Kisah Mbah Malang, ritual minum arak dan kali angker
Merdeka.com - Mashudi (60), penarik becak asal Jember dan tinggal di Jalan Wonokitri, Surabaya, ditemukan tewas tenggelam di Kali Wonokromo. Jasad Mashudi ditemukan setelah Suwari alias Mbah Malang (53) yang dikenal sebagai 'orang pintar' turun tangan.
Sebelum menyelam ke sungai untuk mencari korban, pria asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu lebih dulu menggelar ritual minum arak. Penguasa Kali Wonokromo yang tinggal di DKA Tegal, Joyoboyo Timur, Surabaya ini mengaku, ritual tersebut dilakukan agar dia kuat menyelam selama berjam-jam di dasar sungai. Pengaruh miras, diyakininya bisa menetralisir hawa dingin di dasar sungai.
"Kalau nggak minum, saya tidak bisa lama, nggak kuat dingin. Kalau dingin biasanya telinga bunyi nging. Terus di jidat sini, terasa pusing. Kalau begitu saya pasti keluar dari dasar sungai, pencarian bisa lama kalau nggak minum dulu," kata Mbah Malang dengan Bahas Jawa kromo inggil kepada merdeka.com, Selasa (26/8) malam.
-
Siapa yang ditemukan meninggal? Saat itu, ditemukan seorang pria atas nama W (55) dalam keadaan tak bernyawa.
-
Siapa yang menemukan mumi? Mumi perempuan itu ditemukan selama ekspedisi arkeologi tahun 1935 di Deir el-Bahari dekat Luxor.
-
Siapa yang menemukan makam mumi? Arkeolog menemukan dua makam kuno di Mesir, berisi mumi seorang pria dan seorang wanita dengan beberapa lidah dan kuku emas di makam berusia 2.500 tahun.
-
Siapa yang menemukan kepala mumi? Dilansir dari IFL Science, kepala mumi itu ditemukan oleh seorang pria yang sedang membersihkan rumah saudara laki-lakinya yang telah meninggal.
-
Siapa yang menemukan makam? Tim arkeolog Mesir dan Jepang menemukan sebuah makam yang diyakini berusia 4.500 tahun dan sejumlah artefak di kawasan pemakaman Saqqara, Mesir.
Dia tidak butuh alat khusus untuk menyelam. Tanpa tabung oksigen, dia bisa berlama-lama di dasar sungai yang dingin. Bahkan, saat menyelam dia juga tidak mengenakan pakaian alias telanjang dada dengan celana pendek saja.
Mbah Malang mengaku tidak memiliki keahlian khusus untuk menyelam. "Saya ini nggak bisa berenang, cuma bisa nyelam saja. Kalaupun bisa berenang, nyari orang hilang juga pasti lama," kata kakek kelahiran 4 Januari 1961 di Desa Dawan, Wajak, Kabupaten Malang ini.
Pria yang hijrah ke Surabaya pada tahun 1971 ini juga mengaku, pernah akrab dengan Almarhum Kohar alias Mbah Kalab, warga Jagir, Wonokromo yang terkenal kerap berseteru dengan penghuni Kali Jagir, jika orang yang dicari tidak ditemukan.
Dikisahkan warga, semasa Mbah Kalab hidup, sering dimintai bantuan mencari orang yang tenggelam di Kali Jagir dan Wonokromo. Kali tersebut diyakini dikuasai Bajol Kroman atau Kalab perwujudan siluman Buaya Putih.
Bajol Kroman, sering meminta tumbal orang yang berada di sekitar sungai. Biasanya, sesuai cerita turun-temurun, saat mencari korban, Kalab berubah wujud manusia dan meminta tolong korbannya. Kadang juga menyerang dengan bisikan gaib agar korbannya berjalan menuju ke tengah sungai.
"Kalau sudah begitu, korbannya sulit ditemukan. Tapi sama Mbah Kalab bisa cepat ketemu. Kadang kalau tidak ketemu, Mbah Kalab ngomong sendiri di pinggir sungai mengajak bertarung makhluk gaib penguasa sungai," terang Bakri, warga sekitar.
"Setelah Mbah Kalab meninggal beberapa tahun lalu di Sumatera, sekarang digantikan anak buahnya, ya Mabah Malang itu," sambung Bakri.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Syekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Baca SelengkapnyaHingga kini, desa ini terkenal aman karena maling tidak berani beraksi di sini
Baca SelengkapnyaMeskipun menghadapi tantangan, Mbah Soleh tetap konsisten dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia bahkan berani menerima tantangan adu kesaktian.
Baca SelengkapnyaMbah Kiai Jangkrik merupakan seorang pendekar yang sakti. Kesaktiannya antara lain suara siulannya yang mirip suara jangkrik sehingga bisa mengecoh lawan
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaMbah Kalap pernah identik dengan Sungai Jagir di Surabaya. Ia penyelam handal untuk menyelamatkan banyak nyawa di tahun 1970-1980 silam
Baca SelengkapnyaRumah itu tidak pernah dihuni lagi sejak tahun 1946
Baca SelengkapnyaUlama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaMasjid yang berada di samping mal ini merupakan pusat penyebaran Islam di Kota Lumpur
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang musafir bertato yang melakukan perjalanan usai orang tuanya meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaSaking cintanya kepada sang istri, kiai ini rela jalan kaki menuntun kuda yang ditumpangi istrinya dari Sidoarjo ke Rembang.
Baca Selengkapnya