Kisah heroik prajurit Kopassus bertempur bak Film Lone Survivor
Merdeka.com - Masih ingat film Lone Survivor yang diilhami operasi Red Wing di Afghanistan? Film ini mengisahkan empat anggota Navy Seal yang sedang mengintai Taliban di Gunung Sawtalo Sar.
Misi gagal karena dipergoki penggembala kambing yang lapor pada Taliban. Akibatnya, pasukan elite Amerika Serikat dikejar 300 orang gerilyawan. Aksi heroik tersebut diingat para personel Navy Seal dengan semboyan Never Forget Operation Red Wing 062805.
Nah kisah serupa juga pernah dialami pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dulu masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha. Peristiwa itu terjadi 9 Januari 1983 saat satu unit pasukan Nanggala berpatroli di KV34-34/Komplek Liasidi, Timor Timur.
-
Apa yang dilakukan Suparlan saat pelurunya habis? Ketika pelurunya habis, Suparlan mencabut pisau komandonya.
-
Bagaimana Suparlan melawan musuh? Suparlan berlari ke arah musuh. Dia membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin rekannya yang gugur.Dengan berani dia berlari ke arah musuh dan menembaki lawan dengan senapan mesin.
-
Siapa prajurit Kopassus yang gugur di Timor Timur? Masjid ini dinamai Suparlan, salah satu prajurit legendaris korps baret merah. Suparlan gugur saat bertempur di Timor Timur tahun 1983.
-
Siapa yang tewas dalam kontak senjata? 'Adapun identitas KKB yang tewas yakni, Oni Kobagau, Jaringan Belau, Agustia, dan Ones,' tutur Faizal kepada wartawan, Rabu (24/1/2024).
-
Apa nama operasi yang dilakukan Suparlan? 9 Januari 1983, Satu Unit Tim Nanggala Berpatroli di Komplek Liasidi di Timor Timur Komplek Liasidi adalah salah satu pusat kekuatan Freetilin.
-
Siapa yang curhat kepada Kopassus? Panglima Perang Moro Kogoya Curhat ada Perang di Mulia, Melalui Video Call Kepada Prajurit Kopassus
Komplek Liasidi dianggap rawan karena merupakan konsentrasi pasukan Fretilin yang bersenjata lengkap. Mulai dari senapan serbu, mortir sampai pelontar granat.
Benar saja, unit kecil pasukan elite ini kemudian dihadang 300 personel Fretelin di ketinggian. Pertempuran tak seimbang terjadi di pinggir jurang.
Satu per satu prajurit Kopasandha tewas diterjang peluru Fretilin. Komandan Tim Letnan Poniman Dasuki memerintahkan mundur lewat celah bukit. Walau sulit, itu satu-satunya pilihan yang ada.
Di saat genting tersebut, Prajurit Satu Suparlan meminta izin komandannya untuk menghadang musuh seorang diri. Dia mengorbankan diri agar teman-temannya bisa lolos.
Suparlan membuang senapan miliknya dan mengambil senapan mesin rekannya yang sudah gugur. Dia berlari maju dan menembaki Fretilin tanpa memperdulikan peluru musuh yang mengoyak tubuhnya.
Suparlan sudah bersimbah darah. Peluru senapan mesinnya sudah habis. Tapi dia tak mau menyerah.
Dia mencabut pisau komando dari pinggangnya dan memburu musuh. Enam orang berhasil ditewaskan dalam pertarungan maut.
Tak terhitung peluru Fretilin yang menembus tubuhnya. Hingga Suparlan jatuh terduduk nyaris kehabisan darah.
Pasukan Fretilin mendekati Suparlan yang tak mampu bergerak lagi. Mereka bersiap memberikan eksekusi terakhir. Sebuah tembakan maut di kepala prajurit baret merah tersebut.
Setelah puluhan musuh makin mendekat, dengan sisa-sisa tenaga yang masih dimiliki, Suparlan mencabut pin dua buah granat di kantong celananya.
Dia melompat ke arah kerumunan Fretilin dengan granat sambil berteriak keras. "Allahuakbar!!!"
Sementara itu lima orang pasukan Suparlan yang tersisa telah berada di atas bukit. Mereka menghujani pasukan Fretilin dengan peluru yang tersisa. Untungnya tak lama kemudian, bantuan datang.
Tembak menembak terjadi hingga malam hari. Korban berjatuhan dari dua pihak.
Tujuh prajurit Kopashanda tewas, sementara di kubu Fretilin 83 personel tewas. Jenazah Suparlan ditemukan dalam kondisi tak utuh.
"Keberanian dan bakti Suparlan membuat negara menganugerahkan kenaikan pangkat luar biasa pada Prajurit Satu Suparlan satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula yaitu Kopral Dua Anumerta," demikian ditulis dalam Majalah Baret Merah edisi Ulang Tahun tahun 2014.
Pemerintah juga menganugerahkan Bintang Sakti pada Kopda Suparlan melalui Keppres No 20/TK/TH.1987.
Korps Baret Merah mengabadikan namanya menjadi Lapangan Udara Perintis di Batujajar, Jawa Barat.
Rupanya tak cuma pemerintah Indonesia yang menghargai keberanian Suparlan. Komandan Fretilin juga mengirimkan surat pada pasukan Kopasandha. Walau musuh, mereka memuji keberanian dan perlawanan hebat yang diberikan Prajurit Suparlan.
Dalam perang, jarang penghormatan seperti ini terjadi. Kecuali untuk para prajurit yang menunjukkan keberanian luar biasa. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberanian prajurit Kopassus ini jadi legenda di medan tempur.
Baca SelengkapnyaAksi prajurit Kopassus bertempur sampai titik darah penghabisan ini menimbulkan simpati dari kawan dan lawan.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Lapangan Tembak TNI AU yang dinamai dengan nama prajurit Kopasgat yang gugur di Papua.
Baca SelengkapnyaPraka Mohammad Sugeng adalah nama prajurit TNI yang gugur dalam pertempuran di Papua. Namanya dikenang untuk lapangan tembak di Bandung.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok Komandan Kopassus yang bernyali besar saat Operasi Seroja di Timtim.
Baca SelengkapnyaSosok Sertu Marinir Ismunandar yang Gugur Ditembak KKB di Puncak Jaya Papua
Baca SelengkapnyaMeraih baret merah dan brevet komando, simbol kebanggaan unit ini, bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.
Baca SelengkapnyaBerkat jasa-jasanya semasa hidup, nama KS Tubun diabadikan sebagai nama kapal perang hingga jalan.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengaku merasakan duka mendalam atas gugurnya prajurit-prajurit terbaik bangsa tersebut.
Baca SelengkapnyaDua jenderal TNI Polri rela terjun langsung ke medan pertempuran sambil bawa senjata demi dapat mengamankan DPO teroris di Poso.
Baca SelengkapnyaEmpat prajurit itu merupakan anggota Satgas Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad).
Baca SelengkapnyaBegini foto lawas jenderal marinir saat tugas di dalam hutan. Gayanya bikin pangling bak rambo.
Baca Selengkapnya