Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah inspiratif Ayu pembatik difabel asal Solo

Kisah inspiratif Ayu pembatik difabel asal Solo Pembatik disabilitas Ayu Tri Handayani. ©2016 merdeka.com/arie sunaryo

Merdeka.com - Batik, sebuah karya seni adiluhung warisan leluhur asli Indonesia yang diakui dunia. Untuk bisa menghasilkan karya nan indah tersebut diperlukan ketekunan, kesabaran dan ketelitian.

Ayu Tri Handayani membuat orang berdecak kagum. Meski hanya bermodal dua kakinya, perempuan kelahiran Solo, 9 Februari 1991 ini lihai menggambar motif batik dengan canting. Aktivitas ini sudah digeluti Ayu sejak lulus SMP pada 2008-2009. Putri pasangan Sarwono dan Triyatmi ini terlahir dengan tangan tak sempurna. Tetapi ketidaksempurnaan fisiknya tak menghalangi lulusan SMP YPAC Solo ini untuk berkarya.

Semangat yang luar biasa tak memadamkan kreatifitasnya, sehingga hasil karya batiknya bisa terjual dengan harga hingga puluhan juta rupiah setiap potongnya. Karya batiknya telah diikutsertakan di berbagai pameran tingkat nasional. Prestasi ini mengantar Ayu berjumpa dengan banyak pesohor negeri. Selain sejumlah artis dan tokoh penting, Ayu juga berkesempatan bertemu Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

"Saya mendapat kunjungan pak SBY dan bu Ani di Jakarta, kalau enggak salah tahun 2012 dalam sebuah pameran nasional Gelar Nusantara," ujar Ayu, saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Sawahan Ngemplak, Boyolali, Senin (21/11).

pembatik disabilitas ayu tri handayani

Saat pameran tersebut, sedikitnya 8 potong batik hasil karya pertamanya terjual dengan harga minimal Rp 5 juta per potong. Salah satu pembelinya adalah mantan menteri koordinator ekonomi, keuangan, dan industri Ginanjar Kartasasmita.

Ketekunan Ayu membatik juga mengantarkannya meraih sejumlah penghargaan. Antara lain Batikology kategori Inspiring Woman dari Indosat, yang diraih April tahun 2016. Kemudian tahun lalu Ayu juga dianugerahi penghargaan Undip Award kategori Kemanusiaan, Kreativitas dan Inovasi dari Universitas Diponegoro Semarang.

Membatik Dengan Kaki

Kemahiran Ayu membatik dengan kaki tak perlu diragukan lagi. Saat merdeka.com bertandang ke rumahnya, dengan cekatan Ayu menyalakan kompor kecil dengan wajan berisi malam dan menyiapkan canting, kain dan peralatan lainnya dengan jari-jari kakinya.

Tak lama kemudian dia duduk di sebuah bangku kecil di ruang tamu rumahnya. Sebuah lembaran kain dengan sebuah pola bermotif kuda disiapkan di depannya.

Setelah 15 menit menunggu, malam pun matang dan siap untuk membatik. Mulailah jemari kaki Ayu berkelok-kelok membatik membentuk pola yang sudah dilukis diatas kain putih.

pembatik disabilitas ayu tri handayani

"Kalau sudah satu jam kadang pegel dan saya istirahat dulu. Kalau kesulitan tidak ada, cuma kalau kena malam di muka atau di kaki panas," ujar Ayu semangat.

Ayu mengaku tak pernah bercita-cita menjadi pembatik. Kisahnya dimulai ketika dia duduk di kursi SMP. Di tempatnya belajar ada ekstrakurikuler membatik. Dari situlah dia mulai tertarik membatik dengan bimbingan gurunya. Saat itu dia mulai memiliki keinginan berbisnis batik dan mempunyai sebuah galeri batik.

"Sebenarnya banyak teman-teman saya yang mempunyai bakat yang belum tereksplor. Saya pingin bantu mereka suatu saat nanti," kata dia.

Banyak keinginan Ayu yang selama ini belum terwujud. Diantaranya keinginan membuat desain motif dan melukisnya sendiri. Namun dengan keterbatasan yang dia miliki, dia lebih memilih bekerja sama dengan beberapa pihak.

Ayu menyadari, bukan hal yang mudah untuk bisa menjadi pembatik yang mahir. Sedikitnya butuh waktu setahun untuk beelajar membatik. Mulai dari memegang canting dengan kakk kemudian menggoreskannya ke kain yang akan dibatik. Suka duka dialaminya saat membatik, mulai dari ketetesan malam panas ketumpahan minyak kompor dan lainnya.

Ayu mengaku, hingga saat ini sudah banyak motif batik hasil karyanya. buat. Mulai dari motif wahyu tumurun, motif pisang bali, dan motif kecil lainnya. Dari hasil karyanya tersebut dijual dengan harga Rp 8 hingga puluhan juta.

"Kalau bahannya biasa sekitar Rp 8 juta, kalau bahannya sutera sekitar Rp 10 juta," ucapnya.

Dari sekian banyak motif yang pernah dibuat, Ayu paling suka motif cendrawasih. Motif burung cendrawasih, tampak indah dengan bulu ekor yang panjang. Untuk menyelesaikan satu batik diperlukan waktu sekitar 1 pekan, tergantung dari tingkat kerumitan motif.

pembatik disabilitas ayu tri handayani

Ayu Ingin Memiliki Galery

Meski karyanya sudah banyak diakui, namun masih ada keinginan lainnya yang belum tercapai.

"Saya ingin punya galeri batik sendiri. Ingin hasil karya batik saya dipajang dan dilihat oleh masyarakat umum. Sekarang ini, hasil karya saya hanya untuk stok dirumah," akunya.

Ayu merasa bangga dengan berbagai penghargaan yang diperolehnya. Penghargaan iti semakin menambah semangatnya untuk tetap terus berkarya menghasilkan motif batik indah. Dari hasil karyannya, dia berkeinginan kuat mewujudkan cita-citanya memiliki sebuah galery. Selama ini hasil karya batiknya sudah ada yang melanjutkan prosesnya dan ikut membantu memasarkannya ke khalayak. Melalui batik, anak kedua dari empat bersaudara ini ingin menunjukan bahwa membuat karya terbaik meskipun memiliki keterbatasan.

"Saya ingin membantu teman-teman sekolah saya yang mempunyai bakat terpendam tapi belum dikeluarkan. Mereka perlu semangat dan dukungan dari kita semua untuk bisa berkarya. Terus semangan jangan menyerah, gali potensi yang kita masing-masing. Pasti ada bakat yang terpendam," tutupnya.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pernah Menyesal Lahir ke Dunia hingga Putus Asa, Perempuan Asal Boyolali Ini Justru Berhasil Ajak Ratusan Difabel Hasilkan Cuan Sendiri
Pernah Menyesal Lahir ke Dunia hingga Putus Asa, Perempuan Asal Boyolali Ini Justru Berhasil Ajak Ratusan Difabel Hasilkan Cuan Sendiri

Sri Setyaningsih pernah menyesal lahir ke dunia dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ia kemudian bangkit dan berhasil mengajak ratusan difabel hasilkan cuan.

Baca Selengkapnya
Lahir dengan Fisik Tak Sempurna, Ini Kisah Perempuan Asal Trenggalek Habiskan Gaji PNS untuk Bantu Teman-teman Difabel
Lahir dengan Fisik Tak Sempurna, Ini Kisah Perempuan Asal Trenggalek Habiskan Gaji PNS untuk Bantu Teman-teman Difabel

Ia berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya

Baca Selengkapnya
Kisah Haru Yubita, Gadis Difabel dari Grobogan yang Bisa Kuliah Gratis di UGM
Kisah Haru Yubita, Gadis Difabel dari Grobogan yang Bisa Kuliah Gratis di UGM

Perjuangan keras harus ia lalui untuk bisa masuk di salah satu kampus terbaik di Indonesia itu.

Baca Selengkapnya
Kembalinya Tawa Sukarno, Dulu Minder Kaki Diamputasi Kini Bangkit Sabet Medali
Kembalinya Tawa Sukarno, Dulu Minder Kaki Diamputasi Kini Bangkit Sabet Medali

Di tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.

Baca Selengkapnya
Couple Goals Banget, Pasutri Difabel Asal Gunungkidul Ini Sukses Jalankan Bisnis Sablon dan Jadi Atlet Profesional
Couple Goals Banget, Pasutri Difabel Asal Gunungkidul Ini Sukses Jalankan Bisnis Sablon dan Jadi Atlet Profesional

Ketidaksempurnaan fisik tak menjadi halangan bagi pasutri ini untuk produktif. Keduanya sukses berbisnis sablon dan jadi atlet profesional.

Baca Selengkapnya
FOTO: Semangat Penyandang Disabilitas Berkarya Lewat Lukisan untuk Kemandirian Ekonomi
FOTO: Semangat Penyandang Disabilitas Berkarya Lewat Lukisan untuk Kemandirian Ekonomi

Bengkel kerja yang berdiri lebih dari 4 tahun ini sudah menghasilkan lebih dari seribu lukisan karya penyandang difabel.

Baca Selengkapnya
Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Disabilitas Berani Melawan Keterbatasan Demi Impian Masuk Polwan
Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Disabilitas Berani Melawan Keterbatasan Demi Impian Masuk Polwan

Nur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).

Baca Selengkapnya
Evi, Nasabah Disabilitas PNM Mekaar: Kekurangan Itu Bukan Berarti Kita Tidak Bahagia
Evi, Nasabah Disabilitas PNM Mekaar: Kekurangan Itu Bukan Berarti Kita Tidak Bahagia

Memulai perjalanan hidup yang tidak selamanya mulus, Evi tidak pantang menyerah.

Baca Selengkapnya
Dari Atas Kursi Roda, Penderita Celebral Palsy Menangkan Kompetisi Logo dan Desain dari Amerika
Dari Atas Kursi Roda, Penderita Celebral Palsy Menangkan Kompetisi Logo dan Desain dari Amerika

Sejak usia sekitar 2 tahun, Dika, sapaan akrabnya didiagnosa menderita celebral palsy (CP).

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Slamet Riyadi Difabel Asal Trenggalek, Diremehkan Orang sejak Kecil Kini Buktikan Sukses Jadi Musisi dan Kreator Konten
Kisah Hidup Slamet Riyadi Difabel Asal Trenggalek, Diremehkan Orang sejak Kecil Kini Buktikan Sukses Jadi Musisi dan Kreator Konten

Pria asal Trenggalek ini pernah bekerja dengan gaji Rp10 ribu per hari

Baca Selengkapnya
Anak Yatim dan Miskin Sangat Dihargai di Kampung Ini, Kini Jadi Sorotan Forum ASEAN
Anak Yatim dan Miskin Sangat Dihargai di Kampung Ini, Kini Jadi Sorotan Forum ASEAN

Kampung ini bak surga dunia bagi anak-anak difabel, yatim, hingga miskin.

Baca Selengkapnya
Idap Cerebral Palsy, Wanita Ini Buktikan Dirinya Juga Bisa Jadi Sarjana dengan IPK 3,71
Idap Cerebral Palsy, Wanita Ini Buktikan Dirinya Juga Bisa Jadi Sarjana dengan IPK 3,71

Meski tidak menjadi peraih IPK paling tinggi di wisuda kali ini, wanita bernama Januarti Mukti ini mengaku sangat senang.

Baca Selengkapnya