Kisah inspiratif Ayu pembatik difabel asal Solo
Merdeka.com - Batik, sebuah karya seni adiluhung warisan leluhur asli Indonesia yang diakui dunia. Untuk bisa menghasilkan karya nan indah tersebut diperlukan ketekunan, kesabaran dan ketelitian.
Ayu Tri Handayani membuat orang berdecak kagum. Meski hanya bermodal dua kakinya, perempuan kelahiran Solo, 9 Februari 1991 ini lihai menggambar motif batik dengan canting. Aktivitas ini sudah digeluti Ayu sejak lulus SMP pada 2008-2009. Putri pasangan Sarwono dan Triyatmi ini terlahir dengan tangan tak sempurna. Tetapi ketidaksempurnaan fisiknya tak menghalangi lulusan SMP YPAC Solo ini untuk berkarya.
Semangat yang luar biasa tak memadamkan kreatifitasnya, sehingga hasil karya batiknya bisa terjual dengan harga hingga puluhan juta rupiah setiap potongnya. Karya batiknya telah diikutsertakan di berbagai pameran tingkat nasional. Prestasi ini mengantar Ayu berjumpa dengan banyak pesohor negeri. Selain sejumlah artis dan tokoh penting, Ayu juga berkesempatan bertemu Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
-
Siapa yang punya bakat seni? Terlihat jelas bahwa ia mewarisi bakat besar dalam dunia seni dari ibunya yang terkenal, Kris Dayanti.
-
Apa karya seni yang dibuat siswa berkebutuhan khusus? Ragam karya seni mulai dari lukisan hingga pernak-pernik mereka hasilkan.
-
Siapa yang dipuji karena penampilannya? Aaliyah Massaid mendapatkan pujian karena penampilannya yang semakin cantik setelah menikah.
-
Bagaimana siswa berkebutuhan khusus membuat karya seni? 'Persiapannya sebenarnya cukup sebentar, tapi prosesnya butuh waktu lama. Tapi anak langsung paham, sehingga mereka bisa menghasilkan karya-karya sesuai dengan yang saya harapkan,' kata Endaryanti, salah seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) yang siswa-siswanya mengikuti lomba karya seni itu, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (6/5).
-
Siapa yang memuji penampilan Ayu? Para penggemar berbondong-bondong mengisi kolom komentar Instagram Ayu dengan pujian.
"Saya mendapat kunjungan pak SBY dan bu Ani di Jakarta, kalau enggak salah tahun 2012 dalam sebuah pameran nasional Gelar Nusantara," ujar Ayu, saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Sawahan Ngemplak, Boyolali, Senin (21/11).
Saat pameran tersebut, sedikitnya 8 potong batik hasil karya pertamanya terjual dengan harga minimal Rp 5 juta per potong. Salah satu pembelinya adalah mantan menteri koordinator ekonomi, keuangan, dan industri Ginanjar Kartasasmita.
Ketekunan Ayu membatik juga mengantarkannya meraih sejumlah penghargaan. Antara lain Batikology kategori Inspiring Woman dari Indosat, yang diraih April tahun 2016. Kemudian tahun lalu Ayu juga dianugerahi penghargaan Undip Award kategori Kemanusiaan, Kreativitas dan Inovasi dari Universitas Diponegoro Semarang.
Membatik Dengan Kaki
Kemahiran Ayu membatik dengan kaki tak perlu diragukan lagi. Saat merdeka.com bertandang ke rumahnya, dengan cekatan Ayu menyalakan kompor kecil dengan wajan berisi malam dan menyiapkan canting, kain dan peralatan lainnya dengan jari-jari kakinya.
Tak lama kemudian dia duduk di sebuah bangku kecil di ruang tamu rumahnya. Sebuah lembaran kain dengan sebuah pola bermotif kuda disiapkan di depannya.
Setelah 15 menit menunggu, malam pun matang dan siap untuk membatik. Mulailah jemari kaki Ayu berkelok-kelok membatik membentuk pola yang sudah dilukis diatas kain putih.
"Kalau sudah satu jam kadang pegel dan saya istirahat dulu. Kalau kesulitan tidak ada, cuma kalau kena malam di muka atau di kaki panas," ujar Ayu semangat.
Ayu mengaku tak pernah bercita-cita menjadi pembatik. Kisahnya dimulai ketika dia duduk di kursi SMP. Di tempatnya belajar ada ekstrakurikuler membatik. Dari situlah dia mulai tertarik membatik dengan bimbingan gurunya. Saat itu dia mulai memiliki keinginan berbisnis batik dan mempunyai sebuah galeri batik.
"Sebenarnya banyak teman-teman saya yang mempunyai bakat yang belum tereksplor. Saya pingin bantu mereka suatu saat nanti," kata dia.
Banyak keinginan Ayu yang selama ini belum terwujud. Diantaranya keinginan membuat desain motif dan melukisnya sendiri. Namun dengan keterbatasan yang dia miliki, dia lebih memilih bekerja sama dengan beberapa pihak.
Ayu menyadari, bukan hal yang mudah untuk bisa menjadi pembatik yang mahir. Sedikitnya butuh waktu setahun untuk beelajar membatik. Mulai dari memegang canting dengan kakk kemudian menggoreskannya ke kain yang akan dibatik. Suka duka dialaminya saat membatik, mulai dari ketetesan malam panas ketumpahan minyak kompor dan lainnya.
Ayu mengaku, hingga saat ini sudah banyak motif batik hasil karyanya. buat. Mulai dari motif wahyu tumurun, motif pisang bali, dan motif kecil lainnya. Dari hasil karyanya tersebut dijual dengan harga Rp 8 hingga puluhan juta.
"Kalau bahannya biasa sekitar Rp 8 juta, kalau bahannya sutera sekitar Rp 10 juta," ucapnya.
Dari sekian banyak motif yang pernah dibuat, Ayu paling suka motif cendrawasih. Motif burung cendrawasih, tampak indah dengan bulu ekor yang panjang. Untuk menyelesaikan satu batik diperlukan waktu sekitar 1 pekan, tergantung dari tingkat kerumitan motif.
Ayu Ingin Memiliki Galery
Meski karyanya sudah banyak diakui, namun masih ada keinginan lainnya yang belum tercapai.
"Saya ingin punya galeri batik sendiri. Ingin hasil karya batik saya dipajang dan dilihat oleh masyarakat umum. Sekarang ini, hasil karya saya hanya untuk stok dirumah," akunya.
Ayu merasa bangga dengan berbagai penghargaan yang diperolehnya. Penghargaan iti semakin menambah semangatnya untuk tetap terus berkarya menghasilkan motif batik indah. Dari hasil karyannya, dia berkeinginan kuat mewujudkan cita-citanya memiliki sebuah galery. Selama ini hasil karya batiknya sudah ada yang melanjutkan prosesnya dan ikut membantu memasarkannya ke khalayak. Melalui batik, anak kedua dari empat bersaudara ini ingin menunjukan bahwa membuat karya terbaik meskipun memiliki keterbatasan.
"Saya ingin membantu teman-teman sekolah saya yang mempunyai bakat terpendam tapi belum dikeluarkan. Mereka perlu semangat dan dukungan dari kita semua untuk bisa berkarya. Terus semangan jangan menyerah, gali potensi yang kita masing-masing. Pasti ada bakat yang terpendam," tutupnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Setyaningsih pernah menyesal lahir ke dunia dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ia kemudian bangkit dan berhasil mengajak ratusan difabel hasilkan cuan.
Baca SelengkapnyaIa berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ia lalui untuk bisa masuk di salah satu kampus terbaik di Indonesia itu.
Baca SelengkapnyaDi tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.
Baca SelengkapnyaKetidaksempurnaan fisik tak menjadi halangan bagi pasutri ini untuk produktif. Keduanya sukses berbisnis sablon dan jadi atlet profesional.
Baca SelengkapnyaBengkel kerja yang berdiri lebih dari 4 tahun ini sudah menghasilkan lebih dari seribu lukisan karya penyandang difabel.
Baca SelengkapnyaNur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).
Baca SelengkapnyaMemulai perjalanan hidup yang tidak selamanya mulus, Evi tidak pantang menyerah.
Baca SelengkapnyaSejak usia sekitar 2 tahun, Dika, sapaan akrabnya didiagnosa menderita celebral palsy (CP).
Baca SelengkapnyaPria asal Trenggalek ini pernah bekerja dengan gaji Rp10 ribu per hari
Baca SelengkapnyaKampung ini bak surga dunia bagi anak-anak difabel, yatim, hingga miskin.
Baca SelengkapnyaMeski tidak menjadi peraih IPK paling tinggi di wisuda kali ini, wanita bernama Januarti Mukti ini mengaku sangat senang.
Baca Selengkapnya