Kisah Nenek Tunanetra Kerja Jadi Pemecah Batu, Tetap Berbagi Meski Penghasilan Minim
Merdeka.com - Masih begitu banyak masyarakat di Indonesia yang bertahan hidup dalam keadaan ekonomi yang buruk. Kemiskinan seolah menjadi momok bagi sebagian masyarakat kecil yang harus berjuang demi melanjutkan kehidupannya.
Seperti nenek tunanetra yang satu ini, di usia senjanya ia harus tetap bekerja keras meski mendapatkan hasil yang begitu minim. Namun sungguh mulia, penghasilan minim tak menjadi penghalang baginya untuk terus berbagi.
Ingin tahu seperti apa kisah mengharukan dari sosok nenek tunanetra ini? Berikut ulasan selengkapnya.
-
Mengapa nenek Niah harus berjualan sampai malam? Ia tidak bisa mengandalkan bantuan dari anaknya karena ia hidup sendirian dan tidak dikaruniai anak.
-
Mengapa Nenek Melba Mebane senang bekerja? Jika Anda senang dengan apa yang Anda lakukan, mengapa tidak terus melakukannya?
-
Bagaimana cara pengemis kaya raya ini mendapatkan uang? Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari.
-
Bagaimana Nenek Ngatemi menjaga kesehatannya? Menurut petugas kesehatan pendamping haji daerah kloter 73, nenek Ngatemi saat ini dalam kondisi sehat dan tidak memiliki keluhan penyakit apapun. Meski tampak sehat dan bersemangat, dalam berhaji nenek Ngatemi menggunakan alat bantu berjalan seperti tongkat dan kursi roda yang sudah disiapkan oleh pihak keluarga.
-
Bagaimana lansia mendapatkan penghasilan? 'Nanti buat orang yang tidak mampu mendaki, biar istirahat di sini. Atau buat yang capek, sebelum lanjut mendaki bisa istirahat di sini dulu. Jadi dari para pendaki itu kami mendapat penghasilan,' kata Pak Wiarji dikutip dari kanal YouTube Tedhong Telu.
-
Dimana nenek Niah berjualan? Ia berjualan rujak yang berlokasi di Jalan KH. Mansyur Nomor 70 Surabaya, sekitar wisata religi Sunan Ampel.
Kerja Jadi Pemecah Batu
Mbah Tuminem, sosok nenek tua yang saat ini berusia 80 tahun dan harus tetap bekerja demi berjuang melawan kemiskinan serta melanjutkan hidupnya. Tak seberuntung orang lainnya, penglihatan Mbah Tuminem terganggu atau bisa disebut tunanetra.
Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com
Namun keterbatasan yang ada dalam dirinya tak menjadikan Mbah Tuminem tidak bekerja. Bahkan di usianya yang sangat tua dengan kaki yang ketika dibuat berjalan tertatih itu, ia menjadi seorang pemecah batu.
Sudah 35 Tahun Jadi Tukang Pemecah Batu
Setiap harinya, Mbah Tuminem harus pergi ke bantaran Kali Progo, Yogyakarta untuk mencari batu yang pada nantinya akan dipecah-pecah olehnya. Beliau sudah menjalani profesinya tersebut selama 35 tahun.
Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com
Selama 35 tahun itu, banyak sekali rintangan yang dilewati Mbah Tuminem termasuk tanah licin yang cukup berbahaya bagi kesehatannya yang sudah tak prima lagi itu.
"Penglihatannya yang terganggu dan tanah licin sering membuat Mbah terjatuh, bahkan mbah pernah terserempet motor dan kakinya terluka," tulis keterangan dalam video singkat yang diunggah oleh akun Instagram @kitabisacom.
1 Keranjang Batu hanya Dihargai Rp2500
Penghasilan yang didapatkan dari pekerjaan sebagai seorang pemecah batu sangatlah jauh dari kata cukup. Bayangkan saja, satu keranjang batu Mbah hanya diberi harga Rp2500 saja, itupun jika sedang ada orang yang mau membelinya.
Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com
"Tapi kalau enggak ada yang beli, Mbah harus pulang dengan tangan kosong," lanjut keterangan yang ada dalam video.
Tetap Berbagi Terhadap Sesama
Penghasilan minim yang didapati oleh Mbah Tuminem tak membuat dirinya berhenti melakukan tindakan mulia dan berhati besar. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat suka berbagi antar sesamanya dalam bentuk sedekah.
Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com
Mulai dari menyuapi anak-anak di sekitarnya makan nasi, membagikan orang disekitarnya nasi kotak ketika ada rezeki lebih. Meski dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya, Mbah Tuminem masih seringkali berbagi terhadap sesama. Begitu mengharukan, ia juga mempunyai cita-cita ingin memberikan sembako kepada kaum dhuafa di sekitarnya. (mdk/bil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kisah nenek hampir 100 tahun pungut beras yang jatuh di penggilingan untuk makan.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaSosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca SelengkapnyaKarena tenda tak cukup besar dan hujan disertai angin, nenek pun terkena cipratan air hujan.
Baca SelengkapnyaDi usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaTerungkap, berkebun menjadi salah satu kegiatan yang digemari.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, Tri Retno Prayudati atau lebih dikenal dengan nama Nunung pernah hidup susah.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaSetelah mendapatkan modal dari PNM kini Ia menambah produk jualannya berupa pakaian.
Baca SelengkapnyaSeorang gadis asal pelosok Sukabumi, Jawa Barat sempat mencuri perhatian warganet di media sosial.
Baca Selengkapnya