Kisah korban tsunami dikira meninggal, ternyata pulang ke rumah
Merdeka.com - Ada beragam kisah dibalik tragedi gempa dan tsunami yang terjadi 10 tahun silam di Aceh. Sampai kisah di luar prediksi sampai ditemukan kisah mistis.
Kini ada sebuah kisah seorang anggota keluarga yang dikira sudah tewas diterjang tsunami. Akan tetapi ternyata masih selamat dan kembali ke rumah setelah 5 hari tsunami.
Kisah ini bermula, Minggu pagi, 26 Desember 2004, tepatnya 10 tahun silam. Seorang pemuda yang masih menimba ilmu di Univertitas Syiah Kuala (Unsyiah) jurusan Perguruan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Darussalam, Banda Aceh.
-
Kapan bencana Tsunami Aceh terjadi? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Apa dampak utama gempa dan tsunami Aceh? Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
-
Kapan tsunami Aceh terjadi? Peristiwa menyedihkan terjadi di bumi serambi Mekkah Indonesia, Aceh. Pada tahun 2004 tepatnya pada hari Minggu pagi, tanggal 26 Desember.
-
Kapan Tsunami Aceh terjadi? Provinsi Aceh pernah dilanda bencana Tsunami yang dahsyat. Beberapa di antaranya kini menjadi spot-spot wisata untuk mengenang kejadian tersebut. Sama halnya dengan Desa Wisata Ulee Lheue yang terkena dampak langsung dari Tsunami pada 2004 silam.
-
Dimana kuburan massal Tsunami Aceh? Salah satunya adalah kuburan massal yang terletak di Ulee Lheue.
-
Bagaimana cara mengenang Tsunami Aceh di Desa Ulee Lheue? Di tempat ini, selain berwisata alam dan menikmati nikmatnya kopi Aceh, Anda bisa mengenang peristiwa tersebut. Ada satu tempat yang menjadi saksi bisu Tsunami Aceh 2004 yaitu Masjid Baiturahman.
Sebelum tsunami sudah berada di Pulau Aceh untuk menyelesaikan kuliah kerja nyata, sebagai salah satu syarat bisa menyelesaikan studinya.
Pulau Aceh adalah sebuah pulau terpencil dan terluar di Aceh dan bahkan di Indonesia. Kala itu, pulau ini tergolong daerah tertinggal. Wilayah administrasi masuk dalam Kabupaten Aceh Besar, Pulau Aceh, merupakan sebuah kecamatan.
Menempuh perjalanan ke sana, harus terlebih dahulu menumpang perahu nelayan yang sengaja disulap menjadi perahu penumpang dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam jalur laut.
Namun, keluarga pemuda ini mulanya berpikir dia meninggal ketika tsunami melanda. Sebab Banda Aceh sudah tenggelam dan bangunan rata dengan tanah. Mereka berpikir, pulau Aceh juga mengalami nasib sama.
Tentu dalam pikiran keluarga pemuda ini, saudara kandungnya ini sudah tiada. Konon lagi, setelah 5 hari pasca-tsunami, pihak keluarga belum mendapatkan kabar keberadaan pemuda tersebut.
Tak pelak, semua keluarga besarnya panik, resah dan risau. Pupus semua harapan tatkala melihat langsung kondisi Kota Banda Aceh saat itu. Dalam pikiran mereka, mustahil pemuda ini bisa selamat dengan kondisi Banda Aceh rata dengan tanah.
Rasa kecewa terpencarkan dari raut wajah keluarga pemuda ini. Miris hati mereka mengenang saudara kandungnya ini pergi dengan cara tragis. Tangisan pun pecah, ibu dan ayah pemuda ini yang sudah lansia lantas langsung bermuram durja.
Air matanya menetes di pipinya. Menangis, sedih dan ingin rasanya bertemu meskipun hanya jasad yang telah terbujur kaku. Ingin rasanya orang tua pemuda ini memandikan si buah hatinya dan menguburkan di desa tempat tinggal mereka.
Namun, saudara kandung pemuda ini, Wirjaini masih saja tetap memberikan harapan kepada kedua orangtuanya dan meyakinkan bahwa adiknya masih hidup. "Saya sangat yakin adik saya selamat, meskipun tidak, saya ingin mencari jenazahnya," kata Wirjaini.
Wirzaini Usman, PNS yang bekerja di Pemerintah Kota Banda Aceh menuturkan kisah yang mengharukan itu pada merdeka.com, Kamis (25/12).
"Yang belum jumpa hanya adik saya Hamdani, saat itu orang tua saya yang sudah tua semakin pesimis, seakan-akan Hamdani tidak selamat, sedangkan saya dan adik perempuan hari kedua sudah jumpa," kata Wirzaini,
Hari ke-3 tsunami, tepatnya pada hari Rabu, dia bersama ayahnya kembali berangkat ke Banda Aceh untuk mencari Hamdani yang belum mendapat kabar apakah selamat atau tidak dalam pencarian dua hari sebelumnya.
Mereka hari itu masih optimis Hamdani selamat, lalu ia mencari dari posko pengungsi dari Lambaro dan juga di sejumlah lokasi pengungsian lainnya. Akan tetapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Hamdani.
"Saat itu kami sudah semakin pasrah, apa lagi setelah mendengar cerita salah seorang petugas PMI, Desa Lampunyang, Pulau Aceh terbelah dua, kecil orang bisa selamat di situ," imbuhnya.
Saat itulah, kisah Wirzaini, ayahnya semakin syok dan nyaris jatuh saat mendengar informasi tersebut. Sebab Desa Lampunyang itu lokasi KKN Hamdani di Pulau Aceh.
Karena melihat kondisi ayahnya tidak memungkinkan, Wirzaini memutuskan untuk kembali ke Sigli. "Kami takut ayah semakin syok, karena ayah ada sakit jantung, makanya kami pulang dulu," ujarnya.
Pada hari Kamis, tepatnya hari kelima setelah tsunami, Wirzaini bersama kakak kandungnya kembali ke Banda Aceh untuk mencari Hamdani. Namun tiba-tiba saat hendak berangkat menggunakan sepeda motor, dia dipanggil oleh ayahnya sambil tertatih-tatih mendekati mereka.
"Nak, ini kantong mayat, tolong kamu cari yang mirip dengan Hamdani, kamu bawa pulang ke sini," kata Wirzaini meniru pesan Ayahnya saat hendak berangkat ke Banda Aceh mencari Hamdani.
Tak terasa isak tangis kedua orang tuanya tidak terbendung, demikian juga sejumlah sanak keluarganya yang berkumpul di rumah sudah pasrah. Mereka hanya berharap bisa melihat mayat Hamdani, keluarga besar tidak lagi menaruh harapan Hamdani bisa selamat.
Sesampai ke Banda Aceh, dia mencari ke seluruh tumpukan mayat dan juga lokasi pusat pengungsian korban tsunami. Tujuannya hanya satu, mau membawa pulang Hamdani meskipun mayat yang dia dapatkan. Hal ini sesuai dengan permintaan kedua orang tuanya.
"Jadi waktu itu saya dan abang, mau pinjam perahu nelayan mau ke Pulau Aceh untuk cari Hamdani," ungkapnya.
Namun, tiba-tiba ada sekelompok anak muda yang menggunakan jas almamater PGSD. Lantas terbesit dalam pikirannya untuk mempertanyakan keberadaan Hamdani.
Tanpa menunggu waktu lama, Wirjaini bergegas menghampiri mahasiswa tersebut dan menanyakan keberadaan adiknya dengan memberitahukan ciri-ciri Hamdani.
"Jadi langsung mereka bilang, ada di Desa Go Gajah, karena sedang menghantar sekitar 6.000 korban tsunami dari Pulai Aceh," kisah Wirzaini.
Saat itulah, Wirzaini merasa lega dan senang. Kendati demikian, dia belum puas hatinya, karena Wirjaini harus bisa memastikan wujudnya secara langsung. Karena teringat akan pesan orang tuanya, dia diamanahkan untuk membawa pulang Hamdani hidup ataupun sudah meninggal.
"Waktu jumpa langsung saya minta dia pulang, karena keluarga dan ayah dan ibu menunggu," ungkap Wirzaini.
Kini Hamdani sudah menjadi PNS di Pemerintah Kabupaten Pidie. Saat ini mengajar di Sekolah Dasar (SD) di Lamlo, Kecamatan Sakti. Selain itu, Hamdani memiliki usaha kerepuk jengek di Beureunuen.
Namun satu hal keluarga ini resah, sampai saat ini Hamdani belum mendapatkan pasangan hidupnya. Soal penghasilan, Hamdani tergolong sudah matang, sudah siap untuk berkeluarga.
"Kami kesal sekarang Hamdani belum menikah, jadi dia sekarang sedang mencari pasangan hidupnya," kelakar Wirzaini. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen pria bagikan kenangan potret rumah di Google Maps sebelum peristiwa tsunami di Palu. Potretnya bikin pilu.
Baca SelengkapnyaAbdul Rahman kehilangan kedua orang tua dan 4 adiknya yang tewas akibat kecelakaan.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga korban menolak untuk dilakukan visum.
Baca SelengkapnyaKejadian tersebut terjadi setelah panitia perlombaan layar menginstruksikan para atlet untuk merapat kembali ke pantai lantaran cuaca yang tidak mendukung.
Baca SelengkapnyaIGS (17) ditemukan tewas gantung diri dan diduga karena persoalan asmara
Baca SelengkapnyaPria di Palembang Gantung Diri Karena Ditinggal Anak Istri, Tulis Wasiat Menyentuh Hati
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan luar oleh tim medis Puskesmas Sukasada ll Pancasari, korban mengalami luka di sejumlah bagian tubuh, patah tulang dan lebam.
Baca SelengkapnyaSonia, mengatakan dari hasil pemeriksaan dokter, korban meninggal dunia tak mengalami luka di fisik korban.
Baca Selengkapnya