Kisah Juwariyah, ibu yang mampu hidupi warga satu RT
Merdeka.com - Sebutan rukun tetangga (RT) mandiri bukan omong kosong. Bagaimana tidak, semua kebutuhan harian bisa dipenuhi hanya dari halaman rumah warga. Sehingga melonjaknya harga-harga pasca kenaikan BBM tidak begitu mempengaruhi warga.
Inilah sebuah gambaran Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) satu-satunya yang ada di Kota Kediri yang juga menjadi KRPL terbaik di Pemprov Jatim dan peringkat terbaik ke-6 Nasional yakni di Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Kota, Kota Kediri tepatnya di RT 04-RW 04.
Jika kita bertandang ke Kelurahan Rejomulyo pada sore hari, maka kita akan melihat kekompakan warganya dalam membudidayakan tanaman obat keluarga (toga), sayur-sayuran, buah-buahan di pekarangan rumah dan juga ternak ikan lele.
-
Dimana warga menanam sayur? Lahan seluas 900 meter persegi disulap menjadi kebun produktif yang mendatangkan cuan bagi masyarakat.
-
Bagaimana Kebun Kita menanam sayur? Bisnis sayuran milik Kebun Kita di Kabupaten Riau ini menggunakan metode hidroponik apung yang menghasilkan kualitas yang segar, berkualitas, dan bersih.
-
Siapa yang menanam sayur di Pangandaran? Seperti disampaikan oleh Jerry, selaku kreator video, para petani ini harus berkeliling hutan untuk mencari bahan makanan.
-
Kenapa KWT Srikandi membuat kebun sayur? Pada masa pandemi COVID-19, masyarakat harus berpikir keras bagaimana agar mereka tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari di tengah krisis ekonomi. Hal inilah yang mendorong kelompok wanita tani (KWT) Srikandi untuk membuat kebun sayur sendiri.
-
Bagaimana KWT Srikandi mengelola kebun sayur? Setiap anggota piket bertugas untuk menyirami tanaman, menyiangi, dan melayani pembeli.
-
Kenapa Pak Purnomo dan warga membuat kebun sayur Mekar Sari? Dalam perjalanannya, butuh kekompakan warga agar kebun sayur itu bisa berkembang seperti sekarang. Bagaimana kisah mereka? Berikut kisah inspiratif selengkapnya: Bekas Lahan Terbengkalai Sebelum dimanfaatkan, lahan itu penuh dengan rumput ilalang yang cukup besar dan juga sampah-sampah. Dengan dikomandoi Purnomo, para warga melakukan kerja bakti babat alas sehingga lahan itu bersih dari rumput-rumput liar dan juga sampah-sampah.
Ide kreatif mereka cukup berhasil. Selain membantu perekonomian keluarga 50 kepala keluarga (KK) yang tinggal di sini memanfaatkan pekarangan rumah untuk berkebun dan berternak. Satu tahun ini, Kebun Bibit Keluargan (KBK) berjalan sukses. Bahkan, seluruh masyarakat sekarang ini sudah bisa menikmati hasilnya.
"Lumayan mas, bisa bantu-bantu dapur sekarang, istri saya hampir tidak pernah beli sayur-sayuran di pasar. Tinggal metik saja, umpamanya ingin nyambel tomat, ya metik tomat sama cabai. Kalau ingin sayur bayam, juga tinggal metik," ujar Sukiman, salah satu warga.
Hampir semua jenis tanaman kebutuhan sehari-hari tumbuh di depan rumah Sukiman. Mulai dari, terong, gubis, sawi, cabai, tomat, bungkul hingga markisa. Pria tua yang usianya sudah menginjak kepala tujuh itu menata tanaman dengan rapi. Tanaman di dalam polibek diatur secara sejajar. Begitu juga tanaman di dalam pot serta tanaman yang langsung tumbuh di atas tanah.
Bagian pintu masuk rumah didesain serupa gerbang kecil terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk melengkung. Sukiman menyebut dengan istilah rambatan untuk jenis tanaman yang merambat sebangsa, mentimun dan kacang panjang dan markisa. Dari kejauhan tampak segar, karena daun-daun tanaman terlihat hijau. Orang Jawa menyebut 'Ijo Royo-royo'.
"Desainnya memang seperti ini, ada anyaman bambu yang melengkung sebagai rambatan. Maksudnya, agar sinar matahari ke teras rumah bisa terhalangi oleh daun tanaman . Sehingga udara tetap sejuk dan tidak panas," imbuhnya.
Budidaya tanaman di pekarangan rumah RT 04 tidak lepas dari ide kreatif Juwariyah perempuan pelopor yang menjadikan kelurahan ini menjadi terkenal. Tidak salah, jika akhirnya wanita berkulit sawo matang itu dinobatkan sebagai ketua kelompok KRPL di RT-nya.
Seluruh halaman Juwariyah kini penuh dengan tanaman. Bahkan, hingga bagian belakang rumah. Yang berbeda dengan para tetangganya, di rumah Juwariyah juga terdapat pembuatan bibit tanaman dan pengolahan pupuk kompos.
"Tanaman terong saya kemarin laku Rp 60 ribu. Padahal hanya sepetak kecil," kata Juwariyah menunjuk tanaman terongnya yang mulai berbuah kembali.
Di antara jenis tanaman yang tumbuh, diakuinya, produksi tanaman terong lebih besar. Akan tetapi, tanaman bungkul juga tidak kalah menjanjikan.
Juwariyah masih ingat, ide kreatif itu kali pertama muncul pada bulan April 2012 lalu. Kala itu, halaman rumahnya masih dipenuhi tanaman bunga. Sejak masih remaja Juwariyah memang gemar bertani. Bukan karena latar belakang pendidikannya, tetapi karena sering diajak suaminya bercocok tanam. Menanam tanaman, merupakan kesenangan tersendiri baginya.
"Saya dapat kabar dari pak RT, ada bantuan bibit tanaman dari Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur). Masyarakat, waktu itu kurang merespons, saya langsung bersedia untuk membudidayakannya. Di pekarang inilah, pertama kali bibit bantuan itu ditanam. Saya bersama tetangga kerja bakti bersama menanam bibit tanaman itu di dalam polibek kecil-kecil," kenang Juwariyah.
Ada lima jenis bibit tanaman yang dibudidaya waktu itu. Diantaranya, bayam, kangkung, tomat, sawi dan terong. Selain bibit, Pakde Karwo, atas nama Pemerintah Propinsi Jawa Timur juga menggelontor sebanyak 600 polibek, (media tanam,red) . Tiga bulan berjalan, tanaman di pekarangan Juwariyah tumbuh dengan subur. Bahkan, sebagian tanaman telah berbuah dan siap dipanen.
"Terongnya besar-besar, tomatnya juga terlihat merekah. Duh, pokoknya senang sekali melihatnya. Panen pertama itu, saya bagikan ke seluruh tetangga. Karena bibitnya bantuan, semua tetangga juga harus merasakan hasilnya. Mereka mulai bertanya-tanya, bagaimana cara membudidayakan dan merawatnya sampai menghasilkan buah yang bagus-bagus itu," masih kata Juwariyah menceritakan peristiwa, pada Juli 2012 lalu pada merdeka.com
Berawal dari panen perdana Juwariyah, akhirnya budidaya tanaman di pekarangan rumah itu berkembang. Satu persatu masyarakat di RT 4 memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya untuk berkebun. Tidak ada satu pun rumah tanpa memiliki KRPL. Sebab, Juwariyah dan Ketua RT 4 Kartasim selalu melakukan sosialisasi. Bahkan, mereka berdua dan beberapa warga yang sudah melakukan budidaya tanaman dan tidak segan-segan menanam tanaman di pekarangan rumah warga yang belum ada tanamannya.
Meski sementara hanya bisa dinikmati oleh warga RT, namun beberapa kelebihan tanaman juga mampu dijual kepada pedagang sayur keliling. Di sinilah pertama kali sistem marketing yang dilakukannya. Dan itu yang kemudian diikuti oleh para tetangganya. Si penjual sayur keliling juga senang. Sebab, mereka bisa mendapatkan barang dagangan yang masih sangat segar, serta terbebas dari bahan kimia.
Selain ke penjual sayur keliling, kini warga RT telah memulai memasarkan produk tanamannya ke Show Room PKK milik Pemkot Kediri di Jl Yos Sudarso Kota Kediri.
"Perhatian pemerintah daerah menjadi dorongan tersendiri bagi kami untuk lebih baik. Sehingga kami bisa meraih juara pertama KRPL tingkat Jawa Timur dan Juara ke-6 Nasional pada 2013 ini," kata Juwariyah.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Semangat emak-emak tersebut bisa membantu pemenuhan kebutuhan makanan sehat di tengah harga pangan yang mahal.
Baca SelengkapnyaDengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.
Baca SelengkapnyaTerbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Baca SelengkapnyaCawapres Mahfud Md mengajak masyarakat Indonesia bersujud kepada ibu pada sesi debat kedua Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaAda banyak sayur dan buah yang tersedia di atap rumahnya
Baca SelengkapnyaAwalnya, petani setempat pesimis dapat menghasilkan cabai yang bagus meski mereka mengikuti caranya bertanam.
Baca SelengkapnyaMelihat ada sebuah lahan kosong di tempatnya terbengkalai, Purnomo mengajak warga untuk mengelolanya menjadi kebun sayur. Keberadaannya beri banyak manfaat.
Baca SelengkapnyaIbu ini ikhlaskan tanahnya dibuat sumur bor untuk kebutuhan warga.
Baca SelengkapnyaMardiah adalah sosok penggerak ibu-ibu untuk maju dan berkembang bersama lewat usaha rumahan yang menjanjikan.
Baca SelengkapnyaBupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sempat mengunjungi rumah produksi kue tersebut.
Baca SelengkapnyaSecara berkelompok Ibu-ibu di Banyuwangi bersama warga lingkungan sekitar ternak jangkrik yang hasilnya bisa menambah ekonomi keluarga.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang petani transmigran yang bekerja keras demi sukses di kemudian hari.
Baca Selengkapnya