Kisah Nenek Marsiyatim kembali bertemu anak usai 50 tahun lebih berpisah
Merdeka.com - Marsiyatim (80) seorang penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, Margaguna, Jakarta Selatan, bertemu kembali dengan putra putrinya. Dirinya saat itu terpisah dengan buah hatinya selama hampir 55 tahun.
Marsiyatim yang berasal dari Surabaya ini mengaku memiliki suami dan empat orang anak. Namun, suami yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia. Kondisi single parent membuatnya harus banting tulang menghidupi anak-anaknya.
"Waktu itu tahun 1963. Saya ditinggalin suami. Anak-anak sama saya," ujar Marsiyatim saat ditemui di panti, Jumat (3/11).
-
Di mana rumah itu berada? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Siapa yang ditemuinya di Surabaya? Ketika mengunjungi Surabaya, KD menyempatkan diri untuk bertemu dengan Azriel, yang saat ini sedang menjalani studi S2 di kota tersebut.
-
Di mana Jirayut tinggal di Indonesia? Meskipun hanya ngontrak di Jakarta, hunian tersebut terlihat mewah dengan 2 lantai.
-
Dimana rumah tersebut berada? Kediaman yang terletak di Bogor ini akan segera dijual, dan setelah penjualan, hasilnya akan dibagi rata 50% untuk masing-masing pihak.
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
Marsiyatim bercerita, perjalanannya dimulai dari Surabaya hingga tiba ke Jakarta. Ia mengaku dahulu tinggal bersama anak-anaknya di sebuah rumah kontrakan di Ambengan Batu, Gang 1 Nomor 33, Surabaya, Jawa Timur. Karena kebutuhan ekonomi yang mencekiknya pada saat itu, ia akhirnya memutuskan pergi meninggalkan anak-anaknya untuk mencari pekerjaan.
Kepergian dirinya, hanya diketahui oleh pamannya. Ia pergi bersama dengan ke enam orang temannya untuk menjadi asisten rumah tangga di Ambengan, Surabaya selama dua tahun. Karena rindu dengan anak-anaknya, ia berniat untuk pulang ke tempat anak-anaknya berada. Namun sayang, anak-anaknya sudah pindah dari kontrakan yang ia tinggali dulu.
"Saya tanya sama tetangga, anak saya ke mana? Enggak ada yang tahu. Paman juga saya tanya nggak tahu anak saya di mana," katanya.
Karena tak kunjung bertemu dengan anak-anaknya, Marsiyatim memutuskan untuk tinggal sementara dengan pamannya. Namun setelah itu, ia kembali mencari pekerjaan menjadi asisten rumah tangga.
Nasib berkata berbeda, dirinya justru menjadi kuli di sebuah proyek pembangunan. Pekerjaannya memindahkan besi dari satu tempat ke tempat lainnya. Saat bekerja, nasib buruk menimpanya.
"Saya lagi pindahin besi, tiba-tiba ada besi jatuh dari atas. Kaki kiri saya kena. Terus saya dibawa ke rumah sakit," ujar Marsiyatim.
Setelah dirawat di rumah sakit beberapa lama di rumah sakit, ia justru tak diantar pulang. Ia malah dibawa ke salah satu yayasan di daerah Surabaya. Ia berpindah-pindah menghuni di yayasan, hingga akhirnya ke yayasan yang ada di Jakarta, tepatnya di sekitar daerah Petojo, Gambir, Jakarta Pusat.
Dalam hal ini, dirinya tak mengingat nama yayasan tersebut. Yang ia tahu hanya yayasan itu bukan cuma terdiri dari lanjut usia saja, tetapi ada anak-anak remaja yang dirawat di sana.
Meskipun sudah lanjut usia, dirinya masih ingin bekerja dan meminta kepada yayasan agar ia bisa tinggal dengan temannya di daerah Manggarai, Bukit Duri, Jakarta Selatan. Pihak yayasan pun mengizinkan. Akhirnya, Marsiyatim bekerja kembali sebagai asisten rumah tangga. Rutinitasnya mencuci dan menyetrika di empat rumah dalam sehari secara bergantian, dengan upah sebesar Rp 35.000 per bulan untuk setiap rumahnya.
Singkat cerita, Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, Marjito menjelaskan, Marsiyatim hingga dapat menghuni di tempatnya karena laporan dari masyarakat.
"Mereka berinisiatif untuk membantu terkait administrasi agar dapat dirawat di Panti Sosial. Marsiyatim menuruti perkataan dari tokoh masyarakat untuk ikut dengan petugas demi kesembuhan kaki kirinya akibat kecelakaan kerja sebelumnya dan masih belum pulih. Kami terima di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna pada 29 Oktober 2015. Selama di panti, Marsiyatim sangat mandiri dalam beraktivitas," ujar Marjito.
Saat menghuni, lagi-lagi nasib buruk menimpa Marsiyatim. Ia terjatuh ke dalam selokan hingga membuatnya tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
"Saat itu kami rujuk ke Rumah Sakit Tarakan. Ia dirawat beberapa hari di sana," kata Marjito.
Di rumah sakit, Marsiyatim kerap berbincang dengan pasien lain tentang perjalanannya. Mendengar kisah perjalanannya, salah satu pasien ternyata secara kebetulan memiliki saudara di Surabaya. Mula-mula pasien itu mencoba menghubungi saudaranya yang tinggal di Surabaya untuk membantu mencarikan keberadaan anak Marsiyatim, hingga akhirnya berhasil.
"Pada hari Kamis 2 November kemarin, anak Marsiyatim yang bernama Sukarman datang bersama dengan Pak RW juga ditemani anggota organisasi MUI datang ke Jakarta untuk bertemu sekaligus membawa Marsiyatim kembali ke Surabaya," ungkap Marjito. (mdk/rzk)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nenek Satikem sempat "dibuang" oleh majikannya ke panti jompo di Bangka Belitung
Baca SelengkapnyaMomen ini seakan menjadi pengingat tentang pentingnya keluarga dan betapa berharga setiap momen yang kita miliki bersama orang-orang tercinta.
Baca SelengkapnyaBikin haru, begini momen pertemuan ibu dan anak yang terpisah 20 tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan Mayjen Kunto Arief Wibowo yang sedang mengenang masa lalu bernostalgia ke rumah dinasnya saat masih berpangkat Letda.
Baca SelengkapnyaDi momen pertemuan ini, sang ibu membawa jarik seolah akan menggendong anaknya yang saat itu hilang saat ia duduk di kelas 3 atau 4.
Baca SelengkapnyaKembali berkumpul dengan orang tersayang tentu jadi momen paling ditunggu.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita membagikan momen haru rujuknya kedua orang tua usai bercerai selama 22 tahun.
Baca Selengkapnya24 tahun tak berjumpa, sang ayah tak kuasa menahan tangis saat bertemu dengan putra tercintanya.
Baca SelengkapnyaTak pernah jumpa sejak lahir, wanita ini langsung menangis melihat kondisi sang ayah kandungnya.
Baca SelengkapnyaViral anak angkat usir ibu yang sudah tua renta. Kisahnya pilu curi perhatian.
Baca SelengkapnyaKeduanya terlibat pertemuan haru hingga banjir air mata.
Baca Selengkapnya