Kisah Humaida, wanita lumpuh & perawatan sebulan habiskan Rp 1 juta
Merdeka.com - Seorang ibu warga kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Humaida (46), terbaring tidak berdaya di RSUD Panglima Sebaya, Paser akibat lumpuh selama 5 tahun 7 bulan. Tiap bulannya, tidak kurang dari Rp 1 juta dihabiskan untuk biaya perawatan Humaida.
Perawatan Humaida sendiri ditanggung oleh Pemkab Paser, setelah keluarga mengajukan surat keterangan tidak mampu (SKTM). Namun untuk kesehariannya, suami dan keluarga Humaida, terus memutar otak. Apalagi, usaha bengkel yang dijalankan suami Humaida, tutup sejak awal 2015 lalu.
"Iya rata-rata sekira Rp 1 juta setiap bulannya, di antaranya untuk beli popok ibu," kata putra sulung Humaida, Januar As Ari (25), saat berbincang bersama merdeka.com, Senin (31/10) malam.
-
Kenapa wanita itu mengalami kondisi seperti itu? Wanita yang berasal dari Provinsi Henan itu diketahui telah ditegur oleh atasannya sebulan sebelumnya, yang mengakibatkan ia mengalami perasaan tidak bahagia yang berkepanjangan.
-
Apa yang Ibu Sujiati buat setelah kena PHK? Berbekal skill menjahit di pabrik, Ibu Sujiati mampu menghasilkan produk kerajinan kulit dan penjahitan sepatu dengan standar brand yang dijual di mall.
-
Kenapa Bu Sri sulit berbicara dan lumpuh? Pada tahun itu, mereka mengetahui bahwa Sri Suharyati menderita Polycythemia Vera, sebuah penyakit langka yang menyebabkan penumpukan sel darah merah yang berlebihan, pembekuan darah, kesulitan berbicara, dan lumpuh pada sebagian tubuh tjiek.
-
Apa yang terjadi pada ibu Tamara? 'Alhamdullilah, Terima kasih Ya Allah, ibuku sudah sadar setelah 4 jam lebih pingsan karena penyumbatan pembuluh darah di Otak dan Terima kasih tak terhingga jg atas kekuatan Doa dari teman2 ????,' tulis Tamara Bleszynski.
-
Bagaimana lansia tersebut terluka? Sementara itu korban berupaya memaksa mobilnya hingga membuatnya terseret sejauh tiga meter hingga menyebabkan luka di sekujur tubuhnya.
-
Apa yang sulit bagi Ibu Persit di Wamena? Hal yang membuat ibu Persit tersebut kesulitan adalah saat dirinya harus menggunakan kompor dari minyak tanah.
Keinginan kuat untuk memberikan perawatan maksimal demi kesembuhan Humaida, terus dilakukan keluarga. Salah satunya dilakukan Januar sendiri yang mesti berurusan ke sana kemari, meminta bantuan berbagai pihak untuk kesembuhan sang ibu tercinta.
"Karena sudah hampir 6 tahun ini, kami keluarga, hanya dijanjikan akan dicarikan tempat medis untuk kesembuhan ibu saya. Sekian lama, sekian tahun tidak ada, sekian lama ibu terbaring tidak berdaya," ujarnya.
"Semestinya, ada pengobatan dan perawatan medis berjenjang. Dari Pemda Paser, bisa merujuk ke rumah sakit setingkat lebih baik seperti RSUD Abdul Wahab Syachranie milik Pemprov Kaltim di Samarinda. Kalau memang mesti dirujuk lagi, nanti kan bisa dirujuk lagi semisal ke Jakarta atau ke kota lain. Tapi ini tidak, ibu bertahun-tahun tidak berdaya, tidak dapat perawatan maksimal," tambahnya.
Namun demikian, Senin (31/10) hari ini, perjuangan Januar sedikit mendapatkan jalan setelah dia bertemu dengan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di ruang kerja gubernur di Samarinda. Melalui surat disposisinya, Awang memerintahkan jajarannya, di antaranya Direktur RSUD AW Syachranie Samarinda Rachim Dinata memberikan perawatan maksimal kepada Humaida, dengan merawatnya di RSUD AW Syachranie.
Biayanya, ditanggung oleh Pemprov Kaltim.
"Ini memang sedikit membuka jalan untuk perawatan maksimal dan kesembuhan ibu saya. Saya tadi juga mengantarkan langsung surat disposisi Pak Gubernur itu ke pak direktur rumah sakit," ungkap Januar.
"Saya sekarang sedang perjalanan pulang ke Paser, surat disposisi itu juga akan saya berikan ke Pemkab Paser, mohon bantuan untuk akomodasi ke Samarinda, ke rumah sakit AW Syachranie. Juga, teknis bagaimana dan siapa yang mendampingi ibu saya, bagaimana sekolah adik saya," jelasnya.
"Sementara Bapak saya yang sekarang terus mendampingi ibu. Usaha bengkel Bapak jatuh bangun dan akhirnya tutup sekira awal 2015 lalu. Sekarang ya menemani ibu saya, dan saya yang harus berurusan ke sana kemari demi ibu saya," demikian Januar.
Diketahui, Humaida mengalami kelumpuhan sejak 2011 lalu pascakelahiran anak kelimanya, di klinik milik DPD Muhammadiyah di kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Padahal, empat anak sebelumnya lahir normal. Pihak keluarga memilih menahan diri untuk tidak bersuara ke publik bertahun-tahun, lantaran masih bersabar.
Pengobatan Humaida pun telah menghabiskan segala sumber dananya, sehingga Humaida masuk perawatan medis RSUD Panglima Sebaya Paser, berdasarkan surat keterangan tidak mampu (SKTM). Akhirnya, di antaranya melalui anak Humaida, Januar As Ari, berjuang mencari keadilan dan kejelasan penyebab ibunya jatuh lumpuh bertahun-tahun.
Sekian tahun, muncul rencana keluarga untuk mengakhiri ujian ini dengan cara suntik mati Humaida, yang akan diajukan ke Mahkamah Agung.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
Baca SelengkapnyaArif menceritakan bahwa dirinya orang tidak punya (miskin), tinggal di kilometer 68, Sukawijaya, Kabupaten Muaro Jambi.
Baca SelengkapnyaDi tengah kelumpuhan yang dialami, pria malang itu rela berjuang demi bertahan hidup dan mencari rezeki.
Baca SelengkapnyaPerempuan 60 tahun ini mengaku akan terus membantu orang lain selama ia mampu.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaPotret Kemiskinan Putri Eks Model Majalah Dewasa, Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot Penuh Puing
Baca SelengkapnyaDia sempat meminta ke kaprodi agar anaknya bisa dilakukan lebih manusiawi, tetapi jawaban didapat tindakan itu untuk melatih mental.
Baca SelengkapnyaSebelumnya kondisi Safriani sempat melemah, karena penyakit paralisis periodic hypokalemia atau kelumpuhan secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaBerikut curhatan WNI yang diminta ratusan juta rupiah buat operasi dan perawatan kanker di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaKini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaPermintaan uang di luar biaya pendidikan resmi tersebut berlangsung sejak dokter Aulia masih di semester pertama PPDS atau sekitar Juli hingga November 2022
Baca Selengkapnya