Kisah Masjid Baiturrahman di Aceh selamat dari terjangan tsunami
Merdeka.com - Sore itu, Rabu (24/12) puluhan anak-anak berbaju koko duduk membentuk kelompok kecil di dalam masjid. Dipimpin oleh seorang ustazah, anak-anak tersebut melantunkan ayat suci Alquran. Sementara dalam kelompok yang lain, sedang menyimak bacaan anak perempuan yang mengaji.
Taman Pengajian Alquran menjadi kegiatan rutin setiap selesai salat Ashar. Setidaknya dua barisan penuh saat solat fardhu tiba. Sementara jamaah lainnya beranjak keluar dari masjid, para santri ini duduk membentuk beberapa kelompok kecil untuk belajar mengaji.
Itulah aktivitas di Masjid Baiturrahman di Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Sebuah masjid yang menjadi saksi bisu dahsyatnya diterjang tsunami 10 tahun silam.
-
Dimana kuburan massal Tsunami Aceh? Salah satunya adalah kuburan massal yang terletak di Ulee Lheue.
-
Apa yang ada di kuburan massal Tsunami Aceh? Apabila mengunjungi kuburan ini, Anda tidak akan melihat batu nisan layaknya di kompleks pemakaman pada umumnya.
-
Kapan bencana Tsunami Aceh terjadi? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Di mana lokasi Museum Tsunami Aceh? Letaknya berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, dekat dengan Simpang Jam serta berseberangan dengan Lapangan Blang Padang.
-
Bagaimana Masjid Ulee Lheue bertahan dari Tsunami? Keajaiban terjadi ketika Aceh dilanda gelombang tsunami pada 2004 silam, masjid yang tak jauh dari pelabuhan ini pun menjadi salah satu wilayah yang paling parah. Namun, seluruh bangunannya masih berdiri kokoh dari terjangan ombak tsunami.
-
Kapan Tsunami Aceh terjadi? Provinsi Aceh pernah dilanda bencana Tsunami yang dahsyat. Beberapa di antaranya kini menjadi spot-spot wisata untuk mengenang kejadian tersebut. Sama halnya dengan Desa Wisata Ulee Lheue yang terkena dampak langsung dari Tsunami pada 2004 silam.
"Ini kegiatan rutin kita di sini. Selain itu kita juga ada pengajian, ada baca kitab dan ada baca hadits. Tiap tiga malam kita ada pengajian di sini," sebut Imam Masjid Baiturrahman, Tgk Buchari pada merdeka.com.
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang menyapu daratan Aceh tahun 2004 silam merupakan salah satu bencana alam terdahsyat sepanjang abad 20. Tercatat 200.000 jiwa menjadi korban dalam tragedi tersebut.
Tidak hanya korban jiwa, banyak pula bangunan fisik yang habis tersapu gelombang. Namun tidak begitu dengan Masjid Baiturrahman. Rumah ibadah yang terletak di kawasan Pantai Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh ini menjadi satu-satunya bangunan yang selamat dalam peristiwa tersebut.
Masjid yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai ini menjadi saksi bisu peristiwa 10 tahun yang lalu. Saat gelombang terjadi, hanya sembilan orang yang selamat di masjid ini, enam orang laki-laki dan tiga orang perempuan serta seorang bayi berumur tiga bulan.
Saat gelombang pertama datang, setidaknya ada 138 orang yang berlindung di masjid ini. Saat gelombang kedua datang, warga yang berlindung di tempat ibadah ini masih berjumlah sama. Namun, sebut Tgk Buchari saat gelombang ketiga datang, tiba-tiba air masuk entah dari mana dan menghayutkan warga yang ada.
"Saat gelombang ketiga, air masuk entah dari mana. Ada mobil yang menabrak dinding naik di atas mimbar, hingga orang macam diblender di air dan banyak orang di atas masjid jatuh," kenang Tgk Buchari.
Sementara beberapa bangunan masjid bagian depan, seperti pagar dan kaca, atau sekitar 20 persen mengalami kerusakan. Tgk Buchari menjelaskan pasca-tsunami masjid ini kembali direhab dengan bantuan dari negara donor pada waktu itu.
Dalam pekarangan masjid juga berdiri tegak sebuah menara yang dibangun oleh kerajaan Brunei Darussalam. Tgk Buchari menuturkan, menara tersebut merupakan sedekah dari Sultan Hassanal Bolkiah karena para pengurus menolak pembangunan masjid baru.
"Kami menolak masjid ini dirubuhkan dan dibangun masjid baru karena ini aset orang tua kami yang menyumbang sewaktu mereka hidup. Jadi biarlah tetap seperti ini," ucapnya.
Kawasan Ulee Lheu sebelum tsunami merupakan kawasan padat dengan jumlah penduduk mencapai 700.000 jiwa. Namun, saat gempa bumi dan tsunami menghantam kawasan ini, hanya 700 orang saja yang selamat. Lebih dari separuh warga menjadi korban.
Masjid Baiturrahman dulu dikenal sebagai Masjid Olele, Koetaradja. Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf dan dibangun secara swadaya oleh masyarakat Meuraxa yang saat itu dipimpin oleh Teuku Teungoh Meuraxa pada tahun 1923/1926 Masehi.
Dengan program gotong-royong, masyarakat Meuraxa pada waktu itu mengumpulkan dana untuk pembangunan masjid. Para lelaki yang sebagiannya berprofesi sebagai nelayan setiap pulang dari menjual hasil melaut menyisihkan sebagiannya untuk masjid.
Sementara kaum ibu mengumpulkan beras yang ditaruh dalam karung beras sebanyak satu mok (satu kaleng susu), dan pada akhir bulan diserahkan pada panitia pembangunan masjid tersebut.
Masjid yang berdiri pada akhir tahun 1923 ini tidak memiliki kubah seperti pada umumnya, namun hanya ada sebuah puncak masjid berbentuk persegi empat. Pada tahun 1984 puncak masjid ini rubuh sehingga tahun 2004 masjid tidak memiliki kubah.
Pada awal pembangunannya, masjid ini hanya mampu menampung jamaah hingga 500 orang. Namun pada tahun 1981, Kerajaan Arab Saudi memberikan bantuan untuk perluasan masjid hingga dapat menampung jamaah sampai 1.500 orang. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banjir lahar hujan yang melanda beberapa wilayah di Sumatera Barat (Sumbar) merenggut puluhan korban jiwa, banyak bangunan yang luluh lantak.
Baca SelengkapnyaBangunan berwarna putih dengan balutan pilar-pilar menghiasi bagian depan ini dulunya sempat menjadi pengungsian di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaPasca bencana banjir bandang yang menerjang Kabupaten Agam, Sumatera Barat sebuah masjid nampak berdiri sendiri di antara puing-puing bangunan lainnya.
Baca SelengkapnyaRibuan warga Aceh mengenang bencana gempa dan tsunami Aceh 19 tahun silam. Semua larut memanjatkan doa dan zikir.
Baca SelengkapnyaPara korban sedang menghadapi tantangan suhu yang dingin ekstrem pada malam hari di bawah nol derajat celcius.
Baca SelengkapnyaPotret dua rumah milik penghafal Al-Quran masih berdiri kokoh setelah banjir bandang.
Baca SelengkapnyaSejak dulu Banda Aceh terkenal sebagai kota budaya, karena kedudukannya sebagai pusat Kerajaan Aceh.
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca Selengkapnya10 destinasi top di Banda Aceh: Masjid Raya Baiturrahman, Kapal Apung, dan lebih banyak lagi!
Baca SelengkapnyaUnggahan ini pun kembali viral dan menuai kekaguman warganet.
Baca SelengkapnyaMeski desa mereka terendam banjir, warga tetap semangat pergi ke masjid untuk melaksanakan tarawih pertama.
Baca SelengkapnyaMuseum yang dirancang sebagai bangunan simbolis untuk mengenang tragedi Tsunami tahun 2004 silam sekaligus tempat edukasi.
Baca Selengkapnya