Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Laksamana Cheng Ho sebarkan Islam pada Suku Dayak di Tarakan

Kisah Laksamana Cheng Ho sebarkan Islam pada Suku Dayak di Tarakan Laksamana Cheng Ho. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Penjelajah Muslim dari China, Laksamana Cheng Ho tercatat pernah mengunjungi Tarakan. Di Pulau Kalimantan itu Cheng Ho pun menyebarkan Agama Islam pada Suku Dayak.

"Suku Dayak di sini dikenalkan Islam oleh Laksamana Ceng Ho yang telah mengubah penampilan busana masyarakat sehingga dikenal sebagai Dayak Tidoeng," kata Juru Kunci Rumah Adat Suku Dayak Tidung Saparudin di Tarakan, Minggu (13/8). Demikian dikutip dari Antara.

Karena itu ada ornamen lukisan dinding berupa naga di rumah adat Dayak Tidoeng di Kota Tarakan, Kalimantan Utara.

"Penamaan 'Tidoeng' sendiri berasal dari kata 'Gunung' karena Suku Dayak yang telah Islam itu berada di daratan tinggi dengan busana yang berbeda dengan suku dayak umumnya yaitu menggunakan gamis sehingga masyarakat setempat menyebutnya sebagai Dayak Gunung atau Dayak Tidoeng," katanya.

Saparudin menjelaskan, Suku Dayak Tidoeng menjadi satu dari 406 Suku Dayak yang tersebar di Kalimantan. Suku itu sempat mempunyai keraton yang dulunya berada di Lapangan Datu Adil di Tarakan, namun dihancurkan sampai rata dengan tanah oleh penjajah Belanda karena sikap Kesultanan Tidoeng yang menolak bekerjasama dengan penjajah.

"Nama kesultanan itu juga tenggelam oleh Kesultanan Bulungan karena setelah keraton dihancurkan Suku Tidoeng melakukan perlawanan dan menyingkir ke pedalaman" katanya.

Untuk menghadirkan kembali keraton yang sudah hilang itu, keturunan ke-14 dari Kesultanan Tidoeg, H Moehtar Basir Idris membangun replika rumah adat besar yang dulu berfungsi sebagai keraton di Jalan Aki Bambu, tempat lain yang lebih tinggi.

Moechtar Basir saat ini menjadi Kepala Adat Besar Dayak Tidoeng yang tersebar di seluruh Kalimantan dan sebagian besar mendiami Kalimantan Utara.

Di komplek itu dibangun rumah adat suku Tidung disebut dengan Baloy Adat Tidoeng dari bahan kayu ulin atau kayu besi yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan. Lokasinya sekitar dua kilometer dari Bandar Udara Djuwata Tarakan.

Rumah Baloy Adat Tidoeng itu terdiri dari empat ruang utama yaitu Alad Kait tempat menerima masyarakat yang mempunyai masalah adat, Lamin Bantong tempat pemuka adat bersidang untuk memutuskan perkara adat, Ulad Kemagod berfungsi sebagai ruang berdamai setelah selesainya perkara adat, dan Lamin Dalom sebagai tempat singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidung.

Baloy Adat Tidoeng juga dinamakan Baloy Mayo Djamaloel Qiram untuk mengenang kepala suku pertama yang beragama Islam.

Komplek itu mulai dibangun tahun 2004 silam di lahan seluas 2,5 hektare dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan Suku Tidoeng sekaligus sebagai tempat tujuan wisata rekreasi.

Menurut Saparudin, salah satu ornamen yang menghiasi dinding rumah adat yaitu gambar ikan besar yang disebut masyarakat setempat sebagai Keraton. Masyarakat dulu masih menjumpai ikan Keratong yang mempunyai panjang sampai empat meter dengan bobot satu ton.

"Ikan itu diyakini masih ada sampai sekarang dan hanya ada di hutan yang dikenal keramat," katanya.

Laksamana Ceng Ho yang juga mempunyai nama arab Haji Mahmud Shams) (1371 - 1433), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.

Beberapa tempat lain di Nusantara yang disiggahi antara lain Pulau Sabang, Pulau Batam, Pulau Bangka dan Semarang.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya
Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya

KIsah pembantaian masyarakat Aceh oleh penjajah Belanda.

Baca Selengkapnya
Ditembak saat Kumandangkan Azan, Begini Kisah Perjuangan Teungku Peukan Gelorakan Semangat Lawan Belanda
Ditembak saat Kumandangkan Azan, Begini Kisah Perjuangan Teungku Peukan Gelorakan Semangat Lawan Belanda

Sosoknya dikenal sebagai ulama karismatik yang memiliki rasa cinta yang begitu besar dengan agama dan negerinya.

Baca Selengkapnya
Revolusi Sosial Sumatra Timur, Peristiwa Kelam Maret 1946 yang Berujung Pembantaian
Revolusi Sosial Sumatra Timur, Peristiwa Kelam Maret 1946 yang Berujung Pembantaian

Revolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.

Baca Selengkapnya
Kampung di Semarang Ini Dulunya Jadi Tempat Penghuni Para Penganut Ilmu Hitam, Begini Penampakannya
Kampung di Semarang Ini Dulunya Jadi Tempat Penghuni Para Penganut Ilmu Hitam, Begini Penampakannya

Seorang ulama pernah diutus untuk berdakwah pada para penganut ilmu hitam di kampung itu

Baca Selengkapnya
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir

Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Baca Selengkapnya
Mengenang Perang Batak, Perjuangan Mempertahankan Wilayah Leluhur dari Gempuran Kolonial Belanda
Mengenang Perang Batak, Perjuangan Mempertahankan Wilayah Leluhur dari Gempuran Kolonial Belanda

Perang Batak, perjuangan mempertahankan tanah leluhur dari pasukan Belanda.

Baca Selengkapnya
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani

Hari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Cerita Masa Lalu Masjid Raya Imanuddin Tanjung Redeb, Dulu Dibom Penjajah Namun Tidak Hancur
Cerita Masa Lalu Masjid Raya Imanuddin Tanjung Redeb, Dulu Dibom Penjajah Namun Tidak Hancur

Menurut orang-orang tua yang menjadi saksi peristiwa itu, bom tepat jatuh di atas kubah masjid namun tidak hancur.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
Kisah Syekh Ibrahim Asmoroqondi, Nyaris Dibunuh Raja Champa tapi Akhirnya Dipilih jadi Menantu
Kisah Syekh Ibrahim Asmoroqondi, Nyaris Dibunuh Raja Champa tapi Akhirnya Dipilih jadi Menantu

Raja Champa meminta prajuritnya membunuh Syekh Ibrahim Asmoroqondi karena tak suka dengan dakwah Islam yang dilakukannya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Depati Amir, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Bangka Belitung
Mengenal Sosok Depati Amir, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Bangka Belitung

Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya