Kisah Nenek Marni, jalan kaki keliling Jakarta jualan tisu
Merdeka.com - "Ini nak, tisu, Rp 5 ribu saja," ujar wanita renta dengan sempoyongan mendekati pembeli yang sedang makan di warung pecel ayam di sekitar Mall Ambassador, Jakarta Selatan, Jumat (3/4) malam.
Dengan badan yang sudah membungkuk, wanita renta tersebut menawarkan berbagai dagangan, seperti tisu, pasta gigi, lotion pencegah nyamuk, minyak angin, sabun mandi, rokok, dan beberapa kebutuhan lainnya. Barang-barang dagangannya itu dia taruh di dalam plastik kresek ukuran sedang. Tak banyak dagangan yang dia bawa.
"Ini untuk menyambung hidup, daripada minta-minta nak," kata wanita bernama Marni itu saat ditanya merdeka.com kenapa di usia senja masih jualan keliling Jakarta dengan jalan kaki.
-
Apa motivasi diri itu? Motivasi diri digambarkan sebagai api yang menyala di dalam jiwa setiap individu, mendorong agar mencapai tujuan dan meraih impian. Ini adalah semangat yang tak tergoyahkan, yang mampu membakar hasrat untuk berkembang, berprestasi, dan meraih keberhasilan.
-
Siapa wanita tersebut? Wanita tersebut, berpostur sekitar 155 sentimeter diperkirakan hidup bersama suaminya pada abad ke-9.
-
Bagaimana cara mendapatkan semangat hidup? Semangat hidup bisa diperoleh dari berbagai cara seperti introspeksi diri hingga mendapat motivasi dari luar.
-
Siapa yang menginspirasi wanita Indonesia? Di hari yang istimewa ini, mari kita renungkan kembali semangat yang telah ditanamkan oleh Kartini, yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi wanita Indonesia, tetapi juga bagi setiap individu yang bermimpi dan berusaha untuk mencapai kesetaraan di segala aspek kehidupan.
-
Siapakah Kartini? Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan nama Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan.
-
Apa jasa Raden Ajeng Kartini bagi Indonesia? Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat merupakan tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Namanya cukup populer, bahkan ada hari khusus yang diperingati tiap tahun untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya, ia banyak menulis soal pemikiran-pemikirannya terkait budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.
Dengan suara bergetar dan terbata-bata, wanita berusia 72 tahun ini menceritakan, bekerja di Jakarta sebagai penjual tisu keliling adalah prinsip hidup. "Saya tidak mau diatur-atur sama anak saya," katanya yang mengaku memiliki 5 orang anak dan 12 cucu itu.
"Mereka tersebar, ada yang di Pasar Minggu, tapi saya tak tahu tempatnya," imbuh wanita asal Indramayu, Jawa Barat tersebut.
Berapa penghasilan setiap hari dengan jualan tisu dll tersebut? Nenek Marni tersenyum malu saat menjawabnya. Berulang-ulang merdeka.com harus mengulang pertanyaan dengan suara yang lebih keras lantaran pendengaran nenek Marni sudah berkurang.
"Sehari biasanya dapat Rp 60.000 sampai Rp 70.000, itu lakunya, bukan untungnya," ungkap Nenek Marni tanpa mau menyebut berapa keuntungan per hari jika barangnya cuma laku Rp 60-70 ribu per hari tersebut.
"Ya nanti diputer lagi uangnya buat beli barang-barang, dijual lagi," ceritanya.
Setiap hari, Nenek Marni berangkat kerja jualan keliling Jakarta setelah salat subuh, dan pulang hingga larut malam.
"Habis salat subuh, saya berangkat. Ini belum pulang (Pukul 19.00 WIB) karena baru dapat uang Rp 30.000. Kalau sudah dapat Rp 60.000 baru pulang," kata Nenek Marni.
Di Jakarta, Nenek Marni mengaku cuma numpang kepada orang-orang yang mau ditumpangi. Sehingga tiap malam tak tentu dia menginap di mana. "Sekarang nginap di rumah Ibu Asiyah di Setiabudi, nginep semalam," imbuhnya.
Wanita yang cuma bisa jalan pelan-pelan ini menuturkan, dirinya cuma bisa berdoa kepada Tuhan agar tetap bisa bekerja menghidupi dirinya tanpa tergantung pada orang lain.
"Saya tiap salat berdoa kepada Allah, semoga terus sehat biar bisa bekerja," ujarnya sambil berkaca-kaca.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Datang dari Lamongan ke Surabaya untuk menjual satu tikar, nyatanya dagangannya tak kunjung laku.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaHeni Tania merayakan Hari Ibu Nasional 2023 dengan melarisi dagangan para pedagang kaki lima, khususnya emak-emak yang sudah lanjut usia.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaMomen ini menggambarkan tentang niat baik sering kali dibalas dengan hal-hal tak terduga yang lebih besar lainnya.
Baca SelengkapnyaKasihan beliau ini sering ditipu pembeli. Kadang dapat uang palsu dan kadang minta kembalian lebih.
Baca SelengkapnyaDia begitu berani berjualan di warung miliknya yang terletak di tengah hutan belantara.
Baca SelengkapnyaNenek ini memunguti gabah yang jatuh di jalan raya. Aksinya pun membuat haru warganet.
Baca SelengkapnyaKarena tenda tak cukup besar dan hujan disertai angin, nenek pun terkena cipratan air hujan.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca SelengkapnyaIbu Amina mengaku sudah sejak kecil tinggal di tempat ini. Bahkan ia mengatakan sudah mempunyai cucu.
Baca Selengkapnya