayak remaja. Karena itu aku yang nulis. Saat ini bukan aku, jadi cara penyampaiannya lebih umum. Yang terbaru nanti lebih ke arah pemikiran-pemikiranku, cita-citaku, sampai aku harus mikir bagaimana mendapatkan pendapatan," ungkapnya.
Difabel Munaji bin Riyono berangkat haji karena gigih dagang sayur
Semangat Munaji bin Riyono (65) untuk menjadi tamu Allah akhirnya terwujud tahun ini. Kondisi difabel tidak menyurutkan niat warga Sidoarjo, Jawa Timur ini berangkat haji.Munaji berangkat ke Tanah Suci dengan kelompok penerbangan (kloter) 17, Sabtu (29/8) malam. Untuk berjalan, dia harus dibantu dengan alat bantu jalan (kruk)."Hanya Allah yang tahu kondisi saya," ujar Munaji yang merupakan ayah dari seorang anak dan kakek dari dua cucu itu, didampingi istrinya Asning Amah (53), yang sama-sama berangkat haji.Warga Candi, Sidoarjo itu mengalami kecelakaan saat berkendara motor bersama temannya, bahkan temannya meninggal, namun dirinya harus rela kehilangan satu kaki kanannya.Kecelakaan yang terjadi di Lemah Abang, Pandaan, Pasuruan pada tahun 1985 itu tak membuatnya patah arang, dan tetap bersemangat melakukan kegiatan sehari-hari sebagai penjual sayur di Pasar Keputran, Surabaya.Sebagai tengkulak sayur, dia setiap hari dibantu pegawainya mencari sayur untuk dijual, mulai dari Ambulu, Lumajang, Jember, Blitar, Kediri, Nganjuk dan Lamongan.Di mana pun ada tempat sayur yang siap untuk dipanen, maka Munaji pun mendatangi untuk dijual kembali, di antaranya gambas, terong, ketimun dan kacang panjang.Dalam sehari, dia bisa menjual 1,7 ton sayur setiap hari dengan hasil penjualan bisa meraup keuntungan sebesar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.Tidak hanya itu, dia juga mewakafkan sebidang tanah untuk Musala 'Bumi Allah' yang memiliki Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).
Baca SelengkapnyaSosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca SelengkapnyaIa berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Baca SelengkapnyaSri Setyaningsih pernah menyesal lahir ke dunia dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ia kemudian bangkit dan berhasil mengajak ratusan difabel hasilkan cuan.
Baca SelengkapnyaKisah inspiratif siswa Bintara Polri disabilitas tetap semangat menempuh pendidikan di tengah keterbatasan fisik.
Baca SelengkapnyaMemulai perjalanan hidup yang tidak selamanya mulus, Evi tidak pantang menyerah.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah mahasiswa difabel yang menjadi lulusan terbaik dan tercepat di kampusnya.
Baca SelengkapnyaDi tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.
Baca SelengkapnyaSejak usia sekitar 2 tahun, Dika, sapaan akrabnya didiagnosa menderita celebral palsy (CP).
Baca SelengkapnyaKetidaksempurnaan fisik tak menjadi halangan bagi pasutri ini untuk produktif. Keduanya sukses berbisnis sablon dan jadi atlet profesional.
Baca SelengkapnyaKeterbatasan fisik tak jadi alasan untuk tetap jadi polwan, siswi Sepolwan asal Bangka Belitung ini curi perhatian.
Baca SelengkapnyaPanggung Talenta 2023, Wadah Kaum Difabel Berkreasi Sambut Hari Disabilitas Dunia
Baca Selengkapnya