Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah-kisah haru mereka yang lolos seleksi TNI-Polri

Kisah-kisah haru mereka yang lolos seleksi TNI-Polri HUT TNI. ©AFP PHOTO/juni kriswanto

Merdeka.com - Mimpi adalah hal berharga yang wajib dimiliki manusia selagi dia hidup. Namun untuk meraih mimpi tersebut, banyak orang harus menempuh jalan terjal. Hanya orang yang mempunyai doa dan usaha terbaik yang akan dipilih tuhan menuju mimpinya.

Menjadi penegak hukum, adalah salah satu cita-cita mulia yang banyak dipegang anak muda di Indonesia. Di mata mereka, penegak hukum kental dengan citra gagah, heroik dan yang pasti menjadi yang terdepan dalam membela negara.

Bagi sebagian orang, tidak lah sulit untuk bisa mengenakan seragam loreng dan cokelat ini. Tubuh fit dan pintar biasanya sudah menjamin dia dapat masuk instansi TNI/Polri. Apalagi disebut-sebut jalan akan semakin lancar kalau yang berrsangkutan punya kolega dan berduit banyak. Tapi bagi sebagian yang lain, menjadi anggota TNI/Polri bagai punguk merindukan bulan.

Kendati demikian. kata 'menyerah' tak pernah ada di kamus mereka. Di tengah banyak keterbatasan, mereka berjuang dan berdoa maksimal. Hasilnya memuaskan mereka diterima menjadi anggota TNI/Polri. Namun perjalanan untuk bisa masuk ke markas besar TNI/Polri menjadi kenangan dan cerita haru tersendiri. Merdeka.com mencatat beberapa cerita haru mreka menjadi personel TNI/Polri. Siapa saja mereka? berikut ulasannya.

Pikki penuhi nazar ayah jadi TNI

Dengan bertelanjang kaki sambil memegang erat foto sang ayah dan bendera merah putih yang telah dilipat, Rayski Bagus Mandala Putra berlari menuju makam sang ayah. Pemuda yang biasa disapa Pikki itu berlari ke tempat peristirahatan terakhir sang ayah untuk menepati nazarnya, jika ia menjadi anggota TNI.

Ayah Pikki sendiri merupakan anggota Kopassus dengan pangkat terakhir Sersan mayor. Sang ayah meninggal pada 2009 karena sakit.

 

Kisah Pikki yang menjadi anggota TNI dan menepati janjinya kepada sang ayah ditulis oleh akun Facebook Greafik Ltk, Kamis (9/4) malam. Greafik mengaku dirinya merupakan sepupu Pikki.

 

"Namanya adalah Rayski Bagus Mandala Putra, anak kedua dari pasangan Alm. Serma Suminto dan Sumartiah. Ayahnya adalah seorang prajurit TNI alumni Kopassus Makassar yang dikenal baik dan santun bagi sesamanya. Tugas terakhir sang ayah bertempat di KODIM Madiun sebelum Sang Maha Sempurna memanggil Prajurit baik itu karena sakit pada tanggal 11 April 2009 dan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak."

 

Sebelum menepati janjinya, Pikki terlebih dahulu menghubungi sang ibu, Sumartiah pada Rabu (8/4). Awalnya sang ibu sempat tidak memercayai jika anak keduanya tersebut menjadi anggota TNI.

 

"Mendengar berita itu, wanita paruh baya itu terdiam. Bibirnya tak mampu terbuka. Beberapa detik kemudian, air matanya tumpah. Dan berucap lirih. 'Alhamdulillah, selamat wahai anakku sayang. Cita Cita dan mimpimu terkabul nak. Ayahmu pasti bangga padamu, ada penerusnya yang mengikuti jejak langkahnya."

 

Setelah sampai di makam, saat menabur bunga, dengan didampingi sang ibu, tampak bungsu dari dua bersaudara itu menangis.

Taufiq andalakan puasa senin-kamis

Keinginannya menjadi polisi sudah tertanam sejak ia di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ketika itu dia menggambarkan sosok polisi adalah sosok yang gagah dan punya wibawa besar.

Apalagi ketika berseragam coklat dan baret di kepala, Taufiq punya pandangan bahwa polisi itu keren. Dari situ Taufiq punya mimpi untuk menjadi seorang polisi. Dari situ Taufiq punya mimpi untuk menjadi seorang polisi

Namun Taufiq hidup jauh dari kata cukup. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan sempat membuatnya berkecil hati untuk mendaftar sebagai polisi.

 

Hal itu timbul karena dia mendengar cerita bahwa untuk lolos sebagai polisi harus menyediakan uang yang jumlahnya mencapai ratusan juta.

 

Tapi ayah dan sahabatnya meyakinkan Taufiq. Setelah lulus SMA ia harus menjadi polisi. Ketika menginjak kelas 3 SMA, Taufiq terus menggenjot peforma fisiknya dan ikut ekstrakurikuler Pramuka.

 

Setelah lulus SMK pada tahun 2013, Bripda Taufiq harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Sebelum mendapat pekerjaan dia ikut ayahnya menambang pasir di sungai Boyong.

 

Di sana dia membantu mengambil pasir lalu dipindahkan ke mobil bak butut milik ayahnya. Adik-adiknya kadang juga turut membantu. Ikut ayahnya menambang pasir tidak terlalu lama. Dia ditawari pekerjaan sebagai penjaga perpustakaan.

 

"Kalau ikut nambang sejak masih sekolah, waktu lulus jadi sering dari pada nganggur, setelah itu jadi penjaga perpustakaan," ujarnya, Kamis (15/1).

 

Selain menjadi penjaga perpustakaan, dia juga membantu pembina pramuka di SMK 1 Sayegan untuk melatih. Dari situ juga dia mendapatkan tambahan penghasilan.

 

Saat menjadi penjaga perpustakaan dia menggunakan waktu senggang untuk membaca buku. Sesekali dia berlatih psikotes untuk persiapan tes masuk polisi.

 

"Hanya beberapa kali saja latihan soal-soal, lebih banyak latihan fisik," tandasnya.

 

Pada tahun 2014 dia kemudian mendaftar polisi. Berkat usahanya dia akhirnya lulus ujian polisi. Dia pun menyelesaikan pendidikan polisinya 29 Desember 2014 lalu dan kini bertugas di satuan Sabhara Polda DIY.

"Saya sampai puasa Senin-Kamis, itikad biar bisa diterima. Bukan cuma karena cita-cita saya, tapi demi adik-adik dan bapak. Alhamdulillah Allah mendengar doa saya," ucapnya

Tukang becak buta huruf masuk TNI

Kerja keras, kejujuran, keberanian dan tak berhenti belajar adalah kunci untuk sukses. Sosok Mayor Abdullah adalah contoh, dia seorang tukang becak buta huruf yang bisa mencapai pangkat mayor TNI.

 

Saat zaman Jepang, Abdullah adalah seorang penarik becak. Saat ada sukarelawan rakyat bentukan Jepang, Abdullah ikut bergabung. Setelah sukarelawan ini dibubarkan dan Indonesia merdeka, Abdullah kembali menjadi penarik becak.

 

Namun darahnya mendidih saat melihat pasukan Inggris hendak menyerang Surabaya. Abdullah membentuk pasukan untuk bertempur dalam peristiwa 10 November 1945.

 

"Karena kepemimpinan, kecakapan dan kejujuran yang baik, dia sangat dicintai oleh para anak buahnya," tulis Soe Hok Gie dalam buku Kisah Operasi Penumpasan RMS.

 

Abdullah pun terus belajar. Pertama dia belajar membaca dan menulis, lalu dia mulai mempelajari bahasa Belanda dan Inggris sampai mahir. Dilahapnya berbagai buku-buku kemiliteran hingga membuatnya mahir. Abdullah terus berkarir di TNI sampai mendapat pangkat Mayor dan menjadi Komandan Batalyon.

 

Sayangnya pengabdian Mayor Abdullah pada bangsa dan negara tak lama. Pada tanggal 9 September 1950, Mayor Abdullah ikut menumpas pasukan Republik Maluku Selatan (RMS) di Kota Lafa. Dua peleton TNI dihadang satu peleton pasukan RMS eks pasukan baret hijau Korps Speciale Troepen. Pasukan ini mantan pasukan komando Belanda yang terkenal dengan kemampuan antigerilya dan menembak jitu.

 

Peleton pertama TNI menyerang dengan perahu motor. Mereka mendarat hanya 6 meter dari posisi pasukan musuh. Di tengah hujan peluru, pasukan terus menerjang maju. Pertempuran berlangsung sengit, namun akhirnya pasukan TNI berhasil membungkam sarang senapan mesin musuh.

 

Di tempat inilah Mayor Abdullah gugur tertembak. Jenazahnya dimakamkan di Pulau Geser. Usaha TNI untuk memindahkan makam Mayor Abdullah ke kampung halaman tak pernah terlaksana. Sebabnya masyarakat Pulau Geser menganggap Mayor Abdullah adalah pahlawan pembebas mereka dari pasukan RMS yang semena-mena. Karena itu warga ingin mengenang Abdullah di dekat mereka.

"Bagi seorang patriot Indonesia, seluruh tanah air adalah kampung halamannya," tulis Soe Hok Gie menutup kisah ini.

Jadi polisi dari usaha tambal ban

Bangga! Itulah satu kata yang terucap dari bibir Sabirin (49) seorang ayah dari Bripda Eka Yuli Andini (19), anggota polwan Polresta Salatiga, Jawa Tengah yang baru dua bulan menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara yang sementara ditempatkan oleh Kapolresta Salatiga AKBP Ribut Hari Wibowo di Unit Shabara ini.

 

Bagaimana tidak, selama menjalani proses seleksi Secaba di Pusdik Bimas Banyu Biru, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah anaknya tidak mengeluarkan biaya alias sogokan seperti yang dikabarkan dan menjadi rahasia umum masyarakat.

 

"Saya bangga, anak saya bisa masuk dan menjadi anggota polwan tanpa sogokan. Sebab, dari kabar yang tersebar kalau ingin jadi polisi harus bayar sogokan atau uang pelicin sebesar Rp 16 juta. Ternyata terbukti, anak saya tidak membayar atau menyogok!" ungkap Sabirin saat ditemui merdeka.com Rabu (25/2) yang dalam posisi rebahan sambil dalam kondisi diinfus tangannya di Bangsal Kelas 3 Flamboyan, Lantai 4 RSUD Kota Salatiga, Jawa Tengah.

 

Hanya saja, jerih payahnya menabung dari bekerja selama dua tahun lebih sebagai buruh tukang tambal ban yang bengkelnya dicarikan tempat oleh tetangganya Haji Suhardi harus habis.

 

"Setiap hari, hasil tambal ban bengkel saya yang dicarikan tempatnya oleh tetangga mertua saya (nenek Eka) sejak Eka kelas 3 SD harus saya relakan habis demi membiayai Eka supaya bisa lolos jadi polisi. Buat sewa mobil, makan dan transport ke Semarang untuk seleksi Secaba Polwan di sana. Tabungan sebesar Rp 2,5 juta dari hasil bengkel saya relakan habis demi untuk mengantar anak saya ke Semarang," ungkapnya.

 

Ayah Bripda Eka, Sabirin bersama ibunya Darwanti rela selama kurun waktu 1,5 bulan proses seleksi Secaba Polwan mondar-mandir dari Salatiga menuju ke Kabupaten Semarang dan Kota Semarang untuk memberikan semangat dan support kepada anak pertamanya menjadi polwan.

 

Bahkan, Sabirin mengaku sempat tidur di dalam mobil hingga digigit nyamuk saat menunggui anaknya seleksi calon polwan di Kawasan PRPP Kota Semarang hingga muncul bentol-bentol merah di sekujur tubuh Sabirin dan istrinya.

 

"Sampai kita digigiti nyamuk pas tidur karena menunggu anak saya seleksi calon anggota polwan. Soalnya kawasan PRPP Kota Semarang itu khan dekat dengan laut jadi banyak nyamuknya," papar Sabirin yang sebelum menjadi tukang tambal ban sempat menjadi sopir tetangganya Haji Suhardi ini.

 

Besarnya pengorbanan dan perjuangan Sabirin bersama istri dan anaknya, membuat dirinya berharap agar Bripda Eka menjadi polisi sekaligus anak yang bisa berbakti bagi orang tua, keluarga, bangsa dan negara. Terutama bekerja sebagai abdi negara polwan yang jujur layaknya seperti polisi jujur yang legendaris Hoegeng.

"Harapan saya kepada anak saya, Eka supaya jadi polisi yang baik, jujur kayak pak Hoegeng, adil berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa dan berbakti kepada orang tuanya seperti saya," pungkas Sabirin kepadamerdeka.com

(mdk/rep)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kumpul Alumni Akabri 1999, Terungkap Para Calon Jenderal ini Ternyata Dulunya Pilih Matra Lain Tapi Nasib Berkata Lain
Kumpul Alumni Akabri 1999, Terungkap Para Calon Jenderal ini Ternyata Dulunya Pilih Matra Lain Tapi Nasib Berkata Lain

Pilihan dan nasib yang berbeda dialami oleh para alumni Akabri 1999. Mereka kini menjabat di matra yang justru tak mereka pilih sebagai prioritas.

Baca Selengkapnya
Kisah Kompol Syarif Diam-Diam Daftar Akpol Usai Gagal Tes Akmil, Bikin Ibunda Terkejut
Kisah Kompol Syarif Diam-Diam Daftar Akpol Usai Gagal Tes Akmil, Bikin Ibunda Terkejut

Ajudan Jokowi Kompol Syarif menceritakan kisahnya saat ia berkali-kali daftar TNI dan ditolak.

Baca Selengkapnya
Anak Piatu 5 Kali Gagal Masuk TNI Kini Pilih jadi Polisi, Momen Terlambat Datang saat Pengumuman Tes Bikin Haru
Anak Piatu 5 Kali Gagal Masuk TNI Kini Pilih jadi Polisi, Momen Terlambat Datang saat Pengumuman Tes Bikin Haru

Berikut kisah anak piatu 5 kali gagal masuk TNI kini memilih menjadi anggota Polri.

Baca Selengkapnya
Jenderal Polri Blak-blakan Anaknya Tak Lulus Masuk Akpol, Ungkap Hal Mengejutkan
Jenderal Polri Blak-blakan Anaknya Tak Lulus Masuk Akpol, Ungkap Hal Mengejutkan

Berikut momen Jenderal Polri blak-blakan ungkap anaknya tak lulus masuk Akpol.

Baca Selengkapnya
Perjuangan Gigih Pemuda Aceh 3 Kali Tes TNI Gagal Lalu Merantau ke Malaysia, Balik ke RI Ternyata Rezekinya jadi Polisi
Perjuangan Gigih Pemuda Aceh 3 Kali Tes TNI Gagal Lalu Merantau ke Malaysia, Balik ke RI Ternyata Rezekinya jadi Polisi

Cerita perjuangan gigih seorang pemuda untuk bisa meraih mimpinya.

Baca Selengkapnya
Yanuar Adil Anak Seorang Guru Jadi Mayjen, Ortu Tidak Mengerti Soal TNI 'Setiap Saya Ganti Jabatan Selalu Bertanya'
Yanuar Adil Anak Seorang Guru Jadi Mayjen, Ortu Tidak Mengerti Soal TNI 'Setiap Saya Ganti Jabatan Selalu Bertanya'

Disebutkan oleh Yanuar bahwa bahkan kedua orangtuanya sama sekali tidak mengerti dunia TNI. Sebuah fakta menarikpun dipaparkan oleh sang jenderal.

Baca Selengkapnya
Mayjen Kunto Arief Terharu Dengar Cerita Ayah Almarhum Serda Rizal yang Gugur di Papua
Mayjen Kunto Arief Terharu Dengar Cerita Ayah Almarhum Serda Rizal yang Gugur di Papua

Mayjen Kunto Arief dibuat terharu mendengar cerita dari ayah mendiang Serda TNI Rizal, tentara AD yang gugur tertembak KKB.

Baca Selengkapnya