Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah lucu di sela pertempuran 10 November: Jadikan Ruslan kapten!

Kisah lucu di sela pertempuran 10 November: Jadikan Ruslan kapten! 10 November. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Rangkaian pertempuran 10 November 1945 tak hanya soal kisah-kisah heroik semata. Terselip juga beberapa peristiwa lucu. Salah satunya adalah polosnya para pejuang Republik Indonesia saat menghadapi perundingan dengan tentara Inggris.

Ceritanya sekitar tanggal 30 Oktober 1945, diadakan gencatan senjata antara pejuang dan tentara Inggris. Salah satu kesepakatan antara kedua belah pihak adalah membentuk joint comittee yang akan sama-sama mengawasi gencatan senjata.

Dari Inggris diwakili oleh Brigjen Mallaby, Kolonel Pugh, Mayor Hudson, Kapten Shaw, dan Wing Commander Groom. Sementara Indonesia ada Residen Sudirman, Dul Arnowo, Atmaji, Sungkono, Kusnandar, Ruslan Abdulgani dan lain-lain.

Di komite bersama itu, Kapten Shaw menjabat sekretaris. Dari pihak Republik, Ruslan Abdulgani yang ditugaskan menjadi sekretaris.

Ruslan bercerita soal momen yang bikin tersenyum itu dalam buku 10 November '45, Mengapa Inggris Membom Surabaya?". Buku tersebut ditulis Sejarawan Batara R Hutagalung dan diterbitkan Yayasan Persahabatan Surabaya '45 tahun 2001.

Dia ingat tiba-tiba Des Alwi masuk ruangan dan menanyainya dalam Bahasa Suroboyoan.

“Eh Cak, kamu berunding dengan siapa?” tanya Des Alwi.

“Itu, Kapten Shaw,” jawab Ruslan.

“Lha, pangkatmu opo?” tanya Des Alwi lagi.

“Ndak duwe opo-opo,” kata Ruslan polos.

“Ayo jadi kapten. Karena Shaw itu kapten, harus jadi kapten juga. Habis ini terus lapor ke tempat Moestopo”

Mereka lalu menemui dokter Moestopo yang jadi salah satu komandan pasukan di Surabaya.

“Mus, Ruslan dadekno kapten! (Mus, jadikan Ruslan kapten!),” kata Des Alwi.

“Kenopo?” tanya Moestopo.

“Ngadepi kapten!” balas Des Alwi. Maksudnya nanti harus menghadapi kapten Inggris di perundingan.

Maka enteng saja Moestopo menyetujui kenaikan pangkat luar biasa itu. “Dadekno, kono!” Jadikan, sana.

Maka setelah resmi jadi kapten Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Ruslan Abdul Gani menghadap Kolonel Sungkono. Dia menerima tanda pangkat kapten. Saat itu berupa tiga buah bintang kecil.

“Baru saya ngerti kalau kapten itu bintang tiga,” gumam Ruslan.

Kelucuan tak berhenti sampai di situ. Kolonel Sungkono pun membriefing Ruslan soal tata cara hormat militer.

“Cak, engko nek ono letnan, kon ojo ngene (sambil memperagakan memberi hormat). Artinya, Cak, kalau ada letnan Inggris kamu jangan memberi hormat.

“Oh ya,” jawab Ruslan.

“Itu nek ono kolonel, kon sing ngene! (Kalau sama kolonel kamu harus hormat!) kata Sungkono.

“Kalau (podo) sama-sama kapten?” tanya Ruslan.

“Menengo wae! Ya diam saja!”

Begitulah, kata Ruslan. Seorang kapten lahir hari itu.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bung Karno dan Kisah-Kisah Lucu di Awal Kemerdekaan
Bung Karno dan Kisah-Kisah Lucu di Awal Kemerdekaan

Banyak kisah-kisah lucu yang mengundang senyum di awal kemerdekaan. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Selengkapnya
Hari Pahlawan 10 November: Sejarah, Makna, Tema dan Cara Memperingatinya
Hari Pahlawan 10 November: Sejarah, Makna, Tema dan Cara Memperingatinya

Memperingati Hari Pahlawan adalah salah satu cara menghargai jasa para Pahlawan. Namun apa itu Hari Pahlawan?

Baca Selengkapnya
Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Berikut Makna dan Cara Memperingatinya
Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Berikut Makna dan Cara Memperingatinya

Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan.

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
Pesan Terakhir Kapten Muslihat saat Gugur di Bogor, Minta Istri Beri Nama Anak 'Tubagus Merdeka' saat Melahirkan
Pesan Terakhir Kapten Muslihat saat Gugur di Bogor, Minta Istri Beri Nama Anak 'Tubagus Merdeka' saat Melahirkan

Tekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.

Baca Selengkapnya
Potret Kereta Api pada Masa Pertempuran 10 November di Surabaya, Angkut Pribumi Mengungsi ke Luar Daerah
Potret Kereta Api pada Masa Pertempuran 10 November di Surabaya, Angkut Pribumi Mengungsi ke Luar Daerah

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa dilepaskan dari keberadaan kereta api.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah: Pelihara Bersama Semangat Juang Pahlawan
Said Abdullah: Pelihara Bersama Semangat Juang Pahlawan

Said mengingat lagi pada 10 November 1945 lalu yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya menjadi puncak perlawanan rakyat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan

Konflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kehabisan Peluru, Prajurit Kopassus Cabut Pisau Komando Tewaskan 6 Musuh di Medan Tempur
Kehabisan Peluru, Prajurit Kopassus Cabut Pisau Komando Tewaskan 6 Musuh di Medan Tempur

Aksi prajurit Kopassus bertempur sampai titik darah penghabisan ini menimbulkan simpati dari kawan dan lawan.

Baca Selengkapnya
Letnan Komarudin, Si Kebal Peluru dan Salah Tanggal
Letnan Komarudin, Si Kebal Peluru dan Salah Tanggal

Letnan Komarudin atau yang memiliki nama asli Eli Yakim Teniwut, adalah salah satu prajurit yang dikenal dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Baca Selengkapnya
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno

Saat para pemuda menantangnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno menolaknya. Dia memilih tanggal 17 Agustus. Apa makna di baliknya?

Baca Selengkapnya
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya