Kisah Nur Wahidah di Samarinda, 21 tahun lumpuh usai diimunisasi
Merdeka.com - Kondisi yang dialami Nur Wahidah, warga Jalan Gunung Sari RT 37 No 19 Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, cukup memprihatinkan. Belum genap usia 1 tahun, dia menderita kelumpuhan selama usianya yang menginjak 21 tahun. Kini, dia hanya bisa terbaring kaku di pembaringan.
merdeka.com menyambangi kediamannya sekira pukul 15.00 sore tadi. Rumah sederhana yang didiaminya, menjadi saksi bisu kehidupannya selama di pembaringan. Dia pun melewatkan begitu saja masa anak-anaknya yang indah, hingga usianya yang memasuki dewasa.
Kedua mata ibunya berlinang, saat mengingat masa awal anak sulung dari 3 bersaudara, hingga terkulai tak berdaya di pembaringan. Dimana, hanya kedua bola mata Nur Wahidah, yang bisa digerakkan saat ini.
-
Apa kondisi rumah keluarga Muhanah? Agar tetap berdiri, rumah ini bahkan sampai harus disangga tiang kayu karena hampir roboh.
-
Di mana rumah itu berada? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Di mana lansia tersebut tinggal? Wanita tersebut tinggal di daerah El Sereno, Los Angeles, dan mengaku suara tersebut terdengar dari bawah rumahnya selama beberapa minggu terakhir.
-
Dimana rumah tersebut berada? Kediaman yang terletak di Bogor ini akan segera dijual, dan setelah penjualan, hasilnya akan dibagi rata 50% untuk masing-masing pihak.
-
Apa yang Sara Wijayanto lihat di rumah masa kecilnya? Dari jendela di tempat di mana Sara Wijayanto berdiri, ia melihat kehadiran seorang sosok yang mengintip dari dalam kamar kakek dan neneknya, melalui area kolam.
-
Dimana rumah itu ambruk? Viral di media sosial video yang memperlihatkan detik-detik rumah ambruk di Tuban, Jawa Timur.
"Awal kejadiannya waktu usia 6 bulan tahun 1997 lalu. Ada suntik imunisasi di Puskesmas. Muncul kemudian bengkak di paha kanannya," kata Juleha, saat berbincang bersama wartawan di rumahnya.
Bengkak benjolan itu semakin besar. Ketiadaan uang saat itu, ditambah dia dan suaminya tidak berpenghasilan nyaris pasrah. Singkat cerita, dia akhirnya membawa ke RSUD Abdul Wahab Syachranie Samarinda, yang saat itu masih berketerbatasan alat medis.
"Sempat dioperasi benjolan itu, kemudian dikasih obat dokter. Keluar seperti mata, dan benjolan bengkak itu pecah, mengeluarkan bau busuk," kenang Juleha.
"Habis dioperasi, kok lama kelamaan, kaki dan tangan anak saya menyusut, mengecil. Kontrol rumah sakit tetap jalan, meski akhirnya terhenti karena saya tidak punya uang. Makan saja saya numpang dengan kakak saya," ungkap Juleha.
Kelainan anggota tubuh Nur Wahidah semakin menyusut, hingga akhirnya lumpuh. Nur Wahidah hanya bisa terbaring tak berdaya. Tidak ada yang bisa dia gerakkan, kecuali kedua bola matanya.
"Selama ini, dia hanya demam biasa, batuk pilek, saya obati dengan obat tradisional saja. Sekarang, Alhamdulillah suami saya bekerja di perusahaan kayu," terang Juleha.
"Saya yakin hatinya berbicara. Terkadang kalau menonton televisi, sepertinya dia mau menonton acara tertentu. Tapi ketika channel televisi diganti, dia cuma bisa menangis. Tidak ada pernyataan dokter yang pasti, penyakit anak saya ini sampai begini (lumpuh)," jelas Juleha.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Puskesmas Palaran dr Rika Ramlah Puspita memastikan, kesehatan Nur Wahidah dalam penanganan pemerintah, dalam hal ini Puskesmas Palaran.
"Harus dilakukan observasi sesegera mungkin. Dari cerita awal ibunya, tidak ada riwayat penyakit serius diderita Nur Wahidah," kata Rika.
"Saya belum bisa menyimpulkan sakit yang dideritanya, perlu observasi lagi. Dari fisik sudah lumpuh. Mudah-mudahan gangguan syaraf tidak semakin parah. Jadi, sekali lagi segera observasi, karena tidak bisa secara visual saja. Yang jelas, dia dalam penanganan pemerintah mulai hari ini. Saya juga baru tahu kasus ini," jelas Rika.
Pun demikian dikatakan Camat Palaran Suwarso. Dia juga memastikan Nur Wahidah masuk penanganan dan tanggungjawab Pemkot. "Setelah kita cek lokasi bersama, kita cek, ternyata masuk program KIS (Kartu Indonesia Sehat). Dilakukan pengobatan lebih lanjut dan ini memungkinkan dilakukan pengobatan lebih lanjut di rumah sakit," jelas Suwarso.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaMantan model majalah dewasa kini hidup sebatang kara, tinggal di rumah terbengkalai tanpa listrik dan air bersih.
Baca SelengkapnyaPeristiwa ini memilukan ini terjadi di sebuah rumah yang ada di Jalan Raung RT 4, RW 3, Kelurahan Singotrunan, Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPotret Kemiskinan Putri Eks Model Majalah Dewasa, Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot Penuh Puing
Baca SelengkapnyaInilah pemandangan rumah Isye Sumarni ketika dilihat dari depan. Yang menarik, rumah ini dikelilingi oleh kebun yang hijau dan asri.
Baca SelengkapnyaMemakai dress hitam sambil duduk di kursi plastik, Putri mengaku pernah menikah dengan pria warga negara asing atau WNA.
Baca SelengkapnyaKisah pilu seorang lansia bernama Guritno (70) ditemui di kawasan Kabupaten Bandung.
Baca SelengkapnyaHidupnya sebatang kara. Tinggal di rumah reyot di tengah gemerlap ibu kota Jakarta. Dia adalah Diah Aristy Kusuma Putri (42) alias Diah Putri.
Baca SelengkapnyaJauh dari Kesan Mewah, Begini Potret Sederhana Rumah Kurnia Meiga
Baca SelengkapnyaViral pria bagikan kondisi rumah setelah satu tahun tanpa ibunya. Momen ini bikin haru.
Baca SelengkapnyaBerikut penampakan rumah mewah Ibu Ani anak jenderal yang tinggal di rumah bak hutan terbengkalai.
Baca Selengkapnya