Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Mbah Lindu, Jualan Gudeg Sejak Zaman Penjajahan

Kisah Mbah Lindu, Jualan Gudeg Sejak Zaman Penjajahan Mbah Lindu penjual gudeg tertua. ©2016 merdeka.com/kresna

Merdeka.com - Penjual gudeg legendaris, Biyem Setyo Utomo atau dikenal dengan nama Mbah Lindu tutup usia diumur 100 tahun, Minggu (12/7). Mbah Lindu meninggal dunia pada pukul 17.58 WIB di rumahnya yang ada di Klebengan Blok E-6, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY.

Keponakan Mbah Lindu, Mudiati (62) menceritakan perjalanan hidup Mbah Lindu berjualan gudeg. Mudiati menyebut Mbah Lindu sudah berjualan gudeg sejak masa penjajahan Jepang atau sekitar tahun 1943.

Mbah Lindu yang dikenal berjualan gudeg di Jalan Sosrowijayan, Kota Yogyakarta meniti karirnya dari berjualan gudeg keliling. Berbekal obor, dulunya Mbah Lindu berjalan kaki menjajakan gudeg racikannya dari Condong Catur, Sagan,Terban, Tugu Yogyakarta, Malioboro dan di Jalan Sosrowijayan.

"Mbah Lindu sudah berjualan lebih dari 80 tahun. Dari zaman penjajahan Jepang, Mbah Lindu sudah jualan gudeg. Dulu pembelinya sudah londo-londo (orang Belanda)," ujar Mudiati, Minggu (12/7).

"Dulu jualannya masih pakai oncor atau obor dari blarak. Dagangan gudegnya masih digendong terus keliling. Belum seperti sekarang yang ada warungnya. Dulu dari rumah ke daerah Condongcatur, Sagan, Terban, jalan sampai Malioboro. Kalau ada yang beli ya berhenti," sambung Mudiati.

Usaha Turun Temurun

Mudiati mengungkapkan akhirnya Mbah Lindu memutuskan berjualan di Jalan Sosrowijayan karena di daerah sekitaran Malioboro itulah banyak pembeli yang cocok dengan gudeg racikan Mbah Lindu.

Mudiati menuturkan Mbah Lindu belajar membuat gudeg dari budenya. Setelah bisa membuat gudeg, Mbah Lindu pun kemudian berjualan mandiri.

"Belajar bikin gudeg turun menurun. Dari budenya Mbah Lindu belajarnya. Budhe belajar dari simbah-simbah buyut. Dulu Mbah Lindu bantu-bantu bikin gudeg. Setelah bisa kemudian buka sendiri. Daerah Klebengan ini memang cikal bakal para penjual gudeg," ungkap Mudiati.

Mudiati mengenang sosok Mbah Lindu sebagai orang yang tak pelit ilmu. Kepada siapa saja, Mbah Lindu mau mengajari dan berbagi resep membuat gudeg.

"Mbah Lindu itu enggak pelit. Kalau ditanya cara buat gudeg sama orang pasti dikasih tahu. Mau nonton cara buat gudeg juga diajak Mbah Lindu ke dapur. Enggak ada namanya resep rahasia atau bumbu rahasia. enggak ada yang ditutup-tutupi sama Mbah Lindu," urai Mudiati.

Mudiati menceritakan jika setiap meracik bumbu, Mbah Lindu tak pernah menggunakan timbangan atau alat ukur. Mbah Lindu selalu memakai feeling yang sudah diasah puluhan tahun untuk menakar bumbu.

Mudiati menyebut hingga sebelum meninggal dunia, Mbah Lindu masih membantu membuat gudeg di dapur yang ada di rumahnya. Nantinya setelah masakan matang barulah dibawa ke Jalan Sosrowijayan untuk dijual.

"Ya masih bantu-bantu mengupas telur, membuat bumbu sama mengupas lombok (cabai). Ya sejak jatuh pada 6 Juni 2020 sudah enggak membantu lagi. Sempat jatuh di dapur terus dirawat di RS Panti Rapih selama dua hari setelahnya dirawat di rumah," ucap Mudiati.

Sementara itu, anak Mbah Lindu, Ratiyah menyebut terakhir kali Mbah Lindu aktif berjualan gudeg di Jalan Sosrowijayan sekitar tahun 2018. Setelahnya hanya sesekali saja Mbah Lindu ikut berjualan.

"Kadang kalau kangen jualan minta diantar ke Sosrowijayan. Ikut bantu-bantu jualan. Ya kalau Mbah Lindu ga jualan, banyak pembeli yang tanya. Kadang malah ada yang sampai ke rumah untuk ketemu Mbah Lindu. Terus ya makan di dapur," papar Ratiyah.

"Kalau membantu bikin gudeg ya masih terus. Mbah Lindu enggak pernah mau berhenti beraktivitas. Mbah Lindu fisiknya masih bagus. Pendengaran dan ingatannya juga masih bagus. Kalau penglihatan memang sudah berkurang," imbuh Ratiyah.

Ratiyah yang menjadi penerus warung gudeg Mbah Lindu ini menuturkan bahwa banyak anggota keluarga Mbah Lindu yang juga berjualan gudeg. Selain anak, cucu dan keponakan Mbah Lindu pun saat ini tersebar dan membuka warung gudeg.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenang Kegigihan Mbah Marto Rintis Warung Mangut Lele hingga jadi Kuliner Legendaris di Jogja
Mengenang Kegigihan Mbah Marto Rintis Warung Mangut Lele hingga jadi Kuliner Legendaris di Jogja

Mbah Marto tutup usia di umur 96 tahun pada hari ini karena sakit.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Ayam Mbah Tumbu, Kuliner Legendaris Gunungkidul Sudah Ada sejak 1963
Mencicipi Ayam Mbah Tumbu, Kuliner Legendaris Gunungkidul Sudah Ada sejak 1963

Dalam sehari, puluhan ekor ayam kampung bisa habis untuk memenuhi permintaan pembeli.

Baca Selengkapnya
Sejarah Bakso Aci Garut, Sudah Ada sejak Zaman Penjajahan Belanda
Sejarah Bakso Aci Garut, Sudah Ada sejak Zaman Penjajahan Belanda

Bakso aci Garut jadi kuliner otentik yang disukai banyak orang.

Baca Selengkapnya
Asal Usul Warmindo, Tempat Nongkrong Murah Meriah Asli Indonesia
Asal Usul Warmindo, Tempat Nongkrong Murah Meriah Asli Indonesia

Warmindo yang jadi tempat nongkrong favorit saat ini ternyata menyimpan sejarah panjang.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Gudeg Manggar yang Legendaris, Kuliner Unik Jogja yang Sudah Ada Sejak Era Kerajaan Mataram
Mencicipi Gudeg Manggar yang Legendaris, Kuliner Unik Jogja yang Sudah Ada Sejak Era Kerajaan Mataram

Gudeg Manggar menawarkan cita rasa berbeda dan keunikannya sendiri dibandingkan gudeg pada umumnya

Baca Selengkapnya
Intip Rekomendasi Kuliner Enak di Yogyakarta, Cita Rasanya Begitu Menggugah Selera
Intip Rekomendasi Kuliner Enak di Yogyakarta, Cita Rasanya Begitu Menggugah Selera

Dari makanan pedas, manis, gurih, hingga makanan tradisional Jawa yang autentik, Yogyakarta memiliki semuanya.

Baca Selengkapnya
Kisah Sopir Bajaj 9 Tahun Jalani Profesinya, Kini Sukses Miliki Pabrik Mi 'Hidup Itu Harus Punya Tujuan yang Pasti'
Kisah Sopir Bajaj 9 Tahun Jalani Profesinya, Kini Sukses Miliki Pabrik Mi 'Hidup Itu Harus Punya Tujuan yang Pasti'

Pak Beno adalah seorang pengusaha mie di Bantul lulusan SMP yang pernah mengalami jatuh bangunnya kehidupan.

Baca Selengkapnya
Kaya Hasil Bumi, Begini Suasana Pasar Terpencil di Wonogiri yang Dulunya Jadi Rute Gerilya Jenderal Soedirman
Kaya Hasil Bumi, Begini Suasana Pasar Terpencil di Wonogiri yang Dulunya Jadi Rute Gerilya Jenderal Soedirman

Di Desa Sidorejo, terdapat sebuah pasar yang letaknya terpencil bernama Pasar Pakelan. Dulunya rute yang melintas pasar itu merupakan rute Jenderal Soedirman

Baca Selengkapnya
Tangguhnya Warga Baduy saat Jualan Madu, Siap Jalan Kaki Ratusan Kilometer sampai Jakarta
Tangguhnya Warga Baduy saat Jualan Madu, Siap Jalan Kaki Ratusan Kilometer sampai Jakarta

Warga Baduy punya alasan mengapa rela jalan ratusan kilometer tanpa alas kaki untuk jualan madu.

Baca Selengkapnya
Disebut sebagai Nenek Moyangnya Seblak, Icip Nikmatnya Kudapan Legendaris Kerupuk Banjur Khas Bandung
Disebut sebagai Nenek Moyangnya Seblak, Icip Nikmatnya Kudapan Legendaris Kerupuk Banjur Khas Bandung

Kerupuk banjur sudah ada pada tahun 1980-an, dan menjadi jajanan favorit masyarakat pada masanya.

Baca Selengkapnya
Pernah Ditipu, Ini Kisah Perjuangan Juragan Tahu Pedas Merintis Bisnis Kuliner hingga Sukses
Pernah Ditipu, Ini Kisah Perjuangan Juragan Tahu Pedas Merintis Bisnis Kuliner hingga Sukses

“Untuk yang ingin memiliki usaha, intinya mulai saja. Karena usaha itu tidak perlu banyak teori"

Baca Selengkapnya
Nostalgia Kuliner Kereta Api Jarak Jauh Zaman Dulu, Ada Pecel yang Punya Ciri Khas di Tiap Kota
Nostalgia Kuliner Kereta Api Jarak Jauh Zaman Dulu, Ada Pecel yang Punya Ciri Khas di Tiap Kota

Jajanan pecel dulu pernah merajai kuliner di rute kereta jarak jauh.

Baca Selengkapnya